Pemerintah meminta kita untuk tinggal di rumah saja, kecenderungan kita adalah menolaknya.
Teman-teman pemuda, apa kabarnya? Sudah mulai bosan dengan situasi tinggal di rumah karena pandemi ini? Sama..hehehe… Teman-teman ngapain aja selama di rumah? Masih studi online? Mungkin sedang mengerjakan tugas-tugas atau bersiap menghadapi Ujian Akhir Semester (UAS)?
Teman-teman pasti sudah familiar kan dengan singkatan PSBB. PSBB alias Pembatasan Sosial Berskala Besar, kita tidak bisa beraktivitas seleluasa sebelum wabah Corona ini. Peraturan paling sederhana dan wajib kita lakukan adalah keluar rumah memakai masker. Lalu, harus cuci tangan dengan sabun atau desinfektan. Peraturan yang lebih ketat diberlakukan di area transportasi. Jika ada yang mau mudik tanpa alasan yang bisa diterima, maka bisa dihukum dengan denda maupun penjara. Teman-teman pasti sudah dengar atau baca berita yang menginformasikan banyak sekali yang melanggar walau sudah berulangkali disosialisasikan.
Pemerintah meminta kita untuk tinggal di rumah saja, kecenderungan kita adalah menolaknya. Coba bayangkan, orang Israel (orang Yahudi) yang harus hidup di bawah rumitnya hukum Taurat. Selain sepuluh hukum Taurat yang diberikan oleh TUHAN kepada Musa, ada banyak peraturan lain yang diberikan semasa orang Israel di masa perjalanan ke Tanah Perjanjian dan kemudian makin ditambah oleh para pemimpin agama mereka, yaitu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang kita sudah sering dengar.
Sekarang, mari kita coba baca kitab Roma 7:13-26.
Teman-teman, di perikop ini, Rasul Paulus menjelaskan bagaimana kondisi ketika dia mewakili orang Yahudi yang hidup dalam hukum Taurat, hukumnya Tuhan. Dia memberitahukan kepada kita bahwa sebelum mengenal Tuhan Yesus, dia bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa (ay. 14, 18, 26). Paulus menjelaskan bahwa ada peraturan-peraturan hukum Tuhan yang harus dipatuhi, karena kecenderungan kita yang berada di bawah kuasa dosa adalah melakukan apa yang jahat. Ketika melakukan hukum Taurat, karena kita di bawah kuasa dosa, maka segala sesuatu tidak akan membawa keselamatan kepada kita. Roma 7 berisi peringatan untuk tidak pernah berpikir kita dapat menyenangkan Tuhan dengan upaya kita sendiri. Selama manusia “dijual sebagai budak dosa,” ketulusan dengan sendirinya tidak akan pernah bisa mengarah pada pemenuhan hukum Allah yang sejati.
Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk bisa selamat dari hukuman dosa kecuali anugerah dari Tuhan. Teman-teman yang merasa masih jauh dari Tuhan dan tidak layak, terimalah anugerah dari Tuhan. Jadikanlah Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat yang telah menanggung dosa kita di kayu salib. Ketika kita mengakui dosa kita, minta ampun, dan terimalah Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita dalam hati kita dengan sungguh-sungguh, maka kita tidak hidup lagi dalam kuasa dosa.
Bagi teman-teman yang telah menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, kita harus bersyukur karena Allah sangat mengasihi orang berdosa seperti kita ketika kita dalam kuasa dosa, tidak mampu melakukan apa-apa dan layak dihukum. Marilah kita lakukan aktivitas rohani sebagai langkah menjaga relasi kita dengan Allah, bukan dengan konsep untuk bisa "mendapatkan keselamatan". Mari kita sama-sama terus berjuang semakin jauh dari dosa.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: