Melayani: Murni Penyaluran Esensi atau Sebatas Peningkatan Eksistensi?

Best Regards, Live Through This, 16 August 2020
Pelayanan adalah wujud syukur dari seorang manusia terhadap pencipta-Nya, tetapi bagaimana jika hal tersebut digunakan (hanya) untuk meninggikan status/derajat diri?

in collaboration with Pdt. Em. Daniel Haryono

Melayani dapat diartikan sebagai sebuah ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan yang telah memelihara hidup kita. Kita pun dapat memilih bentuk pelayanan itu dengan dukungan kesempatan dari pihak-pihak terkait. Setelah memperoleh hal tersebut, kita pun menggali potensi diri dalam dunia pelayanan. Berawal dari sebuah divisi dengan tanggung jawab yang sederhana, sekarang sudah dapat memegang tanggung jawab yang lebih besar lagi. Netizen atau orang-orang pun memandang kita sebagai sesosok pribadi yang aktif dalam melayani, baik di gereja, maupun di kehidupan sosial. Keaktifan tadi pun dapat menimbulkan pro-kontra terhadap diri kita sendiri, atau orang lain sekalipun. 


Photo by Arthur Miranda on Unsplash 

Apabila berkaca kepada diri sendiri, kita bisa merasa bahwa talenta telah terasah, tergali, bahkan hingga (merasa) menemukan panggilan-Nya untuk terus melayani di gereja. Tetapi, di sisi lain, kita memiliki karakter pribadi yang ingin tampil atau bahasa sekarangnya, ingin eksis, dikenal oleh orang banyak. Aku merasa, ini tidak menutup kemungkinan bagi setiap dari kita untuk merasakan hal seperti itu, karena bagiku, itu adalah hal yang manusiawi. Namun, menjadi tidak manusiawi ketika pribadi kita yang ingin tampil dalam pelayanan itu tadi, menjadi dominan hingga mengalahkan hati nurani kita agar tetap rendah hati di hadapan-Nya. Bagaimana itu bisa terjadi? Kuy, kita bahas!


Ya, lagi-lagi, aku, si penulis yang masih sering dikatakan muda (dan tidak tahu apa-apa) ini, kembali berbicara soal pelayanan dan melayani. Sudah jelas, tak lekang dari berbagai “teori” yang dikemukakan oleh para sesepuh gereja, kakak rohani, pendeta, dan lain-lain, seperti: "Melayani harus dengan sepenuh hati, melayani harus didasari dengan panggilan." Aku tidak kontra dengan hal tersebut, karena itu memang benar adanya. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang mengikuti teladan Kristus. Kita sebagai hamba, mau melayani dengan merendahkan diri di hadapan Allah dan tanpa pamrih kepada sesama, sesuai dengan apa yang diajarkan Yesus kepada kita. Dapat dikatakan, jiwa untuk melayani itu berasal dari hati yang tulus, karena adanya sentuhan Tuhan sehingga hatinya tergerak akan belas kasihan. Dampaknya? Beraneka ragam, mulai dari menumbuhkan rasa saling memiliki satu sama lain hingga terikatnya hubungan yang kuat dan sehat antar-jemaat, maka, nama Tuhan dapat dipermuliakan di tengah-tengah gereja. Alkitab pun mencatat perkataan Yesus, dari kitab Lukas 14:11 mengenai kita-kita yang mau merendahkan diri di hadapan Tuhan dalam melayani,

Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

-Lukas 14:11

Beralih kedalam diri kita, yakni menyoal permasalah motivasi pelayanan. Apabila kita membicarakan motivasi dalam pelayanan, tentu ada sebagian kalangan yang akan menyangkal dirinya dengan dalih ia melayani di gereja sesuai dengan panggilannya dan betul-betul senang melayani, ada yang beralasan mengalami penunjukkan oleh kakak seniornya untuk membantu di bidang-bidang tertentu, atau bahkan melayani karena adanya timbal-balik langsung. Terserah apa kata mereka, tetapi pernahkah kalian melihat, baik secara langsung (melalui komunikasi verbal), maupun tidak langsung (melalui komunikasi non-verbal) individu yang melayani, tetapi tidak memiliki hati yang tulus, walaupun pada perkataan-perkataannya tersebut mengularkan kata-kata manis.

Bukannya meninggikan nama Tuhan, tetapi hanya meninggikan nama sendiri, bahkan hanya mengedepankan eksistensi diri sendiri hingga meninggalkan makna dari pelayanan itu sendiri. Tindakannya bisa saja, cari muka kepada pihak-pihak tertentu, rasa ingin dipuji, rasa ingin dihargai, atau bahkan hanya memaknai pelayanan sebagai wujud nyata dari kalimat “Eh aku tuh ada, loh!” 


Sering kali motivasi pelayanan yang seperti ini dapat secara mudah dikaitkan dengan keberadaan orang Farisi pada linimasa Perjanjian Baru. Pada zaman itu, orang Farisi sering bertanya kepada Yesus, yang sebenarnya pertanyaan tersebut memiliki jawaban pada kitab-kitab yang mereka baca, tetapi dapat dikatakan motivasi mereka hanyalah sebatas mencobai Yesus.


IGNITE People, artikel kali ini menyadarkan aku dan kamu (iya, kamu yang lagi baca artikel ini) untuk tetap terus menyadarkan diri sendiri dan sesama kita tentang esensi dari pelayanan. Artikel ini dapat dikatakan sebagai sebuah “pedang bermata dua”, dimana kamu kena, aku pun kena. Ingatlah, melayani yang baik adalah melayani yang berdasarkan dengan hukum kasih yang dijabarkan langsung oleh Tuhan Yesus pada kitab Matius 22:37-40, yakni:

Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

-Matius 22:37-40

Aku akan menutup artikel ini dengan beberapa poin penting. Pertama, wujud pelayanan bukanlah sebatas kamu dipandang di gereja, melainkan bagaimana kamu mengusahakan setiap berkat Tuhan kepada sesamamu. Kedua, pelayanan yang baik juga dikatakan bahwa pelayanan dengan berlandaskan kasih dapat mendukung penyaluran esensi apa yang kamu perbuat hanya untuk Tuhan tersebut. Terakhir, tak perlu orang lain mengetahui soal pelayananmu, biarlah itu menjadi rahasiamu dengan Sobat-mu yang setia, Tuhan Yesus. Kiranya artikel ini menyadarkanku dan kamu mengenai apa arti melayani yang sesungguhnya.

Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

-Kolose 3:23

LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER