Seringkali ketika kita harus memilih, kita bukan memilih yang terbaik tapi kita memilih supaya yang jahat dan terburuk tidak mempunyai kesempatan untuk berkuasa dan memerintah atas orang banyak.
Peristiwa-peristiwa politik seringkali ada kejutan-kejutan. Ada kejutan-kejutan yang menumbuhkan pengharapan dan rasa antusias tapi tidak jarang sebagian dari kejutan-kejutan itu membuat banyak orang bukan cuma bingung tapi juga tidak nyaman dengan situasi yang ada dan bahkan menggangu relasi. Hal semacam ini bukan cuma terjadi sekali atau dua kali tapi berkali-kali yang akhirnya membuat banyak orang ilfeel sama yang berbau-bau politik. Misalnya saja, sebelum pemilu yang sekarang, pernah dipermasalahkan kredibilitas quick count karena perbedaan hasil yang terlalu gap antara lembaga survei tapi kini persoalan quick count bergeser ketika semua lembaga survei tidak berbeda jauh hasilnya tapi terlalu berbeda dengan hasil exit poll salah satu paslon. Sempat terjadi ketegangan yang akhirnya bisa diredam sementara (?) lewat pemberitaan media tentang banyaknya petugas pemilu yang gugur menjalankan tugas karena kelelahan. Itu baru soal perhitungan suara belum lagi soal politik uang dan korupsi para pejabat publik hasil proses demokrasi. Dengan kondisi demikian maka wajar muncul sikap seperti golput sebagai refleksi ketidakpercayaan dan acuh tak acuh terhadap proses politik khususnya terkait pemerintahan dan kenegaraan biarpun sebenarnya dengan bersikap golput tidak akan menyelesaikan masalah. Jadi bagaimana seharusnya kita sebagai Kristen bersikap terhadap politik?
Politik dan Natur Manusia
Kalau kita melihat dari Kitab Kejadian pasal 1dan 2, maka kita akan temukan dua hal yang dinyatakan tentang natur manusia. Pertama, manusia diciptakan sesuai Citra atau Gambar Allah. Artinya, manusia mempunyai sifat-sifat yang menyerupai penciptanya yaitu Allah. Sifat sebagai makhluk yang rasional dan mempunyai kehendak adalah sifat-sifat yang ditanamkan Allah kedalam diri manusia. Itu nampak ketika Allah membiarkan Adam memberikan nama pada tiap hewan yang diciptakan oleh Allah dan mandat yang diberikan kepadanya untuk mengelola Taman Eden. Melalui rasionalitas dan kehendaknya, manusia mampu memilih dan karena ia mampu memilih maka ia bisa diminta pertanggungjawaban atas semua pilihannya. Itu terlihat ketika Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk berbuat dosa atau tidak di Taman Eden dan ketika manusia memilih berdosa maka Allah meminta pertanggungjawaban manusia atas pilihannnya. Implikasi lainnya ialah karena kemampuan memilih adalah bagian yang alami ada pada manusia sebagai makhluk yang rasional dan berkehendak maka memilih itu juga adalah hak asasi yang seharusnya dilindungi dan dijamin.
Hal lainnya yang bisa kita lihat tentang natur manusia di bagian awal Kitab tersebut ialah manusia yang diciptakan sesuai gambar dan rupa Allah itu ternyata akhirnya jatuh kedalam dosa. Artinya, sebaik atau sehebat apapun yang dilakukan manusia melalui kapasitas dirinya pada akhirnya semuanya itu tidak ada yang tepat sasaran dan segala sesuatu yang terkena dampak perbuatan manusia menjadi tidak sesuai porsi dan posisinya. Akhirnya kerusakan dan kekacauan saja yang dituai mulai dari ekploitasi alam sampai rusak sampai dengan eksploitasi sesama yang menimbulkan penindasan, kejahatan dan perang.
Mempertimbangkan natur manusia tersebut maka bila dikaitkan dengan politik khususnya dalam persoalan pemerintahan dan kenegaraan kita bisa melihat dasar bagi tiap Kristen untuk peduli dan terlibat dalam politik khususnya urusan-urusan pemerintahan dan kenegaraan. Melalui kapasitas kita sebagai makhluk rasional dan berkehendak maka sesungguhnya kita dimampukan untuk memilih secara bertanggungjawab. Dalam pemilu kita bisa menentukan nasib negara dan bangsa ini dengan menjadi pemilih yang cerdas yaitu menjatuhkan pilihan berdasarkan pertimbangan data dan fakta seperti rekam jejak para calon pemimpin. Kita juga didorong memiliki kesadaran pentingnya pemerintahan sipil karena melalui pemerintahan sipil kita bisa menerapkan kehendak rasional yaitu pengawasan kebijakan. Pemerintahan sipil pun akan didorong menerapkan kehendaknya melalui kebijakan yang rasional sehingga bisa dipertanggungjawabkan.
Selain itu, karena fakta kejatuhan manusia ke dalam dosa maka keberadaan pemerintah dan negara adalah wajib untuk mencegah atau setidaknya meminimalkan kejahatan dan keburukan manusia sehingga memastikan keutamaan hidup bersama yaitu kesetaraan, keadilan sosial, dan kebaikan umum menjadi tugas-tugas pokok pemerintah dan negara. Sulit dibayangkan apa yang bakal terjadi pada kehidupan bersama jika tidak ada negara. Seperti yang pernah dikatakan tokoh reformator gereja bahwa negara yang kacau masih lebih baik dibandingkan bila tanpa negara. Terdengar ekstrem barangkali tapi bisa jadi ada benarnya. Karena manusia yang berdosa tanpa ada pengawasan dan kontrol maka yang ada ialah hukum rimba. Hukum rimba dunia hewan biarpun menakutkan tapi lebih mengerikan hukum rimba manusia. Hewan menyerang karena lapar dan merasa terancam tapi manusia menyerang karena rakus dan haus kekuasaan.
Tanggung Jawab Politis Kristen
Dengan mempertimbangkan kembali apa yang dinyatakan oleh Kitab Kejadian di Pasal 1 dan 2 maka bagi tiap Kristen apapun yang kita lakukan dalam kehidupan bersama adalah politis. Mulai dari bagaimana kita memandang dan menentukan bagaimana bersikap terhadap suatu hal dalam kehidupan bersama semuanya itu tak bisa kita hindari. Alkitab khususnya di Perjanjian Lama memang memberikan contoh negara yang ideal yaitu negara theokrasi dimana Allah menjadi pemimpin tertinggi dan sumber kedaulatan. Tapi contoh ini terjadi dalam konteks umat Israel sebagai umat Allah yang memiliki iman dan berbagi nilai-nilai yang sama. Bagaimana dengan kondisi sekarang ini khususnya dalam konteks Indonesia yang memiliki kemajemukan termasuk kemajukan orientasi nilai?
Kita sebagai Kristen dalam konteks dimana Allah menempatkan kita sebagai bangsa Indonesia maka mempunyai panggilan untuk menyatakan nilai-nilai universal Alkitab bagi kebaikan bangsa dan negara ini. Melalui menyuarakan terus-menerus tentang rasionalitas dan kehendak manusia serta potensi manusia untuk berbuat buruk dan jahat maka kita akan memberikan keseimbangan perspektif terhadap kehidupan bernegara dan cara memerintah. Banyak cara untuk terlibat dan berpartisipasi melalui pemilu dan mengawasi serta mengawal prosesnya juga adalah cara yang bisa kita tempuh. Kita tidak bisa lari dari mandat yang diberikan kepada kita sebagai warga negara untuk bertanggungjawab atas bangsa dan negara ini sama seperti Adam tidak bisa lari dari ketetatapan Allah yang memberikannya mandat untuk berkuasa dan bertanggungjawab atas taman Eden. Mudah-mudahan tulisan ini bisa menjadi berkat buat kita semua. Soli Deo Gloria.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: