YOLO #1: BER-(SERAH) atau TER(SERAH)?

Best Regards, Live Through This, 09 February 2023
Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak" - Yohanes 13:7

Bila diberi pilihan, kalian memilih untuk berserah atau terserah? tentu, setiap pribadi memiliki jawaban beserta alasannya masing-masing. Kedua kata tersebut—berserah dan terserah—memiliki kata dasar yang sama, yaitu serah. Menurut KBBI, berserah memiliki arti mempercayakan diri dan nasib. Kemudian terserah memiliki arti sudah diserahkan. Kita dapat melihat, meskipun keduanya memiliki kata dasar yang sama, namun keduanya memiliki arti yang cukup berbeda. Berserah dapat dipandang sebagai sebuah upaya manusia untuk tetap melakukan suatu hal dalam hidupnya, kemudian ia mempercayakan semua hal tersebut kepada orang lain atau bahkan Tuhan. Sedangkan terserah dapat dipandang sebagai bagaimana manusia sudah “pasrah” dengan keadaannya saat itu, lalu menyerahkan perkara itu kepada orang lain atau bahkan Tuhan. Kalau dapat didefinisikan seperti itu, apakah jawaban kalian masih sama?


Suatu kali, Emmaps berada dalam situasi yang cukup kompleks. Saat itu ia diminta untuk bertugas di luar kota dalam waktu yang tidak singkat. Sebagai seorang anak rumahan sekaligus agak introvert, tentu ia sedikit merasa kesulitan. Lucunya kesulitan tersebut, sebenarnya lahir dari pikiran-pikiran yang belum tentu terjadi. Kemudian, tibalah hari dimana ia berangkat. Sepanjang perjalanan ia memikirkan banyak hal, termasuk “apa ya, yang akan terjadi di sana? apakah aku bisa melakukannya? udahlah terserah nanti mau gimana” Sesampainya di tempat bertugas pun, ia masih memikirkan hal tersebut. Pikiran-pikiran tentang bagaimana proses selanjutnya dan lain sebagainya terus menghinggapi dan membuatnya semakin berpikir yang tidak-tidak. Pikiran mengenai terserah nanti mau bagaimana tidak sepenuhnya membuatnya tenang, sebaliknya pikiran tersebut membuatnya semakin kalang kabut dan khawatir. Hingga beberapa hari setelah berproses di tempat tersebut, Emmaps pun disadarkan oleh petuah dari orang tuanya dan juga ibu ditempat tinggalnya kala itu. “Itulah sebuah proses, percaya saja Tuhan sudah punya rencana buat kamu. Gunakanlah kesempatan untuk berproses kali ini dengan sebaik-baiknya.”


Emmaps yang mendapat pencerahan dan semangat itupun, mulai bangkit dan menyingkirkan pikiran-pikiran yang mengganggunya. Suatu pagi sebelum bertugas, ia berdoa “Tuhan, terimakasih untuk segala hal yang kau beri dalam setiap prosesku. Berilah aku kekuatan untuk menjalani proses ini, biarlah apa yang kulalui ini terjadi sesuai dengan kehendak-Mu”. Setelah itu, hari-hari dilewatinya dengan penuh kebahagiaan. Bahkan Emmaps pun mulai menemukan dirinya yang sempat hilang. Ia dapat merasa percaya kepada orang kembali, belajar membuka relasi pertemanan dengan siapapun dan masih banyak lagi berkat dari Tuhan yang ditemuinya. Apakah saat itu Emmaps tidak menemukan kesulitan? tentu saja tidak, Emmaps masih sempat menemui beberapa kesulitan, salah satunya ketika ia harus meninggalkan tempatnya bertugas untuk kembali berkuliah.  


Dari pengalaman Emmaps, kiita diperlihatkan mengenai pikiran “terserah nanti mau bagaimana” tidak sepenuhnya membawa ketenangan. Secara tidak langsung dengan sekadar memberikan “beban” kepada orang lain bahkan Tuhan, akan membuat kita semakin memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang sebenarnya belum tentu terjadi atau bahkan kita akan menjadi pribadi yang lempeng-lempeng saja dan tidak memiliki semangat. Dalam Yohanes 13:7,


‘Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak’


Yesus mengingatkan mengenai apa yang sedang dikerjakan-Nya dalam setiap kehidupan kita, mungkin saja tidak selalu dapat kita pahami saat itu juga. Sama seperti murid-murid Yesus, pada saat peristiwa pembasuhan kaki. Kita sering penasaran akan apa yang sedang Tuhan lakukan dan rencanakan, terkadang kita memaksakan untuk mengerti semua hal dalam satu waktu. Kalimat “Engkau akan mengertinya kelak” mengajak setiap kita untuk mampu menjadi pribadi yang percaya, meskipun saat itu kita belum benar-benar tau apa yang terjadi. Kelak itu kapan? ya bisa saja besok, mungkin minggu depan, atau tahun depan, bahkan entah kapan kita juga tak tau. Namun yang terpenting kita mampu menyerahkan seluruh hal tersebut dan percaya bahwa apa yang Tuhan berikan dan perbolehkan terjadi dalam kehidupan kita, semuanya dapat kita lalui karena Dia yang senantiasa menguatkan dan menopang langkah kita. 


Apa yang pernah dialami Emmaps, mungkin saja pernah atau sedang kita alami. Bisa jadi kita memilih terserah dan masa bodoh untuk setiap hal yang terjadi. Mungkin hal itu sudah lebih dari cukup. Namun adapula yang masih merasa haus akan jawaban yang lebih pasti dan pada akhirnya kita memilih untuk berserah—berusaha terus dan menyerahkan seluruhnya. Jadi bagaimana? pilihan apa yang akan kalian pilih? ter(serah) atau ber(serah)?


LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER