Kita tahu bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya. Namun, bukankah di balik semua kondisi kita, pasti ada rencana Tuhan yang indah?
Ignite People, siapa nih yang suka bercermin?
Hampir setiap kita memiliki cermin, kan? Mau itu cermin di kamar tidur, wastafel, atau sekedar cermin mini yang bisa dibawa ke manapun. Bahkan tak dipungkiri, banyak tempat umum, seperti mall juga ikut memasang cermin di sisi-sisi temboknya.
Photo by Rendiansyah Nugroho on Unsplash
Apa sih yang kita lakukan ketika bercermin?
Ya, kebanyakan orang kalau lihat cermin, pasti akan bercermin “Bagaimana penampilanku? sudah rapi belum?” Tak jarang sebagian cewek biasanya memakai cerimin make up pun agar tidak berantakan. Banyak hal yang dapat kita lakukan ketika kita bercermin. Dan tak dapat dipungkiri, ada orang yang ketika melihat cermin, akan berhenti sejenak untuk melihat apakah dia masih dalam kondisi yang rapi atau tidak.
Banyak orang, atau bahkan dapat dikatakan: semua orang butuh cermin. Tak hanya untuk keisengan, tapi orang yang akan meeting, presentasi, atau karyawan yang akan bertemu atasan pun biasa akan bercermin lebih dahulu agar penampilannya tetap terlihat rapi.
Namun, tak semua orang akan berlama-lama di depan cermin. Asal penampilan sudah rapi, biasa orang akan segera meninggalkan cermin itu.
Namun, apa yang akan kita lihat ketika bercermin?
Kita tahu bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya. Namun, bukankah di balik semua kondisi kita, pasti ada rencana Tuhan yang indah?
Sedikit berbagi tentang kondisiku...
Aku bukankah orang yang “sempurna” secara fisik. Terlahir sebagai kaum disabilitas bukanlah hal yang mudah, sebab tidak semua dapat aku lakukan dengan bebas.
Di saat orang-orang bercermin akan penampilannya, aku malah seringkali justru bercermin akan kondisi fisikku yang tidak sempurna. Ya, karena aku pun duduk di atas kursi roda. Bahkan untuk beraktivitas seperti mengoperasikan laptop pun, aku mengerakkan mouse dengan kekuatan bahu kananku.
Sebenarnya sudah sedari sekolah, aku ingin sekali bisa berpelayanan di gereja. Namun di balik keinginanku, aku pun sering merasa bingung “Aku bisa melayani di bidang apa dengan keterbatasanku ini?”
Hingga pada suatu saat, Pembina di Komisi Pemuda di gerejaku menyarankan bahwa aku bisa pelayanan sebagai singer atau petugas multimedia. Tak langsung mengiyakan, aku justru malah tidak percaya diri akan kondisiku. Aku tidak yakin bahwa aku dapat bernyanyi dengan baik, karena aku pun tidak dapat menarik nafas panjang dengan maksimal. Begitupun untuk multimedia, aku menjawab “Aku takut ga bisa ngeklik mouse dengan cepat,” sebab aku tau bahwa tugas multimedia tidak hanya membuat slide untuk kebaktian, tapi juga harus mengoperasikannya ketika kebaktian berlangsung.
Meski aku tidak langsung mengiyakan dan masih mempertimbangkannya, akhirnya aku pun mendaftar sebagai pelayan dan mengikuti Bina Pelayan. Namun, karena saat itu aku masih tetap tidak yakin akan kondisiku, aku pun meminta bahwa “Di saat giliranku melayani, aku hanya membuat slide dan masih butuh bantuan ketika hari-H pengoperasiannya.”
Hingga pada akhirnya, ketika aku pertama kali bertugas, aku hanya mampu membuat slide. Dan pada saat hari H, aku memang duduk di sebelah tempat multimedia, namun aku hanya melihat temanku membantu mengoperasikannya. Sebenarnya saat itu juga aku menjadi tidak nyaman seutuhnya. Selain karena aku jadi tidak enak dengan temanku karena harus meminta bantuannya, aku pun jadi merasa bahwa pelayananku untuk Tuhan jadi tidak maksimal. Sebab, sebenarnya aku pun masih Tuhan mampukan untuk click mouse sendiri, walaupun tidak secepat orang-orang pada umumnya. Tapi, saat itu aku masih meminta bantuan karena masih kurang yakin atas kemampuanku.
Beberapa bulan pelayananku berjalan demikian. Hingga akhirnya perlahan aku pun mulai memberanikan diri untuk mengoperasikan laptop sendiri.
Meskipun aku mulai mengoperasikan slide dengan memakai laptop sendiri, namun aku masih saja kurang percaya diri. Aku masih meminta tolong agar ada teman yang mau duduk di sebelahku untuk mendampingiku, sebab posisi duduk atau tanganku yang terkadang bisa tiba-tiba berubah karena ketegangan ototku, sehingga takut ada kesalahan slide terganti tidak tepat waktunya karena tidak sengaja mouse ke-click.
Di saat aku pelayanan multimedia di Komisi Pemuda Gerejaku
Efesus 2 : 10 “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”
Tuhan telah merancangkan panggilan hidupku, namun aku justru tidak percaya diri, sehingga menjadi kekhawatiran bagiku. Padahal seharusnya aku harus mencobanya terlebih dahulu, sebab bukankah Tuhan memilih kita bukan karena kondisi fisik kita?
Di Alkitab pun diceritakan kalau Samuel mengurapi orang pilihanNya, bukan karena kondisi fisiknya, namun karena memang Tuhan yang memilih. Itu pun yang menjadi renungan buat aku “Apakah saat aku melayani Tuhan, aku masih bercermin akan kondisi fisikku?”
Ignite People, terkadang menerima kekurangan dalam hidup ini memang tidak mudah. Tetapi, akankah kita terus bercermin untuk melihat kekurangan kita? Bukankah saat kita hanya bercermin melihat kekurangan, kita tidak bisa melihat karya indah Tuhan dalam hidup kita?
Tuhan telah menciptakan kita seturut dengan gambar dan rupaNya. Dia mempersiapkan kita untuk dapat melakukan pekerjaan baik. Memang tidak mudah ketika mengerjakan pekerjaan baik yang Tuhan beri hanya dengan kekuatan kita, namun Dia pasti rindu kita hidup di dalam-Nya. Sebab, jika Tuhan yang memanggil kita, bukankah Dia juga yang dapat memampukan kita untuk melakukannya?
Semangat menjalani panggilan-Nya, Ignite People!
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: