Selesai ibadah, ibuku berkata: "Panjang banget tadi doa syafaatnya, sampe statistiknya dikasih tau juga ke Tuhan. Kayanya nggak perlu disebutin, Tuhan juga udah tau deh," sambil kemudian tertawa kecil.
Ibadah Kamis Putih pada tahun ini memang agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika biasanya kita datang ke gereja bersama keluarga, teman, sahabat, atau bahkan pacar, tahun ini mayoritas umat Kristiani harus melaksanakan Ibadah Kamis Putih di rumah masing-masing bersama dengan keluarga menggunakan tata ibadah keluarga yang rata-rata biasanya dapat diakses melalui website resmi gereja.
Begitu juga dengan gerejaku, tata ibadah dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diakses semua orang dengan membuka website resmi gerejaku. Uniknya, dalam tata ibadah tersebut terdapat "peran-peran" dalam ibadah yang harus dilakukan oleh masing-masing anggota keluarga, seperti narator 1, narator 2, pembaca renungan singkat, sampai kepada pendoa syafaat. Karena aku hanya beribadah berdua dengan ibuku, akhirnya kami sepakat untuk melaksanakan "peran-peran" yang ada secara bergantian.
Tiba di doa syafaat, giliran aku yang mendapat peran. Sebenarnya tidak terlalu masalah besar bagiku, tapi agak sedikit kaget juga sih kalo tiba-tiba begini. Aku pun mengajak ibuku untuk menaikkan doa syafaat. Tentu saja, perhatian utama dunia saat ini adalah masalah pandemi Covid-19, sehingga pokok doa pertama yang aku naikkan adalah mengenai pandemi Covid-19 ini. Saat menaikkan pokok doa ini, aku menyebutkan statistik atau data mengenai pasien Covid-19 yang ada di Indonesia, mulai dari pertambahan kasus hari itu, jumlah pasien terkonfirmasi positif sampai dengan hari itu, hingga sampai aku menyebutkan juga persentase-persentase mengenai pasien Covid-19, seperti persentase pasien yang sembuh ataupun pasien yang meninggal dunia. Tanpa aku sadari, doa syafaat yang aku naikkan lumayan panjang jadinya.
Selesai ibadah, ibuku berkata: "Panjang banget tadi doa syafaatnya, sampe statistiknya dikasih tau juga ke Tuhan. Kayanya nggak perlu disebutin, Tuhan juga udah tau deh," sambil kemudian tertawa kecil.
Aku langsung teringat salah satu perikop di Alkitab mengenai hal berdoa yang ada di Matius 6:7-8.
Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
Ayat ini menyampaikan bahwa sesungguhnya Allah Bapa sudah mengetahui apa yang kita perlukan sebelum kita meminta kepada-Nya. Namun faktanya, seringkali kita bertindak seperti orang yang tidak mengenal Allah. Kita menganggap bahwa banyaknya kata-kata yang keluar dari mulut kita, maka doa kita akan dikabulkan.
Dalam doa yang aku naikkan, seolah-olah aku menganggap bahwa Allah tidak mengetahui situasi dan kondisi apa yang sedang terjadi sekarang ini. Namun, melalui komentar singkat dari ibuku, aku tersadar bahwa sebenarnya situasi yang sedang kita alami sekarang ini terjadi atas rancangan serta kehendak-Nya, dan otomatis Allah sudah pasti mengetahui apa yang sedang terjadi saat ini di dunia.
Salah satu sikap yang dapat kita lakukan di tengah pandemi ini adalah terus mengucap syukur kepada Allah dan percaya bahwa rancangan dan kehendak-Nya merupakan yang terbaik untuk seluruh ciptaan-Nya. Selain itu, kita juga dapat menaikkan doa kita kepada Allah dengan tekun, tetapi tentu saja bukan doa-doa yang dilakukan seperti orang munafik dan tidak mengenal Allah, tetapi doa yang kita naikkan dengan keyakinan iman kita, karena dalam Yakobus 5:16, Allah berfirman: Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: