Berkat + Minat = Bakat Sebuah kesederhanaan yang menghasilkan kebersamaan agar dapat memiliki kekuatan untuk mengoptimalisasi berkat Tuhan
'Kebersamaan antar generasi' - kalimat yang mungkin menggambarkan acara malam keakraban KPR GKI D.I Panjaitan tahun 2019 ini. Malam keakraban GKI D.I Panjaitan dilaksanakan bukan hanya mengenai hubungan dengan sesama remaja dan pemuda, namun juga antar generasi.
Malam Keakraban berlangsung dari tanggal 26-27 Juni 2019. Dalam acara ini, yang cukup berbeda adalah pesertanya. Bila makrab KPR gereja pada umumnya hanya diikuti oleh pemuda dan remaja di gereja tersebut, acara ini juga dihadiri anak-anak Sekolah Minggu usia madya. Bahkan bukan cuma itu, makrab ini pun terbuka bagi teman teman di luar GKI D.I Panjaitan. Suatu nilai keterbukaan yang menarik bukan?
Ibadah pembuka di pimpin oleh Pdt. Edward Raymond. Dalam segmen ini disampaikan hal-hal menarik mengenai kebersamaan yang akan menghasilkan kekuatan. Kekuatan merupakan suatu bentuk upaya mengoptimalisasi berkat Tuhan lebih lagi.
Pada ibadah ini pula, peserta diminta menemukan hal terbaik yang Tuhan beri dalam diri kami. Banyak dari kami menyampaikan mengenai berkat kepandaian, seperti : Bermain catur, matematika, menghafal. Ada yang berkata menyebut berkat rasa dan seni, seperti : Bermain musik, melukis, menulis puisi. Ada pula yang memiliki berkat secara fisik dan emosi, seperti : Badan yang kuat, sifat easy going. Bahkan ada yang menyampaikan diberi berkat pikiran, yaitu dapat melihat suatu kejadian dari ragam perspektif orang lain. Sungguh banyak berkat yang Ia beri!
Selanjutnya, Pdt. Edward Raymond menjelaskan bahwa dengan kita menyadari dan mengoptimalisasi berkat Tuhan, kita dapat membangun relasi yang baik dengan Tuhan. Inti dari relasi itu ialah hubungan diri kita dengan Tuhan.
Seperti yang tertulis dalam Matius 22 : 37-39, mengasihi Tuhan dan sesama tidak luput seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Kita tidak bisa berkata mengasihi orang lain, bila kita pun tidak mengasihi diri kita sendiri. Dan kami pun bertanya, "Sudahkah kita mengasihi diri kita sendiri? Bagaimana melakukannya?" Mencintai diri sendiri berarti menerima diri, baik kelebihan maupun kekurangan kita. Mencintai diri juga berarti menemukan yang terbaik dari Tuhan dalam diri kita agar dapat kita kembangkan.
Pengembangan diri dapat dilakukan dengan terus-menerus mencoba. Kita masing-masing baiknya selalu mencoba hal-hal baru untuk mengetahui berkat apa yang Tuhan beri, yang tentunya dapat kita kembangkan untuk kemuliaan namaNya.
Setelah itu kita dapat memilih apa yang kita sukai, yang sesuai passion dan minat kita. Setelah memilih, kita dapat berefleksi apakah harapan tersebut sungguh memuliakan nama-Nya atau hanya keinginan kita belaka. Bila kita sudah yakin dengan apa yang kita ingini dan benar dari Tuhan, maka kembangkan berkat tersebut secara kreatif. Berkat + Minat = Bakat, itu yang harus kita kembangkan terus.
Kecintaan kita pada Tuhan pun tampak dalam relasi dengan sesama. Relasi dengan sesama akan nampak dengan sikap menghargai orang lain, contoh kecilnya dengan tidak mematahkan semangat orang lain. Dalam berelasi dengan orang lain pun kita harus murah hati, berhati-hati dengan ucapan kita, dan bersedia mengampuni orang lain. Selanjutnya, peserta diberi tugas yang berat, yaitu melaksanakan hal tersebut selama makrab dan melanjutkannya di kehidupan sehari-hari.
Setelah ibadah pembuka, kami dibagi dalam kelompok-kelompok dan diajak melukis kaos yang akan kami gunakan dalam acara malam keakraban ini. Dalam kegiatan ini kami diajak untuk saling menghargai karya orang lain, dan tentunya berhati-hati dalam berkata-kata agar tidak melukai hati orang lain. Dari kegiatan ini pula terlihat beberapa peserta yang ternyata berbakat dalam bidang seni.
Sembari menunggu kaos dijemur hingga cat menjadi kering, kami diajak berdinamika dalam kelompok. Dalam kegiatan ini terdapat beberapa permainan secara kelompok. Pertama, permainan memindahkan botol dengan sarung. Kedua, permainan perang air. Di permainan ini kita harus menjaga sebuah kertas yang terletak di punggung salah satu teman kita. Dari sini kita diajarkan untuk saling melindungi dan tidak mementingkan keinginan diri kita. Loh kok bisa gitu? Ya karena setiap orang pasti ingin melempar air bukan? Tapi kita harus ada yang menjaga kertas tersebut agar tidak basah. Dalam permainan ini juga kami diajarkan agar bersedia mengampuni orang lain, terutama yang melempar terlalu keras dan mengenai kami.
Ketiga, permainan estafet tepung dan air. Permainan ini mengajarkan kita untuk berempati kepada teman kita yang membawa baju ganti hanya sedikit. Bagaimana bisa? Ya dengan meletakannya di posisi paling belakang agar tidak terlalu banyak terkena tepung. Hehehehe. Keempat, permainan memindahkan air dengan gelas yang diikat dengan tali. Permainan ini memang mudah, tapi tentunya tetap diperlukan sebuah kekompakan dan tentunya kejujuran.
Selanjutnya bersih diri dan kami berlatih drama. Setiap kelompok yang telah dibagi, diminta menampilkan sebuah drama cerita Alkitab pada malam hari. Pada pementasan drama, tiap kelompok menampilkan keunikannya; ada yang lucu, ada yang serius, ada yang tidak jelas, bahkan ada yang tidak sabar karena penontonnya tidak paham ceritanya.
Setelah pementasan drama, acara dilanjutkan makan malam dan sharing bersama. Setiap orang bebas menceritakan apa saja yang mereka inginkan, tanpa ada batas. Sungguh malam yang sangat hangat, di mana setiap orang bersama duduk tanpa membedakan aku lebih tua atau aku lebih muda. Kemudian, ada seorang remaja mengusulkan untuk bermain bersama agar lebih asik lagi. Hari pertama pun diakhiri dengan bermain werewolf bersama bapak pendeta.
Hari kedua, hari yang ditunggu. Setelah bersih diri dan sarapan pagi, kami menuju ke Pertapaan Melung. Di sana merupakan tempat yang sejuk, asri, dan tenang. Perjalanan dari parkiran mobil menuju lokasi tujuan relatif jauh dan menanjak, tidak jarang ada peserta yang mengeluh lelah. Dengan berjalan-jalan di pertapaan, diharapkan para remaja GKI semakin memaknai lagi kisah-kisah dalam Alkitab.
Setelah dari pertapaan, kami diberikan free time. Tidak jauh di pertapaan terdapat kolam renang, dan sebagian dari kami menghabiskan free time di sana. Hingga tiba waktunya pulang, kami menuju ke gereja dan acara ditutup dengan pembagian hadiah.
Malam keakraban yang sederhana, namun penuh kehangatan. Semua panitia yang terlibat pun tidak merasa lebih eksklusif, mereka dapat membaur dengan peserta lainnya. Tidak ada batas tidak ada celah, sehingga acara tidak monoton, semua dikemas santai dalam kebersamaan.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: