Daun Ara

Best Regards, Fiction, 18 June 2019

Awalnya daun ara.
Menutupi rasa malu memberi rasa aman yang palsu.
Lalu daun ara menjelma menjadi beberapa foto di sosial media.
Daun ara bahkan disematkan di mimbar ibadah.
Rasa malu bercerita tanpa suara. Membisikkan kebohongan dalam pesta.

Lalu seketika ketidaklayakan merajalela. 
Tidak cukup baik.
Tidak cukup kaya.
Tidak cukup berkarya.
Tidak cukup memberi.
Tidak cukup suci.
Ada jarak yang jauh dengan Dia yang menciptakan segambar dan serupa.

Kitalah yang menusuk belati lambungnya. Kitalah yang menancapkan paku di tangan-Nya. Penyebab dari setiap tetes darah di tubuh-Nya.

Namun tetap Dia bertanya “Dimanakah engkau?”
Di Kalvari terdengar langkah kaki. Rasa malu dikalahkan oleh kasih.
Ini bukan tentang selalu benar. Ini tentang menjadi manusia.
Maka tanggalkan daun ara itu. Dia rindu membalut dengan kasih yang utuh.

 

RELATED TOPIC

LATEST POST

 

Respons terhadap Progresive ChristianityIstilah progresive Christianity terdengar belakangan ini. Ha...
by Immanuel Elson | 19 May 2024

 “…. terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari...
by Rivaldi Anjar | 10 May 2024

Tanpa malu, tanpa raguTanpa filter, tanpa suntinganTiada yang terselubung antara aku dan BapaApa ada...
by Ms. Maya | 09 May 2024

TAGS

 

puisi

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER