Dear Teman-teman yang terkasih, Yuk, kita berhenti sejenak agar kita bisa melihat kasihnya lebih lagi. Bukan Tuhan yang menjauh, tetapi kita yang tidak dapat melihat-Nya karena menutup hati terhadap-Nya.
Siapa di sini yang tidak asing dengan kata kata “Potong rambut ah, aku mau buang Sial”.
Bulan Mei lalu, aku memutuskan untuk memotong rambutku yang panjang menjadi pendek. Awalnya aku mau potong rambut untuk memotong bagian rambutku yang bercabang dan kering karna cat dan catokan setiap hari. Saat aku sampai di salon, tante salonnya bilang, “Kalau kamu mau rambutmu bagus dan sehat ya potong ini yang bercabang dan kering, tapi rambutmu jadi pendek. Gimana?”
Finally, setelah aku potong rambut dengan banyak pertimbangan yang ada karna aku ingin rambutku sehat dengan memotong bagian yang rusak. Dari potong rambut menjadi pendek membuatku merenungkan suatu hal. Kadang di dalam kehidupan kita harus ada dan berani mengambil keputusan untuk meng-cut off sesuatu yang rusak atau jelek dalam kehidupan kita agar kita bisa lebih bersyukur dan hidup dengan sehat secara pikiran. Mungkin aku susah untuk mengambil keputusan itu, seperti aku potong rambut adalah keputusan yang sangat berat untuk ku ambil karena aku memanjangkan rambutku selama 2 tahun, dan menurutku sangat aneh kalau aku potong rambut. Memang terkandang sesuatu yang kita jaga dan sesuatu yang berarti untuk kita bukan lah sesuatu yang baik untuk kita juga.
Aku adalah orang yang sering overthinking dengan banyak hal dan selalu berekspektasi kepada orang lain. Lebih ke menaruh ekspektasiku ke mereka, tetapi pada akhirnya aku kecewa karena seseorang itu tidak sesuai dengan ekspektasiku dengan berbohong. Dari kejadian tersebut, aku tidak menyalahkan seseorang itu, tetapi ada hal yang baik yang ku ambil yaitu tidak semua hal sesuai dengan apa yang kita inginkan, dan kebahagiaan kita bukan bergantung di sikap mereka kepada kita. Selama aku merenung terkait dengan potong rambut, aku berusaha untuk cut off sesuatu yang tidak baik contohnya yaitu aku mau cut off overthinking, berekspektasi berlebihan, menaruh kebahagiaanku ditangan orang lain bukan kepada Tuhan Yesus, Sang pemilik hidup.
Dari perumpamaan yang Tuhan Yesus berikan di Lukas 13:6-9, kita belajar bahwa Tuhan Yesus menyuruh menebang pohon ara yang sudah tidak berbuah selama 3 tahun dan pengurus kebun itu memohon kepada Tuhan untuk mempertahankan pohon itu dengan merawatnya dengan memberi pupuk pohon dan mencangkul tanah didaerah pohon ara itu agar tahun depan bisa bertumbuh dan berbuah dengan baik.
Tuhan Yesus telah turun ke dunia untuk menyelamatkan kita karena Ia mengasihi kita. Oleh karena itu kita harus belajar memotong sesuatu yang menjadi penghalang kita untuk merasakan kasih-Nya. Dalam proses cut off sesuatu dalam hidup kita, pasti tidaklah mudah. Kita tidak bisa menjadikan diri kita sebagai pengemudi dalam hidup kita, sehingga untuk dapat melepaskan diri dari hal yang salah dan tidak baik (baca: bertentangan dari firman serta kehendak Tuhan), kita tetap memerlukan kasih-Nya.
Kita dapat merasakan dan melihat Yesus secara nyata ketika kita mengakhiri “Ke Aku-an” kita. Dengan kita memotong sesuatu yang tidak baik dalam hidup kita, kita juga mengakhiri Ke Aku-an kita sebagai pengemudi dalam hidup kita.
Dear Teman-teman yang terkasih,
Yuk, kita berhenti sejenak agar kita bisa melihat kasihnya lebih lagi. Bukan Tuhan yang menjauh, tetapi kita yang tidak dapat melihat-Nya karena menutup hati terhadap-Nya.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: