Aku rapuh, namun aku dirangkul Dia. Pelukan penuh cinta, dari Dia yang menunjukkan solidaritasnya kepada kita.
Hai Sang Rapuh
Hai Sang Rapuh
Bolehkah aku mengumpat kepada keadaan?
Ketika aku dipaksa menahan diri
Sementara aku ingin merenungi kerapuhanku
Hanya demi utopia
Tentang manusia harus bisa menjadi kuat, kuat dan semakin kuat
Hai Sang Rapuh
Bolehkah aku memaki tiang-tiang pancang kehidupan
Pegangan yang memiliki esensi awal
Untuk menata kehidupan
Kini yang kulihat, kudengar dan kurasakan
Hanyalah simplifikasi untuk kejanggalan-kejanggalan
Sebagai jawaban singkat atas hidupku yang rentan ini
Iya, Sang Rapuh. Anda tak salah baca
Tiang-tiang pancang itu bukannya meneguhkan
Mereka sangat mungkin dan kini jadi penghancur diriku
Penghancur yang paling manis
Hai Sang Rapuh
Aku tak suka dengan sebuah teori
Pemikiran yang dipuja untuk menyeselaikan kerapuhan
Padahal manusia adalah kertas penuh warna
Manusia adalah kertas indah penuh sobekan
Aku bukan tak terima dengan kehadiran kaki tangan Sang Rapuh
Tapi aku tak sudi dan jijik dipaksa mengikuti semua itu
Aku hanya butuh penguatan
Aku tak butuh dorongan untuk tahan banting
Tidak ada manusia yang tahan banting
Itu hanya fantasi yang terjebak ruang bernama kemustahilan
Manusia tidak tahan banting
Manusia akan jatuh dan bangkit sampai kepulangan abadinya
Beronggok daging, bernafas sibuk, berbicara tentang kekuatan
Mereka mendapat keuntungan
Lalu aku?
Hai Sang Rapuh
Bolehkah manusia yang rapuh muak dengan mereka?
Siapa mereka? Orang-orang yang konon katanya hamba-Mu
Yang sering kali terlihat sombong
Seakan paling tahu kehendak-Mu
Seakan mereka punya orang dalam di surgaMu
Yang keberadaan-Nya tak tahu dimana
Yang kau tutupi selubung misteri.
Aku rapuh, aku ringkih, aku bergejolak.
Lalu mereka mengatakanku dirasuki iblis, jauh dari-Mu
Aku ingin berkata kepada mereka,
“Makan kalian ayat-ayat dan cerita surga dari orang dalam kalian.”
Bahkan dari mereka yang katanya dekat dengan-Mu
Kerapuhanku hanya menjadi pertanda
Seakan kemanusiaanku berkurang ketika aku rapuh
Hai Sang Rapuh
Aku tak mau menjadi penyemangat semu untuk diriku
Aku tak akan mau menjadi motivator untuk orang lain
Aku hanya ingin menjadi pendengar yang baik
Aku akan bersedia untuk menjadi perangkul yang penuh cinta dan keikhlasan
Kerelaan untuk menambah gejolak diri dengan gejolak orang lain
Untuk bersama-sama bertumbuh
Atau bahkan bertarung
Melawan pemengang tiang pancang
Yang masih sibuk dengan khayalan penuh kemustahilan
Utopia tentang manusia kuat yang tak manusiawi.
Hai Sang Rapuh
Apakah aku mengumpat kepada-Mu dengan keadaanku?
Tidak!
Kerapuhanku ini mengajarkanku
Untuk menumbuhkan cinta
Untuk menunjukkan kebaikan
Di tengah utopia tentang kekuatan manusia
Aku rapuh, mereka rapuh
Kami perlahan belajar dan terbentuk
Untuk direngkuh dalam kasih-Mu
Hai Sang Rapuh
Terima kasihku tak akan cukup
Ketika Raja yang memberi pelukan
Hanya untuk merengkuh kami
Dan kini menjadi sahabat
Yang kupanggil Sang Rapuh
Terima kasih, Hai Sang Rapuh.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: