“Bila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu…. “
Aku t'lah tahu kita memang tak mungkin
tapi mengapa kita selalu bertemu?
Aku t'lah tahu hati ini harus menghindar
Namun kenyataan ku tak bisa
Maafkan aku telanjur mencinta
Lagu dari salah satu juara Indonesia Idol ini benar-benar membuat kaum remaja menggalau. Bagaimana tidak? Lagu ini mengisahkan cerita cinta remaja yang selalu bertemu tetapi tidak bisa bersama karena ada "orang ketiga" atau dirinya "menjadi orang ketiga".
Telanjur Mencinta benat-benar mewakili pegalaman pribadi saya tentang percintaan. Kata orang, ketika kita dipertemukan dengan seseorang, pasti ada maksud tertentu entah dirinya menjadi pasangan atau memberikan kenangan. Dalam pencariaan pasangan hidup, lagi dan lagi saya gagal. Betul-betul saya tidak tahu apa maksud Tuhan, saya merasa didekatkan dengan seseorang yang hatinya sudah dimiliki orang lain. Banyak hal yang sudah saya persiapkan untuk hubungan yang menuju ke jenjang yang serius, tetapi Tuhan mengubah semua rencana saya dalam sekejap. Lantas, apakah saya marah dan kecewa?
Tidak. Saya lebih bertanya-tanya, "Mengapa Tuhan? Mengapa Tuhan mengizinkan cowok ini masuk ke dalam kehidupan saya, apa rencana Tuhan? Mengapa gagal lagi? Mengapa Tuhan jauhkan lagi?"
Saya tahu ini salah dan ini adalan perasaan yang salah. Saya sangat kecewa dengan diri saya, mengapa secepat itu saya menjatuhkan hati saya kepada seseorang yang hanya "kesepian"?
Photo by Dave Webb on Unsplash
Namun di dalam perenungan saya, saya minta Tuhan memulihkan hati saya yang rapuh dan terluka ini. Dan Tuhan memberikan Yesaya 43:2 sebagai ayat yang memampukan saya berkata, “Ya saya masih ada Tuhan, ada Tuhan yang memberikanku kasih yang benar”. Ayat itu berbunyi demikian:
“Bila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu…"
Saat ini, saya merasa sedang tenggelam di dasar air. Saya bagaikan orang yang tidak bisa berenang, tetapi saya memaksa untuk terjun ke dalam dasar laut. Beberapa orang yang sudah memberikan saya nasihat dan peringatan bahwa saya akan tenggelam—karena saya tidak bisa berenang—akan bodo amat saat saya tenggelam di dasar laut. Meski demikian, saya percaya bahwa ada sosok Bapa yang akan selalu berada di depan saat anak-Nya tenggelam. Seperti itulah Tuhan yang selalu menyertai saya meski saya tenggelam di dalam pilihan yang saya buat sendiri, yaitu pilihan menjatuhkan hati pada hubungan yang salah.
Saya mendapatkan sebuah tamparan saat saya tenggelam, “Dia memang bukan berkat untuk saya, tetapi saya tetap memaksakan agar dia menjadi berkat saya.” Saya juga belajar bahwa kita tidak bisa memaksa seseorang yang kita kasihi juga mengasihi kita juga. Pengalaman pun mengajarkan saya untuk menyadari bahwa "mengasihi" dan "memiliki" seseorang bisa juga tidak berada dalam satu tujuan yang sejalan. Mungkin yang bisa saya lakukan saat ini adalah menyembuhkan luka yang bukan dari kesalahan orang lain, tetapi kesalahan dari diri saya sendiri yang terlalu menaruh harapan sepenuhnya kepada manusia bukan kepada Tuhan. Saya harus pulih bukan dengan menjalin relasi bersama orang yang baru, tetapi dengan hati yang baru yang dipulihkan dari Sang Empunya Hidup yaitu Yesus Kristus. Saya percaya Tuhan menyembuhkan hat-hati yang terluka dan membalut luka-lukanya seperti yang tertulis di dalam Mazmur 147:3:
Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.
Bagi Ignite People yang sekarang mungkin juga berada di situasi yang serupa, khususnya yang sedang terjebak di dalam hubungan yang "salah", mari kita sama-sama datang kepada Tuhan yang memberikan kelegaan dan kasih yang tidak akan kita temukan dari manusia. Bagaimana pun, keberdosaan manusia membuat kita tidak dapat mengasihi dengan sempurna sehingga kita sangat rentan untuk terluka. Namun, Tuhan yang sama juga memampukan kita belajar memaafkan orang tersebut agar kita tidak terus-menerus menyimpan luka pada hati kita yang menciptakan batu sandungan pemulihan kita. Meskipun membutuhkan waktu, kita juga harus belajar menerima jikalau dia bukanlah orang yang Tuhan sandingkan kepada kita—setidaknya untuk saat ini. Satu hal juga yang saya temukan adalah bahwa saya berharga di mata orang yang tepat dan diwaktu yang tepatl janganlah kita dipandang rendah karena kita terlalu mencintai orang itu dengan buta.
"Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!" - 1 Korintus 16:14
ini ayat pegangan saya untuk bekerja, menolong orang, dan melakukan berbagai hal lainnya. Sulit? Tentu, sangat sulit untuk ayat ini diterapkan saat saya terluka, saya kehilangan nafas saat saya tenggelam. Saya cuma bertanya kepada Tuhan, Why me? Why is this happening to me?" Apakah saya mendapatkan jawaban? Tidak, saya tidak mendapatkan jawaban seakan-akan Tuhan tidak menjawab pertanyaan saya mengapa ini semua terjadi kepada saya. Tuhan hanya menjawab, “Come to me, My child.” Ya, karena kadang kala saat kita berada di titik terendah, bukanlah nasihat yang kita butuhkan, tetapi cukup dengan pelukan yang tulus seperti Tuhan yang memelukku.
BenihKecil
Dear Tuhan yang baik,
Tuhan, aku terluka
Tolong ampuni aku karena menilai apa yang tidak aku mengerti dan karena bersandar padanya saat aku seharusnya bersandar dengan-Mu. Tuhan, aku tau dia bukanlah orang yang Tuhan siapkan untukku tetapi aku yang memaksankan semua ini, aku yang terlalu bertahan di dalam luka yang ku pilih sendiri, aku tidak menyalahkan Tuhan bahkan aku tidak menyalahkan cowok ini. Ampuni aku yang terlalu mengandalkan pikiranku sendiri dan hanya berfokus padanya, bukan pada diri-Mu sebagai satu-satunya Kasih yang sejati itu.
Terima kasih Tuhan telat mendatangkan dia dalam hidupku, meskipun singkat aku dapat belajar lagi tentang mengasihi.
With Love,
Your Child :")
*Yaps, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata bakunya adalah "telanjur", bukan "terlanjur" :) #Minbi
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: