"Okay, you lost your wife. And you lost your mom. I lost my nut." Hesher
Itu adalah sebuah potongan kalimat dari Hesher (dalam film HESHER,2010), seorang metalhead aneh yang hadir ke sebuah keluarga yang sudah di ambang kehancuran karena depresi akibat kehilangan. Kalimat tersebut diucapkan sebagai pidato perpisahan dalam misa jenazah nenek dari seorang karakter bernama TJ.
TJ dan ayahnya telah menjalani hari-hari dengan penuh penyesalan dan depresi karena mereka tidak bisa menerima kematian Ibu/Istri mereka. Kesedihan semakin bertambah ketika Madeleine sang Nenek/Ibu juga mati meninggalkan mereka. Dan adegan penutup dalam film ini sungguh mengharukan, Hesher, TJ, dan ayah mendorong peti mati Madeleine dan membawanya berjalan – jalan keliling kota sebagai pemenuhan janji mereka kepada Madeleine ketika hidup.
Kehilangan dan penyesalan adalah dua hal yang seringkali terjadi bersamaan, khususnya ketika itu berkaitan dengan orang yang kita sayangi. Namun ketika kehilangan sudah terjadi, penyesalan sudah tidak berarti lagi. Ada yang mengatakan bahwa sesuatu akan terasa sungguh berarti justru ketika sudah pergi.
Sayangnya bagaimanapun harus disadari bahwa kita hidup bukan untuk menyesali dan menangisi apa yang tidak bisa kita ubah lagi. Maka baiklah kita hidup dengan kesadaran untuk mensyukuri berkat Tuhan, termasuk orang-orang yang kita sayangi.
Photo by Stephen Radford on Unsplash
Minggu lalu aku baru saja mengalami kehilangan. Nenekku meninggal pada usia 87 tahun. Walau jelas ada rasa sedih akibat kesedihan, aku dimampukan tetap bersyukur karena Tuhan memberikan kesempatan penuh untuk aku mengenal dan menghabiskan banyak waktu pribadi bersama nenek sebelum akhirnya dia pergi. Begitu juga dengan mayoritas anggota keluarga kami, semua memberangkatkan dan mengikhlaskan kepergian nenek dengan doa dan senyuman. Tak ada lagi penyesalan karena kami semua telah melakukan semua yang terbaik selama nenek masih bersama dengan kami.
Di situasi kedukaan, kerap aku melihat pemandangan yang sungguh jadi sebuah pelajaran bagiku. Suara tangis dan penyesalan hadir di depan jenazah, tak lain karena menyesali waktu dan kesempatan yang telah disia-siakan dengan tidak melakukan apapun yang terbaik bersama nenek. Tapi semua sudah terlambat, semua tangis tak akan bisa memutar waktu kembali.
Markus 13:33 (BIMK) Jadi kalian harus berjaga-jaga dan waspada, sebab kalian tidak tahu kapan waktunya.
Dalam banyak renungan ataupun khotbah, ayat ini sering dipakai sebagai peringatan bagi kita semua akan akhir zaman atau kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Bagaimana kita harus mengingat bahwa kita harus dalam keadaan siap ketika waktunya telah tiba, karena berusaha memperbaiki diri sudah terlalu terlambat nanti.
Namun setelah kejadian kehilangan yang aku alami dan beberapa cerita lain mengenai orang yang pergi secara tiba-tiba, aku pribadi diingatkan oleh ayat ini tentang bagaimana kita mau menjalani hari-hari kita selama hidup ini dengan baik. Bagaimana kita mau melakukan semua yang terbaik sebagai rasa syukur kita karena Tuhan memberikan orang-orang yang kita sayangi dan menyayangi kita.
Photo by Helena Lopes on Pexels
Kita tak ada yang tahu kapan waktu kita di dunia ini akan berakhir. Tak ada juga dari kita yang tahu kapan waktunya orang-orang yang kita sayangi akan dipanggil Tuhan. Ketika seseorang telah meninggal, banyak muncul tangisan dan juga penyesalan. Ada yang menyesali segala kesalahannya, ada yang menyesali segala kesempatan yang telah disia-siakan.
Waktu tak bisa diputar kembali, termasuk mereka yang telah pergi pun takkan hidup atau kembali lagi.
Sedih, pasti. Sesak, juga. Semua telah terjadi dan gulatan perasaan itu menjadi tidak bermakna apa-apa jika kita terus mengulang kesalahan serupa. Firman Tuhan mengingatkan kita untuk berjaga-jaga, untuk terus menghargai hidup, untuk terus menjadi manfaat kebaikan dalam hidup baik bagi diri kita sendiri dan juga bagi orang-orang yang kita sayangi.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: