Karena di mana hartamu berada, di situ jugalah hati dan pikiranmu berada.- Matius 6 : 21
Beberapa waktu ini publik dihebohkan dengan perusahaan perencanaan keuangan yang menawarkan jasa manajemen investasi namun merugikan klien-nya dengan memasukkan dana klien ke dalam saham gorengan. (Kompas.com)
Dalam kasus ini, klien tersebut yang disebutkan ingin saham berbasis syariah namun dibelikan saham bank. Lalu, ada juga klien lain yang dirugikan begitu banyak akibat 70% dananya dialokasikan ke dalam saham IPO (Initial Public Offering) yang belum jelas laporan keuangannya seperti apa. Profil kedua klien ini adalah investor pemula, masih baru pertama kali terjun ke dunia investasi.
Dari kasus di atas, perusahaan itu jelas salah, karena setelah diusut, perusahaan yang bersangkutan tidak memiliki izin dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan tidak memiliki sertifikasi MI (Manajemen Investasi) namun mengelola dana klien. Selain itu, klien juga salah karena kurang memperhatikan dari awal sebelum memercayakan modalnya ke jasa keuangan. Selain mungkin karena masih belum mengetahui apa profil risiko-nya dan risiko berinvestasi, para investor pemula ini mungkin juga tidak mengetahui tentang jasa keuangan apa sajakah yang sudah legal (terdaftar di OJK) atau tidak.
Belajar dari kasus ini, saya menilai, masih banyak orang yang masih salah kaprah dengan investasi sendiri. Investasi sering diartikan sebagai cara instan untuk cepat kaya atau mendapatkan penghasilan tambahan, namun dengan usaha yang minim. Bahkan beranggapan, bisa tajir dengan investasi semata. Lalu, sebenarnya apa investasi itu?
Dalam buku "Investment" karangan Zvi Bodie dkk., Investasi didefinisikan sebagai berikut,
Investasi adalah pertanggungjawaban akan uang dan sumber lainnya pada masa kini dengan harapan akan meraih keuntungan di masa depan.
Melalui definisi tersebut, kita dapat mengetahui bahwa investasi adalah sebuah kegiatan konsumsi untuk saat ini dan masa depan, untuk mendapat perkiraan pengembalian (uang atau sumber daya lain) pada jangka waktu tertentu, dan untuk sewaktu-waktu mendapatkan pembayaran di masa depan. Investasi memiliki risk and return, yang saat berinvestasi sendiri kita harus menanggung sebuah risiko seperti mengeluarkan uang untuk diinvestasikan dan mendapat return atau pengembalian modal yang sudah kita investasikan. Atas penjelasan tersebut maka tujuan investasi yang sebenarnya adalah untuk berjaga-jaga untuk masa krisis, bukan untuk kaya (dalam hal materi) secara instan.
Masa krisis memang tidak bisa kita prediksi. Oleh karena itu, kita perlu berjaga-jaga agar di masa mendatang, kita mampu memenuhi kebutuhan finansial tersebut.
Namun pada praktiknya, investasi bukan hal yang mudah. Banyak hal yang harus diperhatikan juga seperti profil risiko kita, terlebih lagi jangan sampai karena investasi mengganggu living cost kita.
Know Yourself First!
Sebelum memulai, kita harus mengetahui bagaimana struktur living cost yang kita miliki, berapa penghasilan kita, dan gaya hidup kita. Jangan sampai karena investasi, kebutuhan sehari-hari kita terbengkalai. Selain mengetahui kebutuhan dan penghasilan kita, kita harus mengetahui risk profile. kita sehingga mengetahui produk investasi yang tepat untuk di investasikan. Terlebih lagi, aturan dalam berinvestasi adalah secukupnya, do not be greedy.
“Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.” Efesus 5:5
Serakah adalah pangkal dari pemberhalaan kita kepada uang. Melalui pemberhalaan kita kepada uang, kita semakin melupakan Allah dan berusaha segala cara demi mendapat untung (gain) yang besar. Terlebih lagi kita menjadi lupa akan apa yang sudah Tuhan sediakan bagi kita. Maka sangat diperlukan sekali untuk kita mengerti batasan "cukup" dalam berinvestasi.
Do A (Long-Term) Planning!
Saya yakin kita semua memiliki rencana-rencana apa saja sehingga harus berinvestasi. Sebagai contoh: ingin berziarah ke "Holyland", ingin berlibur ke Maldives, atau mungkin mempersiapkan tabungan pendidikan jika kita memiliki anak kelak. Eits, sebelum menentukan rencana tersebut, doakan dahulu, ya!
Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu. - Amsal 16 : 3 (TB)
Melalui perencanaan jangka panjang, kita dapat mengetahui investasi-investasi apa saja yang tepat sesuai dengan rencana keuangan kita. Tidak lupa juga, saya mengingatkan bahwa melalui perencanaan keuangan kita harus mengetahui berapa dana yang disisihkan untuk menjadi dana darurat sebelum kita berinvestasi (di luar tabungan, persepuluhan, dan living cost kita).
Choose Your Instrument Wisely!
Setelah kita mengetahui profil risiko, penghasilan, dan perencanaan keuangan kita, barulah kita memilih produk investasi apa yang bisa kita pilih. Ada banyak produk investasi berdasarkan risk and return-nya. Namun, kita memerlukan hikmat untuk memilihnya.
Pertama, pastikan tempat di mana kita berinvestasi. Apakah tempat tersebut sudah memiliki kredibilitas, seperti: sudah di bawah naungan OJK, Kementerian Koperasi, dll. Melalui kredibilitas kita sudah tahu riwayat jasa yang ditawarkan dari klien-klien sebelumnya.
Kedua, don’t put all eggs in one basket. Produk investasi beragam sesuai risikonya namun kadang kala naik dan turunnya harga tidak dapat diprediksi. Sama seperti ke perencanaan keuangan, dalam hal ini kita harus membagi berapa persen porsi untuk produk-produk investasi yang akan kita investasikan sesuai profil risiko kita.
Ketiga, lakukanlah dengan hikmat. Pada prinsipnya berinvestasi adalah tidak boleh serakah (do not be greedy).
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. - 1 Timotius 6 : 10 (TB)
Oleh karena itu, diperlukan hikmat untuk memilih dan mengelolanya supaya apa yang kita capai sesuai dengan yang kita rencanakan.
Akhir kata, kita bekerja selain untuk mendapat penghasilan, pekerjaan itu juga kita lakukan untuk kemuliaan nama Tuhan dan sebagai bentuk pertanggungjawaban kita kepada Tuhan. Termasuk halnya investasi, memang kita perlu untuk berjaga-jaga di masa krisis namun jangan sampai karena kita semakin berfokus kepada materi, kita kehilangan fokus kita pada Tuhan. Karena itu, saran saya, utamakan Tuhan dalam segala hal termasuk dalam hal berinvestasi.
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. - Matius 6 : 33
Referensi
Bodie, Z., & Marcus, A. (2011). The Investment Environment. In A. Kane (Ed.), Investment (9th ed., pp. 1-2). New York, NY: The McGraw-Hill Companies.
Pramono, R. (2020). Financial Planning Peluang Investasi di Masa Krisis. Lecture presented at Community Entrepreneurship Oikonomia in GKI Taman Aries, Jakarta.
Reilly, F. K. (2012). The Asset Allocation Decision. In K. C. Brown (Ed.), Investment Analysis & Portfolio Management (10th ed., pp. 34-37). Mason, OH: South-Western Cengage Learning.
Samara, A. (2020). Investalk: Yang Muda Yang Berinvestasi. Lecture presented at PSBB KP Ciplok in GKI Cipinang Elok, Jakarta.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: