Sanggupkah kau memberi seberkas cahaya?
Artikel ini adalah artikel terakhir dari rangkaian "Lilin-lilin Kecil". Silakan klik di sini untuk membaca bagian pertama, di sini untuk bagian kedua, dan di sini untuk bagian ketiga. Pada artikel keempat ini, acuan bacaan yang dipakai adalah Roma 6:1-14.
Pada artikel yang sebelumnya, kita diingatkan akan betapa besar kasih dan anugerah Allah melalui karya Kristus yang menyelamatkan. Oleh karena Kristus, kita dibenarkan di hadapan Allah, diperdamaikan dengan Allah, dan menerima hidup yang kekal. Melalui iman kepada Kristus, kita menerima anugerah keselamatan, hati kita diperbarui, dan kita dilahirkan kembali. Kita dimampukan untuk taat kepada Allah, sebagaimana pada mulanya kita diciptakan. Namun demikian, ketaatan kepada Allah ini bukanlah momen yang terjadi secara sekejap; ketaatan adalah sebuah proses yang progresif.
“Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” - Roma 6:1-4
Kita yang percaya kepada Kristus berarti juga percaya kepada kematian dan kebangkitan-Nya. Ini berarti, kita sebagai orang percaya juga ikut mati dan bangkit bersama dengan Kristus. Ketika kita menyesal dan bertobat, kita mati bagi dosa. Ketika kita menaruh percaya kita kepada Kristus, kita hidup bagi Allah. Kematian Kristus membebaskan kita dari maut dan kebangkitan-Nya memberikan hidup yang seturut dengan kehendak-Nya (Gal. 2:20).
Photo by IV Horton on Unsplash
“Ku telah mati dan tinggalkan cara hidupku yang lama
Semuanya sia-sisa dan tak berarti lagi.”
Ketika hidup dalam anugerah Allah, kita menyerahkan diri kita untuk dikuduskan dan diperbarui oleh Roh Kudus. Pengudusan ini mencakup seluruh aspek diri kita: tubuh, jiwa, intelek, afeksi, dan kehendak kita. Ini adalah karya supranatural Roh Kudus yang menguatkan kita supaya hidup kudus dan bisa mengembangkan praktik hidup yang kudus. Natur kita diperbarui dan dikembalikan kepada tujuan asalnya, yaitu supaya kita taat kepada Allah. Sekali lagi, karya ini adalah sebuah proses yang kita jalani sepanjang hidup kita. Meninggalkan cara hidup yang lama merupakan proses berangsur-angsur untuk merobohkan struktur dosa yang sudah terbentuk dalam diri kita dan mendirikan struktur Allah yang menggantikannya.
“Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” - Roma 6:11
Jika membaca ayat 5-11, kita bisa melihat bagaimana Paulus sangat menekankan bahwa kita mati dan bangkit bersama dengan Kristus. Keduanya seperti dua sisi mata uang yang harus hadir secara bersamaan, tidak bisa hanya salah satunya. Jika kita hidup bagi Allah, ini berarti kita tidak hidup dalam dosa. Pengudusan yang dilakukan oleh Roh Kudus memampukan kita untuk melakukan kebaikan spiritual sebagai buah dari kelahiran baru. Kebaikan spiritual yang dimaksud adalah kebaikan yang sesuai hukum Allah, lahir dari iman dan ketaatan sejati, serta bertujuan untuk memuliakan Allah. Ini adalah kebaikan yang berbeda dengan kebaikan manusia pada umumnya sebab konsep yang dipakai merupakan konsep Allah. Kebaikan yang dilakukan oleh orang percaya memiliki unsur extra mile (Mat. 5:41), sebagaimana Yesus ajarkan kepada kita. Misalnya, tidak membalas kejahatan (Mat. 5:39-40) dan mengasihi musuh (Mat. 5:44).
“Hidup ini kuletakkan pada mezbah-Mu, ya, Tuhan
Jadilah padaku seperti yang Kau ingini.”
Hidup bagi Allah berarti menundukkan seluruh aspek kehidupan kita kepada Allah. Kita menyerahkan hidup kita kepada kehendak-Nya dan taat berjalan dalam terang-Nya. Roma 6:12-14 juga mengingatkan kita bahwa kita sudah tidak lagi diperhamba oleh dosa. Ketika kita hidup bagi Allah, kita juga menyerahkan tubuh kita supaya dapat dipakai oleh Allah sebagai senjata kebenaran. Lagi-lagi ini menegaskan bahwa seluruh aspek diri kita, termasuk tubuh kita, dapat dipakai untuk melakukan pekerjaan baik yang Allah persiapkan bagi kita. Dengan demikian, apakah kita dapat memberikan seberkas cahaya melalui tubuh, jiwa, intelek, afeksi, dan kehendak kita yang sudah diperbarui?
Photo by Jez Timms on Unsplash
Sanggupkah kau memberi seberkas cahaya?
Karena pengudusan adalah sebuah proses, itu berarti kita membutuhkan latihan. Untuk bisa memancarkan sinar dalam seluruh aspek kehidupan kita, setiap bagian diri kita perlu dilatih. Seperti seorang atlet melatih tubuhnya untuk bertanding, kita juga melatih diri kita mempraktikkan iman kita (1 Kor. 9:27). Kita membutuhkan disiplin rohani yang membantu kita mengasah kepekaan akan tuntunan Roh Kudus. Kita membutuhkan proses yang semakin mengubahkan kita hari demi hari agar semakin serupa Kristus dalam melakukan pekerjaan baik yang Allah sediakan. Latihan ini dapat berupa latihan pribadi, seperti belajar Firman Tuhan dan berdoa, maupun latihan secara komunal dalam persekutuan dengan tubuh Kristus, seperti ibadah dan sakramen. Dengan latihan dan disiplin rohani, saya percaya kita dapat menjalani proses pengudusan dengan penuh ketaatan kepada kehendak Allah.
“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” - Roma 8:29-30
Kita yang secara natur sudah rusak, Allah perbaiki sehingga menjadi lebih dari yang bisa kita bayangkan, yaitu semakin serupa Kristus. Kita kehilangan kemampuan untuk menghidupi tujuan kita, yaitu taat kepada Allah. Namun, melalui pembenaran oleh Kristus dan pengudusan oleh Roh Kudus, orientasi kita dikembalikan kepada Allah dan kita dimampukan untuk taat kepada-Nya. Semuanya ini hanya oleh karena anugerah Allah bagi kita sehingga kita pun bisa memuliakan Allah.
“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Rm. 11:36).
Mari kita refleksikan:
Manakah aspek diri kita yang masih menjadi pergumulan untuk kita tundukkan pada kehendak Allah?
Latihan iman seperti apa yang dapat kita lakukan untuk melatih diri kita dalam mengerjakan keselamatan?
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: