“Berderaplah satu, perjuangan tiga sinode GKI. Sinode Jabar, Sinode Jateng maupun Sinode Jatim dari sejak tahun 1960 untuk mewujudkan GKI yang satu yang berarti tidak ada lagi GKI Jabar, GKI Jateng maupun GKI Jatim.” - Pdt. Em. Hosea Abdi Widhyadi, 2015
Perjalanan persatuan tiga sinode Gereja Kristen Indonesia mengarungi badai kehidupan tidaklah semudah yang kita kira. Kala itu, masih terbagi ke dalam tiga sinode besar, yang dikenal sebagai GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah, dan GKI Jawa Timur. Perbedaan ekonomi, sosial, hingga adat kebudayaan menjadikannya sebuah tembok yang tinggi menjulang dan membatasi tiga sinode tersebut hingga pada tahun 1984 sampai 1988. Pada tahun 1984, Sidang Sinode GKI Am digelar di Salatiga dalam rangka merumuskan penyatuan tiga sinode GKI kala itu yang masih terpisah satu sama lain. Pemuda-Pemudi menjadi penggerak utama dalam penyatuan sinode-sinode tersebut. Ketua Pemuda Sinode Am kala itu, Hosea Abdi Widhyadi, ditugaskan untuk merancang dan merumuskan sebuah lagu hymne yang menggambarkan persatuan sinode-sinode tersebut.
Kinasih (Jawa Barat) 26 Agustus 1988, merupakan momentum yang sangat sakral bagi Gereja Kristen Indonesia. Melalui Sidang Sinode Kesatuan, tiga sinode yaitu GKI Jabar, GKI Jateng, dan GKI Jatim mengikrarkan diri sebagai satu sinode GKI. Selain menjadi titik awal penanda terbentuknya Sinode Am GKI, pada sidang tersebut juga lagu "Berderaplah Satu" disahkan secara resmi sebagian menjadi pengingat komitmen ketiga sinode GKI, yang awalnya tiga (sinode) untuk berlayar bersama dalam satu bahtera.
“Adalah kebohongan kalau kita menghendaki gereja-gereja di Indonesia adalah satu kalau di GKI sendiri tidak bersatu dalam bentuk apapun saja dalam perwujudannya.”
- Pdt. Em. Hosea Abdi Widhyadi, 2015
Melalui lagu “Berderaplah Satu”, Om Nyok (sapaan akrab Pdt. Em. Hosea Abdi Widhyadi) mengajak kaum muda dan juga segenap jemaat GKI untuk bersatu tanpa memandang latar belakang ataupun sinode wilayah. Sesuai namanya, GKI (Gereja Kristen Indonesia) adalah gereja yang menaungi berbagai macam suku, latar belakang, dan budaya. GKI tidak hanya untuk orang Tionghoa, orang Jawa maupun orang Sunda saja, namun terbuka untuk semua orang dan menjadi percontohan dari negara Indonesia dengan berbagai macam budaya, suku, dan latar belakang.
“Jiwa GKI itu bersatu di dalam keberagamannya.”
- Pdt. Em. Hosea Abdi Widhyadi, 2017
Setiap jemaat GKI memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sebagai contoh, GKI Nurdin memiliki program kelompok kecil, di mana jemaat yang mengikuti program tersebut melakukan studi Alkitab dari buku berjudul Purpose Driven Life. Mungkin saja jemaat GKI lain memiliki program lain yang unik.
Latar belakang etnis dan budaya tiap jemaat GKI pun beragam. Ketika masih bernama Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee, jemaat GKI mayoritas dari etnis Tionghoa. Seiring dinamika zaman yang terus berlanjut, jemaat GKI tidak berasal dari etnis Tionghoa saja, namun juga dari etnis Jawa, Batak, Dayak, Toraja, dan lain-lain. Pluralitas jemaat inilah yang menjadikan awal bersatunya GKI di manapun ia berada.
“GKI yang satu, adalah GKI yang melakukan derap langkah yang satu. Secara hukum, secara ekonomi, secara perjuangan yang berada dalam gereja maupun dalam masyarakat dan negara”
- Pdt. Em. Hosea Abdi Widhyadi, 2015
Dari judulnya saja, “Berderaplah Satu” adalah seruan yang dicanangkan untuk menyuarakan persatuan. Jika kita ingat kembali, jauh sebelum GKI terbentuk, ketika gerakan pengikut Kristus masih muda, sudah ada panggilan yang harus dijalankan oleh orang-orang percaya. Kita tentu ingat doa Yesus kepada murid-murid-Nya, “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau” (Yohanes 17:21). Kita menyadari bahwa gereja pernah mengalami perpecahan dan diversifikasi aliran, namun saat ini kita bisa belajar untuk menerima perbedaan tersebut dan tetap memiliki kesatuan hati sebagai Gereja Allah.
Ketika kita memperdalam kembali makna liriknya, “Berderaplah Satu” juga memiliki arti yang mirip dengan semboyan negara Indonesia, “Bhinneka Tunggal Ika”. Walaupun terdapat banyak jemaat GKI dengan karakteristiknya masing-masing, pada saat merayakan hari penyatuannya setiap jemaat GKI akan menyanyikan hymne yang sama yaitu Berderaplah Satu. Setiap GKI juga memiliki liturgi yang sama, di manapun GKI tersebut berada.
“Namun, sejatinya himne ini juga adalah bentuk berbagi dengan umat Kristen Indonesia lain. Dengan kerendahan hati mengajak agar semua bersama-sama mengusahakan kesatuan derap dalam karya gereja bagi sesama”
- Selisip, 2019
Tidak hanya itu, “Berderaplah Satu” juga menjadi ikon GKI yang selalu dikenang oleh seluruh umat Kristen di Indonesia. Lagu ini mengajak kita sebagai umat Kristen di seluruh Indonesia, baik itu jemaat GKI maupun jemaat gereja lainnya, untuk selalu melangkah bersama-sama menjadi satu persekutuan dalam mencapai satu tujuan. Lagu ini menggambarkan persatuan umat, terlepas dari latar belakang gerejanya, dengan satu tujuan, yaitu memuliakan nama-Nya yang Agung, menegakkan kebenaran Firman Allah, dan selalu mengandalkan kasih kepada Allah dan kepada sesama dengan Yesus sebagai Kepala atas gereja-gereja yang ada.
“Kristus adalah kepala G’reja-Nya, Roh-Nya pun tetap membimbing umat-Nya; bahwa di dalam perjuangan yang berat itu ada Kristus yang memberi kekuatan.”
-Sukita, 2017
Perlu diingat kembali bahwa panggilan untuk bersatu bukanlah hal yang mudah dijalankan, mengingat banyaknya aliran dan corak gereja yang berada di Indonesia. Namun persatuan pengikut Kristus dapat diupayakan, dimulai dari lingkungan gereja kita sendiri. Lagu ini juga mengajak kita untuk berbalik melihat keadaan gereja kita sendiri. Terkadang di dalam gereja kita sendiri terjadi “pergesekan” entah karena posisi pelayanan kita, latar belakang jemaat ataupun perbedaan generasi. Contohnya, pergesekan antara pemuda dan majelis jemaat yang notabene lebih tua. Namun perlu diingat kembali, kita semua adalah anggota tubuh Kristus, kita diajak untuk menyadari bahwa gereja adalah satu tubuh (1 Kor 12:20) dan ajakan bersatu juga sudah diperintahkan melalui firmanNya dalam pasal 1 Korintus 12:24-25:
“..... Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus, supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan.”
Maka dari itu, apapun posisi kita di dalam gereja, pemuda atau penatua, pendeta atau umat, jemaat atau simpatisan, kita semua adalah anggota tubuh Kristus (1 Kor 12: 27), dengan Kristus sebagai Kepala Gereja-Nya.
“Hai seluruh Gereja Kristen Indonesia” menjadi panggilan persatuan bagi gereja-gereja di Indonesia, dimulai dari GKI. Pada perjalanannya, “Berderaplah Satu” tidak hanya memanggil seluruh umat Gereja Kristen Indonesia, tetapi juga kepada seluruh umat Kristen di Indonesia untuk melangkah bersama-sama dalam meneruskan karya Kemuliaan Yesus Kristus bagi sesama, terlepas dari mana kita berasal.
Akhirnya, perjuangan untuk menyatukan derap ini pun menyadarkan kita bahwa kita semua adalah anggota tubuh Kristus yang memiliki banyak anggota namun tetap satu.
Selamat jalan Pdt. Em. Hosea Abdi Widhyadi. Om Nyok telah memperjuangkan persatuan umat Kristen, terkhusus Gereja Kristen Indonesia. Biarlah kami pemuda-pemudi Kristen Indonesia yang melanjutkan perjuanganmu untuk melangkah bersama dalam derap yang satu. Sampai bertemu kembali di negeri seberang pelangi. Kekal lah kenangannya!
Kontributor:
Referensi
Departemen Informasi dan Komunikasi GKI SW Jawa Timur. “SERBA SERBI HIMNE GKI : ‘BERDERAPLAH SATU.’” SUKITA Supaya Kita Tahu, 2017, pp. 10–11.
Selisip. “Mengenal Himne GKI.” SELISIP.com, 5 Sept. 2019, selisip.com/2019/09/mengenal-himne-gki/. Accessed 1 Jan. 2021.
Temu Raya Pemuda GKI. “Di Balik Hymne GKI - Pdt. Em. Hosea Abdi Widhyadi - YouTube.” www.youtube.com, 25 Aug. 2015, www.youtube.com/watch?v=4p6bUHkCLK8&feature=youtu.be. Accessed 1 Jan. 2021.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: