Iman ibarat buku, mau menjadi buku seperti apakah kita ? Apa yang mau kita sajikan kepada para pembaca?
Jika teman-teman hendak membeli buku kira-kira apa yang menjadi pertimbangan untuk membelinya? Covernya, isinya, review dari para ahli, atau rekomendasi dari teman? Kalau teman-teman mahasiswa biasanya membeli buku yang menjadi prioritas kebutuhan mata kuliahnya tentu akan mencari isi dari suatu buku yang direkomendasi oleh dosennya. Atau ada juga yang senang membaca novel dengan tema tertentu berdasarkan penulis idola atau mendapatkan rekomendasi dari forum-forum novel. Apapun itu tentu tujuan teman-teman membeli buku adalah untuk dibaca dan mendapatkan ilmu serta referensi baru dari isi buku tersebut. Atau adakah di antara teman-teman yang Tsundoku? Orang yang membeli buku namun tidak dibaca sama sekali bahkan biasanya buku tersebut masih terplastik rapi. Biasanya orang Tsundoku membeli buku karena trend tertentu atau merasa tertarik dengan cover buku tersebut dan menjadikannya hiasan lemari kamar. Tentu Tsundoku juga bukanlah tindakan kriminal namun tindakan demikian justru telah mendiskreditkan nilai dari buku itu sendiri yang seharusnya memiliki muatan ilmu yang berguna namun justru hanya dijadikan hiasan.
Lalu bagaimana dengan kehidupan kita, atau spesifik mengenai kehidupan beriman kita? Teman-teman tentu sering mendengar quotes, “Iman tanpa perbuatan adalah mati”. Kalimat ini merujuk pada Yakobus 2:17, yang dijabarkan pada pasal 2:14-26 ini mengenai perbuatan sebagai representasi iman. Untuk mempermudah memahami hal ini, ada sebuah lagu yang tentu teman-teman tidak asing. Kutipan lirik lagu yang diambil dari NKB 204 berbunyi demikian, “Hidupmu kitab terbuka dibaca sesamamu; apakah tiap pembacanya melihat Yesus dalammu?”. Lagu ini sungguh menggambarkan pesan dari Yakobus 2 ini (meskipun penulis tidak yakin apakah penciptanya memang terinspirasi dari Yakobus 2 ini), yaitu kehidupan iman adalah soal menyatakannya dalam perbuatan dan tindakan.
Bahkan quotes di atas yang merujuk pada pasal 2:17 dengan tegas mengungkapkan, “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”
Jika iman hanya diindikasi dengan kita yang percaya kepada Allah, maka setan juga demikian! (ayat 19) Bahkan teman-teman juga akan tergelitik membaca ayat 15-16, ketika kita tahu bahwa sesama kita sedang kesulitan dan membutuhkan sesuatu yang kebetulan kita mampu menolongnya namun kita tidak melakukannya, apakah itu iman? Tentu iman yang kosong! (ayat 20)
Iman adalah perbuatan, iman adalah tindakan. Reff dari NKB 204 sungguh-sungguh menampar kita sebagai orang Kristen. Kalimat, “Nyatakan Yesus dalammu” diungkapkan 3 kali dan menjadi kalimat yang paling dominan dalam reff lagu ini. Hal ini hendak menegaskan bahwa Iman di dunia yang penuh cemar ini adalah untuk menyatakan iman kita kepada Yesus Kristus dalam kehidupan kita. Menyatakan iman bukan ketika kita berdoa di jalan sambil teriak keras-keras, atau kita yang membaca Alkitab keras-keras di tempat umum supaya oranglain masuk Kristen. Menyatakan iman adalah ketika kita dengan tulus menolong sesama yang nampak dalam mata kita membutuhkan pertolongan, mendoakan dan mendukung sesama kita yang sedang mengalami pergumulan, ataupun menjadi teladan dalam kerendahan hati dan kejujuran di antara sekitar kita yang mungkin larut dalam arogansi dunia.
Iman diibaratkan seperti buku yang tergeletak di lemari-lemari setiap orang, lemari diibaratkan sebagai sumber wawasan seseorang. Apakah kita hanya menjadi buku yang indah covernya sehingga lebih baik terus tertutup untuk menjadi hiasan di ujung lemari? Ataukah kita menjadi buku yang selalu terbuka di meja baca untuk dibaca oleh orang yang duduk di sana?
Jika pilihan kita adalah yang kedua, konten dan nilai apakah yang mau kita sajikan dalam “buku” tersebut? Apa yang mau kita sajikan kepada para pembaca? Iman seperti apakah yang mau kita nyatakan kepada orang-orang di sekitar kita?
Seluruh pilihannya ada dalam diri kita, mau jadi buku seperti apakah kita?
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: