Biarlah orang lain yang jadi bad cop-nya.
Pernahkah kita merasa tidak berarti? Mungkin terpikir, "Kalau nggak ada aku di dunia ini, kayanya nggak ada efeknya?" Mungkin sempat berpikir "Andai aku seperti dia, pasti aku bisa berkontribusi lebih banyak dan orang-orang akan melihat aku?"
Saya pernah merasa seakan apa yang saya kerjakan itu tidak signifikan. "Ah, saya cuma melakukan ini kok. Seberapa besar sih efeknya?" Apalagi kalau sudah mendapatkan tanggapan-tanggapan yang tampaknya "mendukung" pemikiran itu; malahan mungkin juga mendapatkan keluhan.
Tapi beberapa waktu ini, Tuhan kembali mengingatkan bahwa saya pun punya peran penting dalam keseluruhan rencana besarNya bagi dunia ini.
Dalam pekerjaan dan pelayanan, saya bekerja dengan anak-anak remaja seumur SMP-SMA di bidang pendidikan. Dan dalam pekerjaan saya ini, tidak jarang saya harus melakukan pendisplinan. Tidak jarang anak-anak tidak menyukai aturan yang ada, dan tidak suka juga mendapat konsekuensi karena melanggar.
Suatu hal yang wajar bukan, kita sebagai manusia ingin bebas? Tapi kita tahu bahwa aturan yang ada itu adalah untuk kebaikan mereka, dan kebaikan bersama. Sebagai catatan, saya mengategorikan diri sebagai orang yang cukup tegas dan saklek.
Tidak jarang saya kadang berpikir, apakah saya harusnya cuek aja? Toh siapa sih saya? Seberapa besar efeknya kalau saya cuek, dan kalau saya tegas? Toh bukan saya saja yang berperan dalam pembentukan anak-anak ini. Biarlah orang lain yang jadi bad cop-nya!
Tapi ada suara di dalam hati saya yang terus menyemangati diri untuk konsisten dan tetap teguh. Seorang senior saya pun juga terus menguatkan dan memberikan panutan melalui sikapnya.
Saya pun akhirnya belajar untuk bisa kuat dalam pendirian, tapi juga belajar untuk cuek di sisi lain. Biarlah mereka mau kesal, marah, atau tidak suka terhadap saya sekalipun, asalkan saya tahu itu benar, dan selama tujuan saya memang untuk kebaikan mereka dan bukan untuk menjatuhkan, biarlah saja. Saya juga melakukan itu dengan kasih.
***
Pada suatu hari, saya bertemu dengan salah satu anak yang sudah lulus. Dulu, saya tidak terlalu dekat dengan anak ini. Saya ingat, anak ini juga sering berulah sehingga saya sering harus mengomel, dan dulu setahu saya, dia tidak terlalu suka dengan saya. Tapi saat bertemu di mall hari itu, dia dari kejauhan sudah berteriak memanggil nama saya dan agak berlari mendatangi saya. Jujur, saya shock.
Ia kemudian langsung menanyakan kabar, dan bercerita panjang-lebar, meski saat itu, sebenarnya dia sedang bersama satu temannya. Sambil berdiri di lorong mall di depan toko, kami mengobrol kurang lebih setengah jam, sementara temannya itu menunggu kami! Sangat tidak terbayangkan hal tersebut bisa terjadi.
Anak ini bercerita bahwa dia bersyukur dulu sering diingatkan mengenai mana yang baik dan tidak baik, karena baru sekaranglah dia paham. Bahkan dia mengatakan rindu akan sosok yang suka mengomelinya ini, karena dari situ dia belajar.
Saya beruntung, bisa bertemu anak ini lagi dan melihat "buah" dalam waktu yang singkat. Tapi tidak jarang kita hanya sebagai penabur saja dan orang lain yang akan menuai. Toh dari kisah ini, saya benar-benar merasa diingatkan bahwa saat kita melakukan yang baik dan benar, meskipun orang sekitar berkata lain, tetaplah teguh. Teruslah menabur yang baik, sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki.
Mungkin kita tidak melihat buahnya, mungkin bukan kita yang menuai. Tapi percayalah, hal baik yang kita tabur tidak ada yang sia-sia. And you are important! Sekecil apapun itu pekerjaan yang kalian lakukan saat ini, lakukanlah dengan yang terbaik, yang kalian bisa. Sesusah apapun itu, sekecil apapun itu, teruslah setia. It will all be worth the effort and the struggles.
Stay strong in Christ and believe that in Christ, no one is insignificant!
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: