Betapa hidup ini berisik, hiruk pikuk, bising. Membuat menjadi pekak. Gusti, ajarku berdiam, mendengar keheningan di tengah keramaian.
Mendengarkan Keheningan
Hati ini bising, pikir ini gaduh
Terlalu sering lidah ini berkata aduh
Ingin diri ini kabur ke tempat tanpa keluh
Namun hanya mampu berlari sejauh kaki membawa tubuh
Kemanapun itu, air mata tetap bercampur peluh
Menumpulkan hati, menjadikannya kelu
Pikir ini penuh, tak ada ruang bagi terang
Pikir ini sesak, gelap, pekat
Sibuk menimbang tawa dan air mata
Seakan hidup hanya tentang sedih dan bahagia
Hati ini ribut, tak lagi dapat mendengarkan
Suara rintihan mereka yang rindu diterima seada-adanya
Tanpa perlu berstrata ratu atau pangeran
Hati ini tumpul, dan suara-suara itu terus memantul
Suara kasih dan ketulusan yang ingin menerimaku seada-adanya
Tanpa sadar, telinga ini lelah karena tak kunjung terima pujian
Jiwa ini asing pada keheningan
Sibuk berlakon seakan diri ini sang Maha,
Yang berhak tetapkan harga baik dan benar
Sibuk memilih topeng apa yang tepat untuk digunakan,
Agar bisa bertahan dalam kegaduhan
Hidup ini berisik,
Penuh dengan suara-suara tuntutan
Yang dicipta untuk kebanggaan
Namun dibalut jawab untuk kemuliaan
Hidup ini pekak, karena bising yang pekik
Lupa berhening, menikmati keabadian
Enggan mengecap kesederhanaan
Bising dan gaduh membuatku menjadi buram
Tak mampu lagi merasakan Tuhan dalam keheningan
Seakan Tuhan alpa dan tak berdaya
Gustiiiiii… Yesus… Bayi mungil Mahakudus,
Ampun Gusti…
Ampun…
Kumengemis padaMu ya Gusti,
Kumengemis satu hari lagi,
Ajarku berdiam,
Beriman bahwa daulat kasih Sang Keabadian
Ada sekalipun dalam keheningan
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: