Ini suara saya yang sekarang melayani di salah satu another liquid place, yaitu dunia pendidikan.
Ini suara saya yang sekarang melayani di salah satu another liquid place, yaitu dunia pendidikan. Tepat di bulan Mei ini, di tanggal 2 sebagai Hari Pendidikan Nasional, kita berbicara tentang Solid/Liquid Church. Saat muncul tema tersebut di beberapa webinar atau hal semacamnya baru-baru ini, di dalam kepala saya berputar-putar tidak hanya soal gereja, tapi juga tentang semua lembaga Kristen yang diperhadapkan dengan perubahan dunia yang begitu cepat, termasuk perubahan yang mendadak seperti saat ini karena pandemi Covid-19. Mungkin karena saya berkecimpung di dunia pendidikan, ya, mungkin. Tapi ini jadi menolong saya bagaimana saya harus melihat ladang Tuhan yang lain di situasi saat ini.
Ada 2 pembahasan yang ingin saya sharingkan.
Pertama, tentang konsep sistem pendidikan di Indonesia. Oktober 2019 lalu, saat kita pertama kali mengetahui bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terpilih adalah Nadiem Makarim, we knew him previously as the CEO of Go-Jek, di kepala saya terbersit banyak hal, terutama penggunaan teknologi yang lebih masif dan dominan di sistem pendidikan di Indonesia. Tentu ini tidak lepas dari latar belakang Nadiem yang sangat fasih dengan teknologi. Begitu juga dengan latar belakang pendidikan sarjana dan master yang keduanya diambil di Amerika Serikat, rupanya juga memengaruhi Nadiem dalam melihat jalannya pendidikan di Indonesia. Tidak hanya soal teknologi, ia juga menekankan agar sistem pendidikan di Indonesia seharusnya lebih bersifat fleksibel dan tidak membebani sekolah dan guru dengan tugas-tugas administratif (seperti jalannya pendidikan di luar negeri sana).
Serta, sekolah yang tadinya bersifat mengawasi, ke depan harus berubah untuk menjadi lebih melayani.
Pekerjaan Nadiem yang tentu sudah di-blue print sedemikian rupa, ternyata diwujudkan dalam waktu yang tak terduga, begitu cepat dan dalam momen yang tidak pernah siapa pun membayangkannya. Ya, munculnya pandemi Covid-19. Berdasarkan kondisi yang tidak memungkinkan anak hadir di sekolah demi menghindari penyebaran dan penularan Covid-19, maka siswa dan guru harus melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) daring/online. Siapakah yang di antara mereka yang betul-betul siap 100% menghadapi kondisi ini? Baik siswa, terutama guru, mungkin jumlah yang 100% siap bisa dihitung jari, paling tidak di sekolah saya, ya. Tapi bagaimana pun, mau tidak mau, siap tidak siap, semua harus belajar memanfaatkan teknologi agar KBM tetap berjalan, meskipun guru dan siswa berada di rumah masing-masing. Sudah tak terhitung lagi keluhan di awal aturan ini diberlakukan. Tapi juga tak terhitung pula banyak siswa dan guru yang kini mulai menikmati proses baru ini.
Seperti situasi yang terjadi di atas, maka kita dapat melihat bagaimana sekolah akhirnya diperhadapkan juga dengan situasi mau tetap Solid atau menjadi Liquid School?
Kita dapat membayangkan apabila sekolah tetap bersikeras agar anak masuk ke sekolah dan tidak perlu belajar di rumah, efeknya adalah kesehatan guru dan siswa bisa terdampak Covid-19, dan tentu diiringi dengan keresahan dan protes dari orang tua. Namun saat belajar dan bekerja dari rumah diberlakukan pun, tidak begitu saja menyelesaikan masalah, karena sekolah harus mau belajar lebih lagi untuk lebih dekat dengan teknologi. Orang tua harus bekerja lebih mendampingi anak belajar/mengerjakan tugas/tes online. Guru harus mengenali satu per satu aplikasi yang bisa menjadi penolongnya dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif, baik dalam penyampaian materi pelajaran, ataupun saat memberikan tugas. Sekolah juga harus berjuang untuk menggunakan teknologi dalam mengelola segala hal administrasi, termasuk bulan-bulan ini dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pun harus diubah konsepnya menjadi PPDB Online. Orang tua pun terkena dampaknya harus bekerja lebih untuk mendampingi anak belajar materi/mengerjakan tugas/tes online.
Belum lagi pembaharuan kebijakan pendidikan yang di area saya selama 2 minggu sekali harus diperbaharui oleh Dinas Pendidikan Provinsi, diteruskan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, diteruskan ke Yayasan/Sekolah, dan kami harus meneruskan ke Orang Tua Siswa. Kebijakan yang terus diperbaharui sesuai dengan kondisi ini juga harus membuat kami bersiap-siap dengan Plan A dan B. Plan A apabila KBM daring diperpanjang, atau Plan B apabila siswa sudah diperintahkan untuk bisa kembali masuk ke sekolah. Kami harus benar-benar cair dalam menyesuaikan diri dengan segala situasi ini. Ya, seperti air masuk ke dalam suatu wadah baru, maka ia akan menyesuaikan bentuknya sesuai bentuk wadah yang menampungnya. Begitu pula kami, pelaksanaan pembelajaran saat ini sangat dipengaruhi dengan situasi.
Apa yang kami hadapi di dunia pendidikan saat ini, di mana tempat saya melayani adalah Yayasan Sekolah Kristen, semestinya juga berlaku bagi lembaga Kristen lainnya.
Tidak hanya gereja yang belajar mewujudkan sifat Liquid-nya, namun juga kami dan semua lembaga Kristen lainnya.
Sebagai ladang-ladang Tuhan, kami belajar bagaimana menyesuaikan diri dengan keadaan yang terus berubah dengan cepat. Kami belajar bagaimana harus melayani di tengah kondisi kami sendiri sulit, sulit baik dalam segi skill diri, ekonomi, dan lain sebagainya. Belajar berbagi kepada mereka yang membutuhkan di saat lembaga Kristen atau lembaga swasta juga berjuang mempertahankan keeksisannya. Belajar berjuang tetap menyuarakan anugerah dan kebaikan Tuhan akan tetap hadir bagi setiap orang yang bersandar kepada-Nya.
Yesaya 6:8 berkata demikian, “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!””
Ya, pada akhirnya ini semua berbicara tentang pelayanan, bagaimana kita siap melayani di segala situasi dan keadaan. Dan ini berlaku bagi kita semua, para pelayan ladang Tuhan di mana pun berada.
Tetap semangat, untuk teman-teman yang melayani di dunia pendidikan atau lembaga Kristen ataupun lembaga swasta lainnya. Percayalah, Tuhan yang akan senantiasa memampukan kita semua.
Eitss.. Pembahasan kedua? Saya sharing-kan di kesempatan menulis artikel selanjutnya, ya… Hehehe…
Stay safe, stay clean and healthy, and God bless us! J
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: