Don't Waste Your PSBB: Inilah yang Bisa Dipelajari Selama Masa yang Tak Menentu

Best Regards, Live Through This, 14 May 2020
Ternyata, melalui kejadian ini pun, kita bisa belajar untuk semakin berserah dan berlindung pada TUHAN. Seperti kata Pemazmur yang mengatakan bahwa TUHAH-lah tempat perlindungannya, demikianlah TUHAN jugalah satu-satunya perlindungan kita dalam kondisi apapun.

Ketika mendengar bahwa di Surabaya Raya akan diterapkan PSBB pada pertengahan April lalu, sedikit bagian dalam diri saya berpikir, bahwa kebijakan ini akan mengurangi jumlah angka orang yang terpapar virus Corona ini. Namun, data berkata sebaliknya. Data dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Jawa Timur justru menunjukkan bahwa angka pasien semakin bertambah; yang lebih mengherankan, justru bertambah di kala PSBB berjalan, bahkan hingga artikel ini dituliskan. 

Kaget? Iya. 

Bingung? Juga iya. 

Tapi, hal itu tidak berhenti hanya pada kekagetan dan kebingungan semata. Siapa bilang kita tidak bisa berbuat sesuatu selama masa-masa PSBB ini? Sudah banyak artikel yang menuliskan soal hal-hal yang bisa kita pelajari selama masa-masa PSBB dan karantina. Namun, semua itu tergantung pada diri kita masing-masing untuk memanfaatkan masa-masa ini. 

Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari #dirumahaja selama masa pandemi ini. Sebuah buku – atau bisa disebut dengan booklet – karya penginjil ternama John Piper berjudul Don’t Waste Your Cancer akan memandu kita dalam tulisan ini. Buku ini ditulis ketika Opa John akan menghadapi operasi kankernya, dan buku inilah hasil refleksi Opa John untuk para pembacanya. Izinkan saya memodifikasi sedikit judulnya dalam tulisan ini, sebab saya menemukan beberapa hal yang bisa diterapkan dalam kehidupan kita saat ini. 

Opa John membagi tulisannya menjadi 11 bab pendek yang diuraikan sangat singkat, yakni hanya satu halaman saja per babnya. Dan, inilah hal-hal yang bisa kita pelajari dari buku karya Opa John Piper.

1. Semua hal yang terjadi ada dalam kuasa Allah. 

Allah menetapkan segala sesuatu. Ketika Ia mengizinkan sesuatu terjadi, berarti ada suatu hal yang Allah inginkan bagi kemuliaan-Nya. Dan semuanya tetap dalam kuasa Allah untuk mendatangkan kebaikan seperti yang tertulis dalam Surat Roma 8:28.

Ya, semua hal! Itu berarti, termasuk ketika negeri kita mulai terkena paparan virus ini pada awal Maret lalu. Itu dalam kuasa Allah! Kita tidak akan pernah tahu mengapa Allah mengizinkan virus ini masuk ke Indonesia. Namun, yang kita ketahui adalah, Allah mengizinkan ini karena Ia mengetahui bahwa akan ada kebaikan yang datang. 

2. Ada pengharapan di dalam iman yang benar kepada Allah. 

Tak dapat dipungkiri, merebaknya virus ini membuat orang-orang ketakutan. Kita pun termasuk. Tetapi, hidup dalam ketakutan itu justru adalah sebuah kesia-siaan dalam masa-masa seperti ini. 

Memang, patut diakui, banyak pengusaha yang perusahaannya harus tutup karena terkena dampak dari pandemi ini. Tetapi, bukan itu inti masalahnya. 

Benar kok, bahwa angka kematian karena paparan virus jenis baru ini tergolong tinggi. Angka penularannya saja tidak main-main besarnya. Tetapi, lagi-lagi bukan itu intinya. 

Coba kita pikirkan. Kalau kita hanya berhenti pada masalah itu, maka kita akan hidup dalam ketakutan dan bukan pengharapan. Hidup dalam pengharapan itu tidak berarti kita selalu memikirkan hal-hal yang positif saja. No, it doesn’t right either! Kita bisa terjebak dalam ketakutan maupun toxic positivity

Sebaliknya, kita harus mengakui bahwa ketakutan itu ada, dan kematian itu nyata. Dan inilah pengharapan, bahwa Tuhan selalu bersama dengan kita di segala waktu. Artinya, kita tidak sendirian, Ignite People. Kita bisa menemukan pengharapan di dalam Kristus Yesus. Kenyataan akan pengharapan dapat dibuktikan dengan pemeliharaan Tuhan setiap hari yang tak pernah habis. Dan itulah yang dideklarasikan oleh Nabi Yeremia dalam Ratapan 3, di mana di tengah-tengah penderitaan pun, masih ada anugerah Allah bagi kita. Dan itulah pengharapan bagi kita. 

3. Semakin bergantung pada Allah

Ketika harus pergi keluar rumah untuk keperluan mendesak, saya sempat berpikir bagaimana jika saya terpapar? Apalagi, adanya sebuah klaster baru di dekat tempat tinggal saya, membuat segala sesuatunya tidak nyaman. Namun, saya tetap pergi pada akhirnya karena memang membeli barang kebutuhan di supermarket tetaplah penting. Hal yang luar biasa adalah, saya jadi merasakan bahwa Tuhan melindungi saya, baik saat dalam perjalanan maupun saat berada di supermarket.  

Ternyata, melalui kejadian ini pun, kita bisa belajar untuk semakin berserah dan berlindung pada TUHAN. Seperti kata Pemazmur yang mengatakan bahwa TUHAH-lah tempat perlindungannya, demikianlah TUHAN jugalah satu-satunya perlindungan kita dalam kondisi apapun. 

4. Waktunya untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah

Tanpa sadar, seringkali suatu bencana atau hal buruk yang terjadi bisa membuat kita lebih dekat kepada Allah daripada saat keadaan baik. Itu seringkali benar. Coba lihat apa yang terjadi pada Bangsa Israel di kitab Hakim-hakim. Saat keadaan mereka dijajah oleh bangsa lain, mereka berseru-seru minta tolong kepada TUHAN agar dibebaskan dari penjajahan. Tetapi, ketika mereka sudah kembali merdeka, mereka lupa akan TUHAN yang melepaskan mereka dari penjajahan tersebut sehingga terbentuklah siklus yang selalu terjadi, yang dapat kita temukan di dalam kitab Hakim-hakim tersebut. 

Tidak jauh-jauh juga, bukankah kita seringkali begitu, atau tidak demkian, Ignite People? Kesulitan apapun bisa membuat kita mencari TUHAN lebih daripada saat kita baik-baik saja. Biarlah kita saling introspeksi diri masing-masing.

5. TUHAN itu tetap baik. Jadi, tetaplah mengucap syukur dan Soli Deo Gloria

Bagian ini yang paling penting. Mau apapun yang kita lakukan selama masa-masa PSBB dan karantina ini, biarlah itu memuliakan nama TUHAN. 

Seperti kata Opa John Piper bahwa apapun hal positif yang bisa kita lakukan ini adalah sebuah momen untuk bersaksi, demikianlah masa-masa ini bisa kita manfaatkan untuk menyaksikan berbagai kebaikan TUHAN yang lain, yang mungkin selalu kita abaikan. Berapa kali kita bersyukur hanya karena kita bisa bangun pagi keesokan harinya? Atau hanya karena kebutuhan makan kita tercukupi? Atau karena kita sudah punya pekerjaan dan gaji yang tetap? 

Rasul Paulus pun menyuruh kita tetap mengucap syukur apapun kondisi kita. Dalam surat 1 Tesalonika, tertulis dengan gamblang sebuah perintah untuk mengucap syukur di dalam segala hal (1 Tesalonika 5:18). 

Refleksi bagi kita adalah: Tuhan itu tetap baik. Selalu ada kebaikan-Nya setiap saat bagi kita. Sudahkah kita mengucap syukur? Dan, sudahkah kita memuliakan Tuhan di dalam segala hal?

Soli Deo Gloria.

LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER