Melalui kondisi saat ini, aku diingatkan kembali bahwa kepastian masih ada di tengah ketidakpastian ini.
Saat ini semua orang tengah menghadapi ketidakpastian: ketidakpastian akan pekerjaan, ketidakpastian akan pendidikan, ketidakpastian akan bisnis atau usaha, ketidakpastian akan masa depan, dan masih banyak ketidakpastian yang lain. Ketidakpastian tersebut muncul sejak dikeluarkannya kebijakan untuk #stayathome atau #dirumahsaja di mana semua jenis aktivitas maupun pekerjaan harus dihentikan sementara dan dilakukan di rumah saja. Hal ini tentu saja memberi dampak yang sangat besar pada banyak masyarakat, tidak hanya di Indonesia tetapi seluruh penduduk Bumi. Semua hal harus ditunda, bahkan banyak perencanaan tidak dapat tercapai sebagaimana diharapkan sebelumnya. Tidak heran banyak orang mulai dihadapkan dengan ketidakpastian. Aku sendiri tengah menghadapi salah satu ketidakpastian itu.
Aku saat ini berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir di suatu universitas swasta; oleh karena itu, banyak hal yang harus kami lakukan sebagai syarat menyelesaikan studi. Sama halnya dengan kebanyakan fakultas dan universitas lain, aku dan teman-teman seangkatan harus menjalani kuliah daring (online learning). Benar adanya bahwa ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami mahasiswa dan juga para dosen. Tak bisa dipungkiri, aku sudah sangat merindukan teman-temanku dan suasana sehari-hari di kampus semenjak kebijakan online learning dikeluarkan.
Di sisi lain, menurut rencana dan kalender akademik fakultas, aku dan teman-teman seangkatan seharusnya akan mengikuti wisuda pada bulan Juni yang akan datang. Sebagai seorang mahasiswa tingkat akhir, tentu saja ini adalah saat yang paling dinanti. Setelah melalui perjuangan dan proses panjang selama 4 tahun, wisuda adalah garis akhir dari dunia kuliah sekaligus garis awal dari dunia kerja. Akan tetapi, meiihat kondisi yang tidak mendukung seperti ini, ketidakpastian tentang hari penting ini pun muncul. Begitu banyak pengumuman dan keputusan dari pihak kampus yang cukup menyentakku. Ada beberapa kemungkinan, wisuda akan diundur hingga bulan Juli atau wisuda terpaksa dilaksanakan secara online. Hah, wisuda online? Membayangkannya saja aku tak sanggup. Hal ini menjadi ketidakpastian pertama yang aku hadapi.
Tidak hanya itu, setelah menyelesaikan studi, aku akan memulai dunia kerja di suatu tempat yang belum pasti. Ya, ini adalah ketidakpastian kedua yang aku hadapi. For your information, aku terikat kontrak dengan yayasan kampusku selama berkuliah yang berarti tempat aku akan bekerja pun adalah berdasarkan keputusan yayasan kampus. Dengan kata lain, aku bisa saja ditempatkan di luar kota atau bahkan luar pulau. Jujur saja, aku belum siap untuk bekerja jika pandemic ini masih berlanjut. Orang dewasa yang sudah bekerja lama pun belum bisa sepenuhnya menyesuaikan diri dengan work from home, apalagi aku yang baru akan bekerja pertama kali. Belum lagi penempatan kerja yang akan diumumkan dalam waktu yang tidak lama lagi membuatku semakin kuatir dan bertanya-tanya.
Dihadapkan dengan kedua ketidakpastian tadi, aku menjadi lemas dan perasaanku campur aduk. Sungguh, aku tidak siap menjalani ini semua. Aku pun melayangkan banyak pertanyaan kepada Tuhan, “Mengapa hal ini harus terjadi, ya Tuhan?” “Bagaimana jika ternyata wisuda harus diundur hingga tahun depan?” “Apa yang harus aku lakukan jika pandemic ini belum selesai saat aku mulai bekerja nanti?” Jadi, masih adakah kepastian di tengah ketidakpastian?
Ada satu ayat yang menjadi bahan saat teduhku yang mengingatkanku bahwa kepastian itu masih ada. Kepastian bahwa Allah kita adalah tempat perlindungan dan kekuatan kita. Allah memedulikan kita dalam kondisi apa pun yang tengah kita hadapi.
“Allah itu bagi kita adalah tempat perlindungan dan kekuatan kita, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.” (Mazmur 46:2).
Selain itu, Allah juga memberikan kepastian bahwa Ia memegang kendali penuh atas segala yang terjadi saat ini. Seorang teman membagikan satu ayat dalam group chat kelas kami yang seakan menjadi reminder atas kepastian tersebut.
“Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaanMu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan-rancanganMu.” (Mazmur 92:6).
Setelah kurenungi kembali ayat itu, pikiranku menjadi terbuka. Ya, benar. Ia tahu persis apa yang sedang Ia lakukan karena rancanganNya besar dan jauh lebih indah dari rancangan manusia (Yesaya 55:8-9) sehingga tak satu pun dari kita dapat menyelami pekerjaanNya (Pengkhotbah 3:11).
Jelas bahwa ketidakpastian erat kaitannya dengan kekuatiran. Aku kuatir akan wisudaku, aku kuatir tentang di mana aku akan bekerja nanti, aku kuatir tidak bisa menjalani pekerjaanku dengan baik, aku kuatir tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupku, dan masih banyak lagi “aku kuatir” lainnya. Rasa kuatir yang terus-menerus akan menghasilkan kegelisahan. Dalam buku Respectable Sins yang kubaca baru-baru ini, penulisnya mengatakan bahwa kegelisahan adalah kurangnya penerimaan terhadap pemeliharaan Allah dalam hidup kita.
Memang kondisi saat ini benar-benar sulit, tetapi janji-janji Allah adalah pasti. Ia memelihara kehidupan kita senantiasa. Burung pipit saja Ia tidak lupakan, bahkan Ia tahu jumlah rambut di kepala kita (Lukas 12:6-7). Ini semua menegaskan bahwa kita tidak perlu kuatir akan apa yang ada di depan kita seperti yang Yesus katakan dalam ayat ini yang tentu saja sudah familiar bagi kita semua.
"Sebab itu, janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:34).
Melalui kondisi saat ini, aku diingatkan kembali bahwa kepastian masih ada di tengah ketidakpastian ini. Maka dari itu, alih-alih merasa kuatir, gelisah dan mengeluhkan keadaan, sebaiknya kita membawa semua kekuatiran kita dalam doa dan ucapan syukur (Filipi 4:6) seperti nasihat Rasul Paulus kepada jemaat Filipi. Dengan semua janiji-janjiNya ini, tidak ada alasan bagiku dan kita semua untuk kuatir tentang apa pun yang terlihat tidak pasti saat ini, termasuk dalam konteksku yaitu wisuda dan pekerjaan.
Jadi, kembali ke pertanyaan yang menjadi judul artikel ini, masih adakah kepastian di tengah ketidakpastian? Jawabannya, masih ada. Kepastian itu berada di tangan Tuhan dan janji-janjiNya. Sebagai anak-anak Allah, sudah seharusnya kita memegang kepastian itu dan melihat Allah sebagai batu karang yang teguh sehingga kita tidak goyah berdiri di atasnya apa pun yang terjadi.
Mari kita mendekatkan diri kepada Allah dan janji-janjiNya yang tidak pernah mengecewakan. Kiranya kita tidak kehilangan harapan di tengah ketidakpastian saat ini, melainkan kita semakin diteguhkan di dalam Tuhan yang bersamaNya kita memiliki kepastian.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: