Tuhan! Kenapa Tidak?

Going Deeper, God's Words, 21 April 2020
"Bapa kita yang ada di sorga tidak akan memberi yang setengah terbaik kepada anak-anak-Nya yang terkasih. Bahkan bila Ia harus menjawab "tidak" atas doa kita."

Sebagai orang Kristen, kita berdoa. Doa adalah satu anugerah yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk dapat berkomunikasi dengan-Nya. Di dalam doa kita memuliakan nama Tuhan, mengucap syukur, dan memohon kepada-Nya. Allah itu sendiri yang menyatakan diri-Nya menunjukkan bahwa Dia ingin umat-Nya berdoa kepada-Nya. Alkitab mencatat janji-janji Tuhan Yesus ketika orang Kristen berdoa kepada-Nya.

            Yohanes 14:13-14 berkata: “dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”

            Dalam Matius 21:21-22, Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi. Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.


             "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Matius 7:7-11)

Dari ketiga bagian Alkitab dalam Perjanjian Baru tersebut, Tuhan ingin kita berdoa dan menyampaikan apa yang menjadi kebutuhan kita kepada-Nya. Bukan hanya itu, Dia juga berjanji bahwa doa-doa kita akan dijawab oleh-Nya. Allah akan mengabulkan apa pun juga yang kita minta di dalam nama Yesus Kristus. Akan tetapi, bukankah dalam realitas kehidupan orang Kristen ada kalanya Tuhan menjawab “tidak”? 

Saat ini pandemi COVID-19 pasti menjadi salah satu pokok doa yang terus-menerus kita doakan bersama-sama. Mengapa sampai saat ini Tuhan belum juga menjawab doa-doa kita? Di Indonesia sendiri virus itu terus menyebar dan ratusan orang menjadi korban keganasan virus ini. Seolah-olah Tuhan membiarkan dan tidak mendengarkan doa-doa setiap orang Kristen yang ada di dunia.

Bagaimana dengan seorang Ibu Kristen yang harus kehilangan anaknya? Pasti setiap orang tua Kristen mendoakan anak-anak mereka bahkan ketika mereka masih di dalam kandungan ibunya. Ketika tragedi malang bernama kematian terjadi kepada anak mereka, apakah Tuhan tidak menjawab segala permohonan mereka atas anak-anak yang begitu mereka kasihi. Apakah memang jawabannya harus tidak?

Kalley Heiligenthal yang kehilangan putrinya, Olive, yang baru berusia 2 tahun pada tahun 2019 lalu sempat viral di media sosial Instagram. Dalam salah satu postingannya Kalley meminta agar para followersnya ikut mendoakan dan percaya bahwa Olive akan dibangkitkan kembali oleh Allah. Pada akhirnya meskipun hastag #wakeupolive viral dan banyak orang yang ikut mendoakan, Olive tetap tidak bangkit. Jawaban Tuhan adalah tidak.

Bagaimana dengan seorang rasul yang menghabiskan sisa hidupnya di penjara dan dijatuhi hukuman mati oleh karena memberitakan Kristus? Paulus di dalam surat 2 Korintus 12:7-8 berdoa sebanyak tiga kali kepada Tuhan. Ia berdoa agar utusan iblis yang disebut duri dalam dagingnya itu mundur dari padanya. Meskipun demikian jawaban Tuhan adalah tidak. Jawaban tidak dari Tuhan menunjukkan bahwa Tuhan memang mendengar doa Paulus tetapi tidak mengindahkan-Nya. Apa Paulus kurang percaya? Paulus kurang iman? 

Bagaimana dengan Tuhan Yesus yang adalah Allah itu sendiri? Di dalam Injil, Tuhan Yesus berdoa sebanyak tiga kali kepada Bapa agar cawan penderitaan itu lalu dari pada-Nya (Mat. 26:36-46; Mrk. 14:32-42; Luk. 22:39-46). Akan tetapi, Yesus tetap harus meminum cawan itu dan mengalami penderitaan terberat menanggung hukuman dosa. Yesus adalah manusia dan Allah yang sempurna. Tentu Yesus yang paling tahu apa yang menjadi kehendak Allah Bapa. Berarti ada alasan mengapa Yesus tetap berdoa meskipun tahu jawaban dari doa-Nya.


Yesus menunjukkan bahwa ada yang jauh lebih utama dari sekedar memohon dan menerima apa yang kita inginkan. Allah kita adalah Allah yang Maha Tahu. Berarti sebelum kita berdoa pun, Dia sudah tahu apa yang menjadi kebutuhan kita. Bahkan Dia jauh lebih tahu tentang apa yang kita butuhkan dari pada kita sendiri. Doa bukan hanya tentang permohonan dan pengabulan permohonan! Doa adalah tentang relasi! Relasi antara kita sebagai umat-Nya dan Dia sebagai Allah kita.

Tuhan Yesus berkata: 

“Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Matius 7:9-11)

Ketika orang Kristen berelasi dengan Bapa melalui doa, relasi itu adalah seperti relasi antara orang tua dengan anaknya. Menarik sekali ketika Tuhan Yesus memberikan janji pengabulan doa (Mat. 7:7-8), Dia kemudian menganalogikan pengabulan doa oleh Bapa sama seperti seorang bapa mengabulkan permintaan anaknya. 

Orang tua tentu tidak selalu mengabulkan permintaan anaknya. Kadang-kadang karena pemintaan anaknya jelas membahayakan anak itu (misalnya minta dibelikan kalajengking untuk dipelihara), atau permintaannya belum saatnya dipenuhi (misalnya anak berumur tiga tahun minta dibelikan mobil), atau permintaan anaknya memang tidak dapat dipenuhi (misalnya minta dibelikan seekor paus untuk dipelihara di kolam rumah). Akan tetapi, ada kalanya orang tua mengabulkan permintaan anaknya meskipun menurut orang tua permintaan anaknya tidak begitu bermanfaat. Orang tua mengabulkan permintaan semacam itu sebagai bentuk kasihnya dan menunjukkan bahwa orang tua sungguh mendengarkan apa permintaan anaknya. Di dalam relasi kasih antara orang tua dan anak, tidak ada format kaku yang mengatur kualitas permintaan dan mengabulkan. Yang ada adalah kasih orang tua yang selalu mendengarkan dan memperhatikan kebutuhan anaknya.

 Lalu apa yang menjadi standar bagi orang tua untuk menjawab “ya” atau “tidak”? Apabila melihat contoh-contoh permintaan yang akan diajukan oleh seorang anak kepada orang tuanya tadi, jawaban “ya” tidak selalu menjadi jawaban terbaik. Kadang orang tua menjawab “tidak” karena memang itulah yang terbaik yang orang tua berikan kepada anaknya. 

Bukankah Bapa kita di sorga jauh melebih bapa kita yang ada dunia? Tentu Dia akan memberikan yang terbaik kepada anak-anak-Nya. Bahkan bila Ia harus menjawab “tidak”, Dia tidak akan memberikan “setengah baik” kepada kita sebagai anak-Nya.

Namun, bagaimana dengan janji-janji pengabulan doa yang dikatakan Tuhan Yesus? Janji-janji itu adalah bukti betapa besarnya kasih Allah di dalam hidup kita. Sama seperti orang tua yang rela melakukan apa saja demi anaknya. Dia adalah Bapa yang bahkan rela menyerahkan nyawa Anak-Nya sendiri untuk mati menjadi tebusan bagi kita. 


Mari kita ingat kembali bahwa sebagai orang yang telah ditebus oleh Kristus, tujuan kita datang untuk berdoa kepada-Nya adalah karena kita rindu untuk dapat berelasi dengan Dia. Fokus utama kita dalam berdoa bukan sekadar memohon agar dikabulkan Allah, tetapi relasi antara diri kita dengan-Nya. Kita datang berdoa dan memohon di dalam relasi antara Bapa dengan kita sebagai anak-anak-Nya. Ketika Tuhan menjawab doa kita, Tuhan dapat menjawab “ya” atau “tidak”. 

Sebagai Bapa yang begitu mengasihi anak-anak-Nya, kita percaya bahwa jawaban yang Dia berikan adalah jawaban terbaik di dalam kasih dan anugerah-Nya yang sungguh besar. Kenyataannya memang Allah bisa memberikan jawaban “tidak” atas doa-doa kita. Akan tetapi, jawaban “tidak” adalah jawaban terbaik dari Allah. Kita terus-menerus berdoa dan percaya di dalam kasih-Nya yang tidak terbatas, apa pun yang menjadi jawaban doa kita.


Daftar Pustaka

Wakefield, Andrew H. “What happens when we pray?” Review & Expositor 104no. 4 (Fall 2007): 787-809. Diakses 21 April 2020. ATLASerials. 

Chen, Tanya dan Stephanie. “The Evangelical Parents Of A Young Girl Who Died Are Using Social Media To Ask For Her Resurrection”. Buzz Feed News. December 22 2019. Diakses 21 April 2020. https://www.buzzfeednews.com/article/tanyachen/evangelical-parents-of-a-young-girl-who-died-social-media.



LATEST POST

 

Respons terhadap Progresive ChristianityIstilah progresive Christianity terdengar belakangan ini. Ha...
by Immanuel Elson | 19 May 2024

 “…. terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari...
by Rivaldi Anjar | 10 May 2024

Tanpa malu, tanpa raguTanpa filter, tanpa suntinganTiada yang terselubung antara aku dan BapaApa ada...
by Ms. Maya | 09 May 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER