Sang Pendobrak

Art, The Works, 11 April 2020
Penyakitmu, wahai kaum beriman: Kalian mudah puas diri, pongah, jumawa, bagai burung merak. Kalian gemar menghakimi! Tubuh yang mengucur darah di kayu itu, bukan burung merak. Ia mengajar kita, tentang cinta, untuk mereka yang disesatkan dan dinista.*

Siapa kira hidup yang berlangsung konstan bisa tercerabut sehelai demi sehelai dari lahan rutinitas. Para insan, pemburu makna dan dana, memeras otak dan tenaga untuk mengupayakan karya. Tadinya keluh dan kesah menyertai jerih lelah, sekarang cuma bisa pasrah. Lihatlah, siapa yang terbiasa?


Biasa berpeluh?

Biasa mengeluh?

Biasa berdiam?

Biasa terbungkam?


Bukan.


Biasa berbeda

Biasa menjadi tidak biasa



Kini, manusia mulai bersahabat dengan sebuah kata: disrupsi. Kata kamus, disrupsi adalah “hal tercabut dari akarnya.” Bak pohon yang dicabut hingga ke akar, tatanan reguler kehidupan sehari-hari dibabat oleh sesuatu yang tak kasatmata: virus. ‘Banyak jalan menuju Roma’ menjadi prinsip sehari-hari menempuh kehidupan dalam masa yang tak tentu ini, sebab ternyata masih banyaklah cara kita bisa belajar, bekerja, dan berdoa. Tidak biasa, bukan?


Tapi,


aku kenal Seorang yang terbiasa menjadi berbeda. Dia terbiasa tidak biasa. Dua puluh abad yang lalu, Seorang ini membuat raja yang bertahta paranoid, menggemparkan petinggi rumah ibadah, menggulingkan meja transaksi gelap, dan berarak bukan dengan kuda. Dialah Sang Pendobrak.


Dalam pikiranku, raja pastilah megah, berjubah, dan memakai mahkota bertatah.

Sang Pendobrak jugalah Raja. Namun, kemegahan-Nya berbeda. 

Manuver tutur dan tindak penuh risiko

Penceritaan penuh kode

Keledai jadi kendaraan-Nya

Berjubah kain ungu

Dengan mahkota berhias duri


Namun,

di antara semua itu, tak satu pun mengobrak-abrik batin, menghancurkan hati, sekaligus memulihkan jiwaku

karena


yang paling aku suka adalah bahasa cinta-Nya.

bukan dengan sekuntum bunga atau seucap kata

bukan dengan hadiah semarak atau gombalan norak

apalagi obralan I love you sambil berteriak


No, no, no.



aku tahu

dengan tegas Dia menegur

dengan keras Dia mengajar

dengan bebas Dia mencecar


aku juga tahu

dengan bisik lembut Dia memanggil

dengan peluk erat Dia memberi aman

dengan hening khidmat Dia menganugerahkan tenteram


lebih dari itu


aku sadar dan tahu

cinta-Nya yang akbar tidak sanggup bila hanya dikotaki oleh sabda

atau jasa

atau krida


cinta itu ada dalam tetes darah

untaian peluh

derita sesah

jejak langkah gundah

karena aku adalah objek cinta yang sarat akan salah


luka sebanyak dosa

memar sebesar cemar

Perih, Dia merintih

tapi tak sepedih hati penuh asih



Penyakitmu, wahai kaum beriman:

Kalian mudah puas diri, pongah, jumawa, bagai burung merak.

Kalian gemar menghakimi!

Tubuh yang mengucur darah di kayu itu, bukan burung merak.

Ia mengajar kita, tentang cinta, untuk mereka yang disesatkan dan dinista.*


Ya, aku itu sesat!

Dia cinta hamba yang nista!

Aku yang bermegah seperti burung merak

berubah wujud menjadi lilin;

luluh dan leleh karena api cinta-Nya.


Sang Pendobrak tidak hanya mencabut kecemaran sampai ke akar

tidak hanya menelanjangi kemunafikan

tidak hanya membabat rutinitas sehari-hari termasuk yang nampaknya agamawi


Sang Pendobrak menguras lumbung persediaan kasih

dan membawanya naik ke tingkat paling tinggi:

mati bagi sahabat-sahabat yang dicintai.


Lihatlah, siapa yang berani?

Lihatlah, siapa yang terbiasa?


Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. Karenanya, perubahan dan dobrakan pun adalah sesuatu yang niscaya; perubahan akan terus ada dan diadakan. Terkejutkah?


Bisa jadi.

Namun,


Mengapa takjub berlebih kalau Dia, Sang Pendobrak, 

adalah Raja yang senantiasa menggebrak?

Karena dalam tangan-Nyalah seluruh elemen dunia bergerak

dan pada tangan-Nyalah kita teguh berpaut hingga Dia panggil kita kelak 

 

dari kekasih hati-Mu

dalam ratap tangis sedu dan haru


*dikutip dari “Jumat Agung” karya Ulil Abshar-Abdalla

 

RELATED TOPIC

LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER