Rasakan, Kenali, dan Hiduplah di dalam Tuhan!: Ngomongin "Mengenal Allah" bersama 1 Yohanes

Best Regards, Live Through This, 03 February 2023
“Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.” (1 Yoh 4:12).

Rasakan hadirat Tuhan!

Kenalilah Dia secara pribadi!

Live in His presence!


Apakah Ignite People pernah mendengar kalimat-kalimat serupa? Ketiga kalimat di atas sering dikumandangkan di kalangan orang Kristen, mulai dari komunitas Kristen, lagu dan buku rohani, hingga konten di media sosial. Karena tertarik pada fenomena ini, aku mencari tahu dari berbagai sumber, dan menemukan empat hal penting mengenai hadirat Tuhan menurut pandangan umum. Disadari atau tidak, pandangan serupa ternyata juga sering kutemui dalam praktik-praktik rohani di tempatku bertumbuh dan belajar. Apa saja itu?

  • Pertama, hadirat Tuhan adalah hubungan yang intim dengan Tuhan dalam keseharian;
  • kedua, hadirat Tuhan ada dalam dimensi roh. Hanya dengan sikap hati yang penuh pujian penyembahan kita terhubung dengan hadirat Allah; lalu
  • ketiga, menerima di dalam hati dan berserah agar bisa next level dalam berkat Tuhan; dan
  • ini semua biasa dianggap bisa dirasakan dan didapat ketika melakukan berbagai kebiasaan seperti saat teduh, program-program pemuridan, dan sebagainya. 

Sejauh yang aku amati, apa yang dihasilkan dari keempat pandangan tersebut biasanya adalah penekanan tentang iman yang terlampau personal, iman yang berkaitan dengan hubungan “pribadi.” Lalu, bagaimana cara mengetahui seseorang sudah dalam hadirat Tuhan? Biasanya diukur dengan beberapa hal, di antaranya:

  • emosi atau yang dikalimatkan dengan sikap hati menyembah yang ditandai dengan menangis saat ibadah, hari merasa tersentuh;
  • dengan ukuran tertentu, seperti sudah melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu, berapa lama berdoa, berapa kali Alkitab dibaca habis;
  • ada juga yang menunjukkan bahwa dirinya "menikmati Tuhan" melalui gestur tubuhnya, misalnya dengan mengangkat atau menengadahkan tangan; dan sebagainya.

Apakah itu semua salah? Tentu tidak. Persoalannya adalah kadang-kadang kita jadi terjatuh ke dalam membatasi pengalaman terhadap Tuhan dalam ranah personal saja, misalnya dari kebiasaan, karakter, dan emosi. Bahkan tanpa disadari, kita juga rentan jatuh ke dalam kesalahan yang orang Farisi lakukan, yaitu membatasi bahwa Tuhan dialami melakukan kebiasaan atau ritual. Nah, aku yakin mengenal Allah dan menikmati hadirat-Nya (presence of God) itu lebih luas daripada yang telah aku sebutkan di atas. Walaupun tidak salah, tetapi "tanda-tanda" itu tidak cukup menggambarkan seseorang sudah hidup di dalam terang Allah.


Photo by NATHAN MULLET on Unsplash  

Oke, lalu apa hubungannya dengan 1 Yohanes?

Pertama-tama, di 1 Yohanes, mengenal Allah ataupun hidup dalam hadirat-Nya selalu berkaitan langsung dengan kehidupan di keseharian dengan orang lain, yaitu hidup saling mengasihi dan melakukan kebenaran (1 Yohanes 2:10-11; 4:12, 20). Surat ini juga menunjukkan bahwa ketika kita mempraktikkan kehidupan berkomunitas atau dengan orang lain, di situlah kita mengalami Allah atau kita bahasakan dengan hadirat Allah/presence of God. Frasa yang dipakai oleh Yohanes adalah “tinggal di dalam kita.” Seperti kutipan ini “Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.” (1 Yohanes 4:12). 

Apa itu "saling mengasihi" (agape) dan "melakukan kebenaran" (aletheia)? Dalam tulisan-tulisan Yohanes, kasih sangat erat dikaitkan dengan kasih yang berkorban (Yohanes 15:13, 1 Yohanes 4:9). Keduanya terwujud dengan hati yang ingin agar orang lain menjadi sejahtera sehingga mau melakukan sesuatu untuk membantu orang lain demi kasih Allah (1 Yohanes 3:17-18). Inilah kasih! Kebenaran di sini adalah kebenaran mengenai Allah Bapa yang mengutus Anak-Nya, Yesus Kristus, menjadi Juruselamat bagi manusia yang percaya kepada-Nya, dan—melalui Allah Roh Kudus—menuntun hidup manusia pada pengenalan terhadap Allah Tritunggal yang terus diperkaya. Bahkan kebenaran yang Allah nyatakan juga mencakup pemulihan yang dikerjakan-Nya terhadap langit dan bumi yang baru (selengkapnya ada di dalam Wahyu yang juga ditulis oleh Rasul Yohanes). Dengan demikian, kebenaran yang diimani maupun perbuatan yang dilakukan ialah sesuai dengan skema karya Allah tersebut.


Photo by Kelly Sikkema on Unsplash  


Melalui artikel ini, kita kembali diingatkan pada beberapa hal. Pertama, mengenal Allah dan hadirat Allah adalah bagiamana Allah hadir di tengah-tengah kita, yang kita alami ketika kita hidup saling mengasihi dengan kasih yang berkorban-demi kesejahteraan orang lain, dan kebenaran. Kedua, Allah dan hadirat-Nya dialami ketika kita berelasi dengan orang lain. Hadirat Allah dan mengenal Allah kita rasakan ketika kita mengasihi sesama kita dalam kebenaran. Poinnya juga bukan kita jangan hanya berelasi secara vertikal (hubungan dengan Allah) atau horizontal (hubungan dengan sesama), tetapi bahwa hubungan kita dengan Allah dan sesama itu seperti dua lingkaran yang beririsan, dan irisannya ada di semua bagian (memang susah untuk mendapatkan gambaran yang paling pas). Keduanya bisa kita bedakan, tetapi sekaligus saling bersinggungan, tak terpisah.

Akhir kata, jika kita hendak mengenal Allah dan hadirat-Nya lebih lagi, mari kita mulai melihat sesama kita dan kasihi mereka dalam kebenaran-Nya.


Daftar Pustaka:

  1. Augustine, On the Trinity, 8.12-14
  2. https://gbika.org/mengenal-tuhan-secara-pribadi/
  3. https://rehobot.org/hidup-hanya-untuk-mengenal-tuhan/
  4. Paul F. Knitter, Without Buddha I Could Not Become Christian. London: Oneworld, 2009.
  5. R. S. Sugirtharajah “The First, Second, Third Letters of John,” dalam A Postcolonial Reading of New Testament Writings. Diedit oleh Fernando F. Segovia dan R. Sugirtharajah, (London: T&T Clark Publishers, 2009), 413-423.
LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER