Ciptakan Ruang Doa, 'Yuk!

Going Deeper, God's Words, 22 March 2020
“Ketika kluster-kluster epidemi semakin bermunculan, ruang-ruang doa pun seharusnya mengikuti.”

Mumet nggak sih, akhir-akhir ini berita utamanya soal COVID-19 lagi, update korban lagi, dan berbagai berita yang intinya membicarakan virus ini. Jangan-jangan orang IGNITE juga udah mulai mumet karena kontributornya pada ngomongin virus ini lagi :’) Semakin hari berita-berita ini semakin membuat resah dunia, termasuk masyarakat Indonesia. Berbagai saluran berita mulai menunjukkan adanya negara-negara yang mulai menutup diri atau melakukan lockdown baik dalam skala nasional maupun lokal1. Bahkan di Indonesia, beberapa kota sudah mulai membatasi pergerakan masyarakatnya. Himbauan untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah2 pun semakin digencarkan walaupun banyak masyarakat Indonesia masih kurang menyikapi hal ini dengan baik.

Di gereja, kita sudah menerapkan sistem kebaktian di rumah, baik secara online maupun dalam bentuk kebaktian keluarga. Yang mengikuti kebaktian live streaming IGNITE GKI mungkin sadar bahwa format kebaktiannya lebih singkat dari biasanya, dengan persentase khotbah yang dialokasikan lebih banyak daripada nyanyian. Bentuk kebaktian ini mungkin mengundang pro dan kontra, namun, untuk menjaga lebih banyak orang yang rentan akan penyakit ini, bukankah lebih baik jika kita menjaga diri dan #dirumahsaja?

“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”
– Yeremia 29:7

Berdasarkan khotbah Pdt. Yohanes Putra Pratama pada kebaktian 22 Maret 2020 lalu, kita diciptakan sebagai manusia biasa, yang Tuhan sudah tugaskan dengan tugas yang sederhana. Dalam menghadapi pandemi ini, kita diminta mengerjakan hal yang sederhana, tinggal di rumah. Dengan cara itu, kita mengusahakan “kesejahteraan” kota kita masing-masing dengan mencegah penyebaran virus.

Terus, ngapain dong di rumah? Banyak. Kalau kita bekerja, kerjakan apa yang bisa dikerjakan di rumah. Kalo kita masih pelajar, belajar maksimal. Kalo nganggur, kerjakan hobi, kembangin skill, atau cari kesibukan baru misalnya buat tiktok ngga jelas yang berfaedah. Kalau kita mau mengambil tindakan yang “lebih rohani” dan “mengusahakan kesejahteraan kota”, salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah berdoa. Kita bisa melakukan doa pribadi, doa syafaat bersama keluarga, atau, kalau mau lebih luas, lakukan doa syafaat on air.

Doa On Air

Istilah ini mungkin familiar buat orang-orang yang dulunya atau sekarang sering berkecimpung di dunia pelayanan mahasiswa, tapi sepertinya konsep doa on air ini belum terlalu familiar di kalangan gereja umum. Biasanya doa ini dilakukan sebelum pelayanan, yang dibuat tanpa bertemu satu sama lain secara fisik, tapi di tempat masing-masing pada waktu yang dijanjikan. Doa dengan bentuk ini biasa disarankan kepada siapapun yang terlibat dalam pelayanan terkait.

Metode untuk melakukan doa on air ini bisa dilakukan secara pribadi, tanpa komunikasi dengan pihak-pihak lain yang terlibat, dengan topik-topik yang sudah disediakan sebelumnya, pada jam tertentu. Sejak wabah COVID-19 ini merajalela, doa on air ini semakin merebak keberadaannya, antara frekuensi doa ini yang semakin banyak, atau doa yang menggunakan metode lain (seperti Zoom atau LINE call). Salah satu pendeta di Inggris (kalo ingin tahu siapa, bisa lihat Instagramnya) pernah melakukan metode doa on air melalui Zoom dan disiarkan di Instagram Live, dan tindakan ini lumayan mengajak banyak orang untuk berdoa bersama dari seluruh dunia, bahkan melewati batas agama.

Contoh-contoh di atas dapat digunakan untuk kita dapat mencari metode untuk dapat melakukan doa syafaat. Kita bisa mengajak teman-teman kita untuk melakukan doa syafaat, mau dilakukan pribadi kek, dilakukan dengan on air kek, dilakukan dengan niat sampai menggunakan Zoom pun juga boleh.

...Yang Penting Dalam Berdoa

Photo by Ümit Bulut on Unsplash 

Hal ini bisa mengundang beberapa pertanyaan, seperti “Doa macem apa sih yang paling efektif untuk dilakukan?” “Harus ngga kita make metode on air?” “Doa kita bakal didengar Tuhan ngga ya?”, dan banyak pertanyaan lainnya. Satu hal yang kita harus ingat, yang penting dalam doa itu bukan metodenya. Matius 6:5-8 cukup jelas memberikan ketentuan-ketentuan dalam berdoa:

“Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.”

Pada bacaan itu, tidak ada sama sekali kalimat yang mengatakan bahwa metode doa on air adalah metode yang paling efektif dan yang akan Tuhan dengar. Yang penting dalam berdoa adalah hati yang mau dan siap untuk berbicara kepada Tuhan. Tetap, jangan sampai jadikan ini sebagai sebuah alasan untuk tidak berdoa karena merasa tidak siap dan tidak mau. 1 Tesalonika 5:17 mengingatkan dengan singkat, “Tetaplah berdoa.” Jadi, mari kita tetap berdoa dan ciptakan ruang doa untuk dunia ini.

Sebelum artikel ini berakhir, mari kita merenungkan lirik lagu dari Kidung Jemaat 460, “Jika Jiwaku Berdoa”. Semoga melalui lagu ini kita belajar untuk menyerahkan semua doa kita kepada kehendak Tuhan.

Jika jiwaku berdoa kepadaMu, Tuhanku,
Ajar aku t'rima saja pemberian tanganMu
Dan mengaku, s'perti Yesus di depan sengsaraNya:
Jangan kehendakku, Bapa, kehendakMu jadilah.

Apa juga yang Kautimbang baik untuk hidupku,
biar aku pun setuju dengan maksud hikmatMu,
menghayati dan percaya, walau hatiku lemah:
Jangan kehendakku, Bapa, kehendakMu jadilah.

Aku cari penghiburan hanya dalam kasihMu.
Dalam susah Dikau saja perlindungan hidupku.
'Ku mengaku, s'perti Yesus di depan sengsaraNya:
Jangan kehendakku Bapa, kehendakMu jadilah.

Referensi:

  1. https://www.businessinsider.sg/countries-on-lockdown-coronavirus-italy-2020-3
  2. https://nasional.kompas.com/read/2020/03/16/15454571/jokowi-kerja-dari-rumah-belajar-dari-rumah-ibadah-di-rumah-perlu-digencarkan
LATEST POST

 

Respons terhadap Progresive ChristianityIstilah progresive Christianity terdengar belakangan ini. Ha...
by Immanuel Elson | 19 May 2024

 “…. terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari...
by Rivaldi Anjar | 10 May 2024

Tanpa malu, tanpa raguTanpa filter, tanpa suntinganTiada yang terselubung antara aku dan BapaApa ada...
by Ms. Maya | 09 May 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER