sebuah perjalanan spiritual melalui pemaknaan akan arti dari RUMAH
Ekspektasiku sejak awal mendaftar GKI Summer Camp (SC) adalah untuk mendapatkan banyak teman dari berbagai klasis, sinode wilayah, dll. Namun, menjelang hari-H, aku jadi takut tidak akan mendapatkan teman. Tapi semuanya berbanding terbalik dari apa yang kupikirkan, sejak aku menginjakkan kaki di Stasiun Pasar Senen. Berbagai pelajaran kudapatkan di GKI SC ke-9, mengenai apa itu rumah atau siapakah rumah itu.
Aku belajar bahwasannya rumah itu bukanlah sebuah gedung. Sejatinya rumah ialah suatu suasana yang hangat ketika kita merasakan bahwa jati diri kita yang sebenarnya ada di situ. Suasana yang membangun terhadap diri masing-masing orang, menjadi fondasi yang kuat dari rumah itu. Naik sedikit ke atas, tiang-tiang solidaritas antar rekan menguatkan sebuah rumah, sehingga sebuah rumah dapat berdiri kokoh melalui perantaraan para mentor yang sudah menguatkan satu sama lain, walaupun kami semua seperti batu penjuru yang berbeda bentuknya.
Angin dingin atau kabar buruk yang menyakitkan pasti akan menerpa kami. Hal tersebut dapat ditutupi dengan dinding persahabatan, melalui penguatan satu sama lain yaitu sharing seorang kepada yang lain. Selain dinding persahabatan, tiang solidaritas, dan fondasi yang hangat, landasan atau lantai merupakan hal yang penting dalam membangun rumah. Firman Tuhan menjadi landasan pada rumah kami, karenanya kami terus bertumbuh dalam kasih sehingga menjadi anak-anak terang dan mampu menyalakan cahaya bagi rumah kami.
Jendela ilmu pengetahuan membantu kami dalam melakukan diskusi. Kegiatan ini memampukan kami membantu rekan-rekan kami atau bahkan berdiskusi mengenai pelajaran di sekolah dan mempererat persahabatan kami. Terakhir, ketika semua hampir terpasang, akan muncul sebuah pertanyaan bagaimana cara masuk ke dalam rumah. Pertanyaan ini menguatkan fakta bahwa, keberadaan pintu sangatlah penting sehingga pintu yang terbuka pada sebuah rumah memberikan kesempatan bagi yang lain untuk merasakan apa yang sudah kita rasakan sebagai sebuah rumah yang utuh dan kokoh.
Aku belajar mengerti bagaimana rencana Tuhan dalam hidupku, apa panggilan Tuhan terhadap hidupku, setelah aku mengalami kegagalan bulan Januari lalu, melalui orang-orang yang kutemui di GKI SC 9 ini. Aku mengadu sejadi-jadinya di hadapan Tuhan mengenai pergumulanku dalam mengambil jurusan kuliah impianku, mengenai masalahku saat memimpin Komisi Remaja, hingga mengenai masalah hubunganku dengan lawan jenis. Tuhan menjawabnya dengan memberikan orang-orang yang mampu menerimaku apa adanya dan bukan ada apanya. Melalui GKI SC 9, imanku 3000% dikuatkan karena aku menemukan apa arti home yang sebenarnya.
- mi casa, su casa
(rumahku, rumahmu)
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: