Tuhan akan selalu menyertai dan menyanggupkan untuk melalui apapun yang akan terjadi, no matter how clueless we are.
“Kita lulus di saat yang kurang tepat.”
Itu isi chat dari teman saya ketika saya bercerita tentang keadaan saya sekarang. Sebenarnya, keadaan saya dan teman saya ini kurang lebih sama. Saya baru saja lulus di awal tahun ini dan teman saya ini sedang berjuang menyelesaikan tesisnya. Kami sama-sama berada di batas perjuangan untuk menapaki karir yang kami dambakan setelah selama ini bersusah-payah menempuh pendidikan.
Bulan Maret lalu, saya sudah mulai membereskan beberapa barang di kamar kos saya. Seminggu setelah wisuda, saya langsung melamar pekerjaan dan mendapat beberapa panggilan kerja di luar kota. Jika semua berjalan lancar, saya akan segera pindah meninggalkan kota tempat saya tinggal sekarang dan memulai kehidupan di tempat yang baru. Saya memasukan buku-buku ke dalam kardus, memisahkan beberapa barang yang akan dibuang ketika pindah nanti dan juga memasukkan beberapa baju yang akan dipakai untuk wawancara kerja ke dalam koper.
Di tengah persiapan itu, datanglah pandemi Covid-19. Pandemi ini rasa-rasanya seperti ingin menggagalkan semua harapan dan rencana yang telah dipersiapkan sekian lama. Saya sempat berpikir apa saya harus nekat tetap berangkat ke luar kota atau menunggu?
Keadaan ini saya ibaratkan seperti ketika saya merencanakan untuk melakukan suatu perjalanan jauh. Kendaraan yang akan dipakai berada dalam keadaan baik, bahkan bensinnya sudah terisi penuh. Saya juga sudah punya surat izin mengemudi. Semua barang yang diperlukan dalam perjalanan sudah saya kemasi. Rasanya saya sudah siap untuk berangkat, hanya saja tiba-tiba hujan lebat turun disertai angin yang amat kencang dan tidak ada yang tahu kapan akan berhenti. Ada dua pilihan dalam keadaan seperti ini. Pilihan pertama adalah tetap menerobos hujan yang lebat itu dengan resiko membahayakan diri sendiri. Pilihan kedua adalah menunggu hujan berhenti, meskipun tidak tahu kapan.
Saya memilih pilihan kedua. Saya terpaksa membatalkan perjalanan untuk mengikuti wawancara kerja dan tetap tinggal di kota di mana saya tinggal sekarang sampai keadaan menjadi lebih baik. Setelah saya memutuskan untuk menunggu, muncul rasa takut dan khawatir. Rasa takut dan khawatir itu muncul karena saya tidak tahu apa yang akan terjadi dalam hidup saya selanjutnya. Apakah keputusan saya akan membuat saya kehilangan kesempatan bekerja yang mungkin akan membantu saya untuk meniti karir yang baik? Apakah keputusan ini sudah tepat? Apakah saya akan mendapat pekerjaan yang lebih baik? Tidak ada yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
I am totally Clueless.
Saya tiba-tiba teringat pada sebuah lagu yang entah mengapa sering sekali dinyanyikan di gereja tempat saya beribadah beberapa bulan sebelum pandemi terjadi. Saya dan adik saya bahkan sempat mengeluh karena lagu tersebut kami rasa terlalu sering dinyanyikan sampai kami merasa bosan. Lagu itu berjudul “Tak Ku Tahu ‘Kan Hari Esok” dari PKJ 241.
“Banyak hal tak ku pahami dalam masa menjelang,
tapi t’rang bagiku ini tangan Tuhan yang pegang”
Lirik lagu ini mengingatkan bahwa ada banyak hal yang tidak kita ketahui tentang masa yang akan datang. Kita tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Kita tidak tahu bagaimana kita dapat menjalani kehidupan kita setelah pandemi. Kita tidak tahu seperti apa masa depan kita. Lagu ini mengajak kita untuk menyadari bahwa Tuhan selalu ada dan memegang tangan kita. Ketika kita percaya pada penyertaan Tuhan yang sempurna, maka kenyataan bahwa kita tidak mengetahui apa yang akan kita hadapi menjadi tidak penting lagi.
“Tidak masalah tidak tahu apa yang ada di depan, toh Tuhan akan menyertai.”
Kita diajak untuk memfokuskan pikiran pada fakta bahwa Tuhan akan selalu menyertai kehidupan kita. Penyertaan Tuhan akan membuat kita mampu melalui segala hal yang tidak kita ketahui itu. Terlebih lagi, ketidaktahuan kita akan masa depan seharusnya membuat kita semakin bergantung pada Tuhan. Di sini saya menyadari, menjadi clueless bukanlah hal yang buruk. When we realize that we are clueless, we should be more aware that only God could help us get through this.
Pada posisi saya yang sulit mencari pekerjaan di saat pandemi seperti ini, tentu wajar untuk merasa khawatir. Jujur, kekhawatiran tentang betapa clueless-nya hidup saya sekarang kadang masih menjadi beban pikiran saya. Setiap rasa khawatir itu muncul, saya akan kembali mengingat lirik lagu “Tak Ku Tahu ‘Kan Hari Esok” untuk menyadari bahwa Tuhan akan selalu menyertai dan menyanggupkan untuk melalui apapun yang akan terjadi, no matter how clueless we are.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: