Kekerabatan Elisabet dan Maria, Detail Narasi Keselamatan yang Sering Terabaikan

Going Deeper, God's Words, 23 December 2023
Hanya karena belas kasihan Allah, narasi keselamatan telah dirancang sedemikian rupa melalui keterlibatan orang-orang berdosa, tak luput di antaranya adalah para perempuan seperti Elisabet dan Maria yang bersaudara jauh.

Elisabet dan Maria. Siapa yang tidak asing dengan kedua tokoh ini? Mereka adalah dua dari sekian tokoh Alkitab yang sering dibahas dalam masa Adven maupun perayaan Natal. Keduanya juga disebut sebagai kerabat, seperti yang disampaikan Gabriel kepada Maria, “Sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu.” (Lukas 1:36, TB 2)

Pertanyaannya, apa pentingnya bagi Maria sampai-sampai Gabriel harus menegaskan status kekerabatan Elisabet dengannya? Lagipula, kenapa Lukas, sang penulis Injil, menegaskan hal itu? Nah, mari kita mengenal Elisabet–dan Zakharia, suaminya–sedikit lebih jauh sebelum menjawab kedua pertanyaan di atas.

“Pada zaman Herodes, raja Yudea, ada seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Istrinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. Keduanya hidup benar di hadapan Allah dan menuruti segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.”

–Lukas 1:5-7 (TB 2)

Kita perlu mengingat bahwa pembaca pertama dari Injil Lukas adalah orang-orang non Yahudi. Lukas bertujuan menegaskan bahwa Elisabet dan Zakharia bukanlah orang-orang sembarangan. Mengenai Elisabet, kita bisa mengetahuinya dari “keturunan Harun”, Imam besar orang Israel pada masa Exodus; Zakharia yang merupakan bagian dari “rombongan Abia” adalah keturunan Imam Abia yang memimpin rombongan kedelapan dari 24 rombongan imam pada masa pemerintahan Daud (1 Tawarikh 24:10). Perlu diingat, para imam–menurut Keluaran 28:9–haruslah keturunan Harun. Namun, berbeda ceritanya jika ada “imam-imam” yang menyalahi aturan ini, seperti “imam” keturunan Lewi yang dikisahkan dalam Hakim-Hakim 17-18. Plus, Elisabet dan Zakharia disebut “hidup benar di hadapan Allah DAN menuruti segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.” Catatan-catatan ini menunjukkan bahwa mereka telah hidup benar di hadapan Allah… meskipun–sayangnya–Elisabet tidak kunjung hamil, sebuah “aib” bagi orang Yahudi pada masa itu jika perempuan tidak mampu memberikan keturunan bagi suaminya.


Image by The Bible Project


Oke, lalu apa hubungan kekerabatan antara Elisabet dan Maria?

Di Sekolah Minggu, saya pernah mendengar ada guru yang menjelaskan bahwa kedua perempuan itu adalah saudara sepupu. Namun, setelah mencari lebih jauh, hubungan mereka adalah kekerabatan yang sangat jauh–tetapi terhubung dalam narasi keselamatan. Kok, bisa? Let’s see it below here!


“Dan Harun mengambil Eliseba, anak perempuan Aminadab, saudara perempuan Nahason, menjadi isterinya, dan perempuan ini melahirkan baginya Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar.” 

–Keluaran 6:23 (TB 1)

Merasa tidak asing dengan nama Aminadab dan Nahason? Ya, keduanya tertulis sebagai nenek moyang biologis Tuhan Yesus seperti yang tercatat di bawah ini:

“Inilah daftar nenek moyang Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. … Ram mempunyai anak, Aminadab; Aminadab mempunyai anak, Nahason; Nahason mempunyai anak, Salmon;”             

–Matius 1:4 (TB 2)

Di dalam Bilangan 2:3, anak Aminadab yang bernama Nahason adalah pemimpin bani Yehuda. Artinya, Harun tidaklah menikah dengan orang sembarangan. Bayangkan, menikah dengan adik perempuan pemimpin suku pada saat itu. Bukankah itu memperkuat posisi Harun sebagai imam besar?

Bagaimana dengan Maria? Mark Strauss menjelaskan bahwa silsilah keluarga antara Injil Matius dan Lukas berasal dari sudut pandang yang berbeda; jika Matius mengacu pada silsilah Yusuf, maka Lukas mendasarkannya pada silsilah Maria. Tidak menutup kemungkinan jika Lukas mengangkat silsilah tersebut dari sang ibu, karena Lukas menekankan kehadiran Yesus yang mengangkat derajat wanita. Toh, dalam Lukas, kita juga akan menemukan nama Nahason dan Aminadab (Lukas 3:32-33). Jadi, apa yang ditulis Lukas tidak salah: Elisabet dan Maria adalah kerabat, saudara sepupu jauh yang dipertemukan dalam narasi keselamatan. Di kemudian hari, Elisabet melahirkan Yohanes–yang akan menjadi pembuka jalan bagi Sang Mesias, sementara Maria melahirkan Yesus yang disebut Sang Mesias itu. Fakta lainnya, kedua wanita ini tidak melahirkan anak-anak mereka dalam kondisi baik-baik saja. Saat itu, wilayah Yehuda sedang dijajah oleh Kekaisaran Romawi. Mana ada orang yang bisa merasa damai sejahtera ketika sedang dijajah? Namun, dalam situasi yang penuh kekhawatiran dan ancaman, Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus lahir. Keduanya pun menjadi tokoh yang “ditandai” oleh Herodes Antipas hingga akhir hidup mereka (Matius 14:3-10, Lukas 23:6-12). Jika Yohanes Pembaptis dipenggal karena “dendam” Nyonya Herodias, Yesus diolok-olok karena Dia “mengatasnamakan” diri-Nya sebagai raja. Ending yang tidak sepenuhnya bahagia bagai dongeng, tetapi inilah narasi keselamatan Allah bagi umat-Nya yang berdosa agar mereka berbalik kepada-Nya.


Image by The Bible Project

Bagi saya, ini mindblowing.


Detail narasi keselamatan yang Allah kerjakan ternyata tidak bermula saat Natal pertama, bukan pula ketika Dia “mempersatukan” Harun–dari keturunan Lewi–dengan Eliseba yang berasal dari keturunan Yehuda, bukan pula ketika Dia memanggil Abram keluar dari Ur-Kasdim (Kejadian 12:1-9). Narasi ini telah ada ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa sebagai akibat pemberontakan mereka terhadap Allah (Kejadian 3). Sebagai Pencipta, Allah tidak menghendaki manusia binasa. Namun, dosa telah mengacaukan tatanan ciptaan yang telah dibuat-Nya teratur di mata-Nya. Itulah sebabnya, Allah berinisiatif menyelamatkan manusia melalui pengurbanan Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita Yesus Kristus, yang hari kelahiran-Nya kita rayakan beberapa hari lagi. Allah juga memakai Yohanes Pembaptis sebagai “pembuka jalan” untuk mempersiapkan umat-Nya menyambut Yesus yang dinubuatkan membebaskan mereka dari penjajahan. Sayangnya–atau kabar baiknya (?)–penjajahan yang dimaksud bukan hanya mengenai penjajahan secara politik, melainkan juga penjajahan yang dilakukan dosa–dan nantinya akan dipulihkan ketika Yesus datang kembali kedua kalinya. Kapankah itu? Tidak ada yang tahu, tetapi seperti yang disampaikan Yohanes Pembaptis, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!" (Matius 3:2)


Ignite People, Natal akan tiba sebentar lagi. Segala printilan-nya boleh berkilauan, ke-hectic-an kepanitiaan dan latihan acaranya pun bisa saja tidak terhindarkan. Namun, sudahkah kita membuka hati untuk menghayati detail narasi keselamatan Allah bagimu dan bagi saya, yang–di antaranya–ditunjukkan melalui kekerabatan dua wanita bernama Elisabet dan Maria? Walaupun tidak selalu mudah untuk diimani, hanya oleh anugerah Allahlah kita dimampukan untuk percaya dan taat pada-Nya melalui relasi dengan-Nya yang dibangun dari hari ke hari. Seperti Elisabet dan Maria yang pada masa itu dianggap warga kelas dua karena keberadaan mereka sebagai perempuan, Allah juga berkenan memakai kita yang mau merespons kerinduan-Nya—mulai dari lingkungan terdekat kita. Mungkin pada Natal kali ini, Allah menggerakkan hati kita untuk menghibur hati yang sedang gundah dan sedih karena pekerjaan yang tidak berbuah manis, menemani rekan-rekan yang berduka atas kehilangan orang terkasih sebelum Natal ini tiba, menjadi rekan doa bagi mereka yang sedang menantikan kehadiran buah hati, atau menyapa mereka yang berhalangan pulang kampung karena tanggung jawab yang tidak bisa ditinggalkan. Apa pun itu latar belakang dan peran kita sebagai orang percaya, mari, kita menghadirkan Sang Imanuel di dalam perkataan dan perbuatan kita dengan mendasarkannya pada hikmat yang berasal dari-Nya. Saya pun sadar ini bukan hal yang mudah, jadi mari kita belajar bersama, ya, Ignite People.


Selamat menyongsong Natal, kiranya damai Allah Tritunggal menaungi kita dalam menyikapi ketidakpastian hidup! 🙌


Kyrie eleison!

LATEST POST

 

Hari ini, 10 November, adalah Hari Pahlawan. Sebagai orang Kristen kita juga diajak untuk meneruskan...
by Christo Antusias Davarto Siahaan | 10 Nov 2024

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER