"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati." - Matius 16:33
Hai, Ignite People!
Alkitab mengajarkan ada banyak hal yang berupa paradoks, dan saat ini saya mengajak Ignite People untuk mempelajari salah satunya. So... let's check it out!
Kalau Ignite People perhatikan, Alkitab sering menggunakan domba sebagai ilustrasi dari orang Israel (yang kemudian diasosiasikan dengan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus). Kita juga sering mendengar bahwa domba-domba yang Tuhan perintahkan untuk kita layani adalah orang-orang yang akan Tuhan panggil, perbaiki, dan jadikan anak-anak yang taat kepada-Nya. Namun, ada orang-orang yang ternyata tidak termasuk domba-domba Tuhan. Pertanyaannya, siapa yang bisa membedakan mereka?
Alkitab mengatakan bahwa kita tidak bisa bedakan mana kambing sebelum Tuhan Yesus sendiri memisahkan mereka pada penghakiman akhir (Matius 25:32). Jika identitas kambing baru dibongkar ketika penghakiman akhir, ini berarti kita tidak boleh saling menghakimi sebelum waktunya (1 Korintus 4:5). Ini juga berarti bahwa kita harus menganggap semua orang sebagai domba sesat yang perlu ditunjukkan jalan pulang. Jika mereka masih menunjukkan taring dan menjadi serigala yang siap mencabik-cabik sekalipun, kita tetap harus dengan cerdik menghadapi mereka. Ini berarti kita tahu betapa licik dan jahatnya mereka sehingga kita tidak mudah jatuh di dalam tipu daya dan dusta mereka. Namun selain cerdik, kita juga harus tulus—seperti yang Tuhan Yesus katakan di dalam Matius 10:16. Salah satu tanda ketulusan adalah kita terus berharap suatu saat Tuhan akan pertobatkan mereka menjadi domba-Nya yang dituntun pulang.
Photo by Sam Carter on Unsplash
Bagaimana supaya menjadi cerdik? Mari kita baca Matius 10:17-18 terlebih dahulu:
Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Pada bacaan di atas, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa cerdik berarti waspada terhadap berapa jahatnya orang-orang yang belum mengenal-Nya. Tuhan Yesus mempunyai kasih yang sempurna. Meskipun tahu betapa jahatnya manusia, Dia tetap rela datang ke dalam dunia dan melayani manusia. Para murid juga harus tahu betapa jahatnya manusia. Jika mereka tidak menyadarinya, bayangkan betapa mudahnya mereka kecewa dan putus asa ketika akhirnya sadar. Tuhan Yesus sudah mengingatkan bahwa mereka akan memfitnah, menghukum, menyiksa, dan mempermalukan utusan-utusan Tuhan itu. Benar bahwa kita harus waspada terhadap rencana jahat, tetapi walaupun akhirnya tertangkap dan diadili, Tuhan mengatakan bahwa Roh Kudus akan memberikan kekuatan kepada kita untuk bersaksi. Sebagai para murid Tuhan Yesus, kita harus mengetahui bagaimana menghadapi sistem dunia ini dengan cara pandang-Nya, bukan cara pandang kita sebagai manusia berdosa. Ini tugas yang sangat berat, tetapi Tuhan terus menjanjikan penyertaan. Bukan saja orang-orang fasik itu memiliki rencana jahat, mereka juga mempunyai akses kepada pemerintah dan pemimpin-pemimpin sehingga mereka pun melawan para murid. Sebagian akan dibenci tanpa alasan, sebagian difitnah dan dianggap penjahat. Sebagian dianiaya, sebagian bahkan dibunuh. Sebagian dikejar-kejar dan harus hidup di dalam pelarian. Tetapi, dikatakan di dalam Matius 10:22-23, keselamatan yang dari Tuhan tidak pernah terlambat. Sebelum selesai mengunjungi kota-kota di Israel (maksudnya adalah sebelum kehabisan tempat berlindung), Tuhan sudah datang memberikan pertolongan-Nya.
Lalu apa lagikah hal yang dapat melatih para murid untuk menjadi cerdik? Hal lain adalah para murid perlu belajar dari Yesus Kristus: Belajar dari kerelaan-Nya menderita, belajar juga dari ketaatan-Nya kepada Bapa di surga dan ketulusan kasih-Nya kepada manusia. Tetapi jangan lupa di dalam Matius 10:26 mengatakan bahwa yang tertutup tidak ada yang tidak akan dibuka. Ini berarti para murid harus belajar dari hikmat firman Kristus. Firman Kristus akan membuat kita cerdik di dalam menghadapi manusia. Tidak ada yang mengenal manusia lebih daripada Sang Pencipta. Itu sebabnya firman dari Sang Pencipta akan sangat penting untuk membuat kita memiliki kecerdikan di dalam menghadapi orang-orang dunia ini. Hikmat Allah, walaupun dihina oleh dunia, tetap melampaui bijaksana manusia (1 Korintus 1:25).
Hal ketiga untuk membuat kita cerdik menghadapi dunia ini adalah kesadaran akan penyertaan Tuhan yang melampaui hidup dan mati. Satu hal yang menjadi kemenangan bagi kita yang percaya dibandingkan dengan mereka yang tidak percaya, adalah kita melihat hidup yang melampaui kematian. Orang dunia boleh memiliki kecerdikan untuk menipu, memperdaya, dan meremehkan orang-orang yang diutus oleh Tuhan. Namun, pada akhirnya orang dunia ini tidak bisa memiliki keberanian dan ketulusan orang-orang yang diutus oleh Tuhan. Mengapa? Karena kita semua melihat Allah yang memberi hidup dan berkuasa untuk menghakimi. Karena kita takut kepada Allah yang dapat menghakimi jiwa manusia dan membinasakan jiwa manusia, maka kita tidak lagi takut dan gentar kepada apa pun yang ada di dunia ini. Keberanian yang muncul karena takut akan Tuhan, itulah kekuatan yang sangat besar untuk bertindak cerdik dan tulus dalam menghadapi dunia ini. Jangan takut, dan jangan gentar. Kasihilah orang-orang yang belum mengenal Kristus. Kenali betapa jahatnya mereka dan betapa kejamnya mereka bisa bertindak, tetapi jangan takut karena Tuhan memberikan kekuatan yang melampaui kekuatan apa pun atau siapa pun. Hikmat yang sejati muncul karena takut akan Tuhan (Amsal 9:10) dan keberanian yang sejati juga muncul karena takut akan Tuhan (Kisah Para Rasul 4:19-20; 5:29).
Photo by Tim Wildsmith on Unsplash
Sebagai perenungan kita
Betapa mengerikannya mengikut Tuhan itu. Betapa berisikonya memberitakan Injil di dalam dunia yang berdosa ini. Penuh aniaya dan penuh bahaya. Apakah ini berarti lebih baik kita tidak usah mengikut Dia? Apakah lebih baik kita diam saja sementara tahu bahwa kebenaran Injil membebaskan kita dari belenggu dosa? Salah! Siapakah manusia yang ada di dunia ini yang bebas dari aniaya dan bahaya? Apakah presiden bebas dari aniaya? Begitu ada revolusi para pemberontak itu akan menganiaya, bahkan membunuh presiden yang terguling. Apakah tentara bebas aniaya? Justru mereka menjadi target senjata tentara lawan. Siapakah manusia di dunia ini yang bebas dari bahaya dan aniaya? Tidak ada. Itu sebabnya bodoh sekali kalau orang Kristen menjadi takut mengikut Tuhan karena takut bahaya. Terlalu banyak orang penakut di dunia ini, dan karenanya kita tidak boleh menambah-nambah jumlahnya dengan menjadi salah satu orang penakut.
Dunia yang rusak dan cemar ini penuh dengan bahaya dan aniaya. Orang dapat mengalami aniaya hanya karena dia memiliki ras tertentu. Orang dapat berada di dalam bahaya hanya karena dia seorang perempuan. Orang dapat mengalami aniaya hanya karena kesalahpahaman. Jadi, apakah mengikut Tuhan mengerikan? Tidak! Ikut Tuhan justru mendapatkan keamanan dan penyertaan Tuhan yang penuh kuasa sehingga kita tidak punya alasan untuk berhenti mengikuti dan melayani Dia karena rasa takut. Seorang misionaris bernama David Livingstone mengatakan bahwa dia tidak ingin bekerja sama dengan orang-orang yang baru mau ikut melayani kalau tersedia jalan yang jelas dan baik. Dia ingin bekerja sama dengan orang-orang yang mau ikut melayani meskipun tidak ada jalan sama sekali. Orang-orang seperti ini tahu bahwa Tuhan akan buka jalan meskipun tidak ada jalan. Sedangkan dunia ini hanya tahu jalan yang sebentar lagi akan Tuhan tutup!
Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga." - Matius 10:32-33
Dari ayat di atas, kita bisa lihat bagaimana perbedaan sikap Tuhan Yesus terhadap orang-orang yang mengakui-Nya sebagai Tuhan dan Juru selamat dan yang menyangkali-Nya. Tuhan Yesus memperingatkan bahwa takut kepada manusia hingga menyangkal nama-Nya adalah dosa yang sangat besar. Namun, ketika berada di dalam keadaan terdesak dan kita menjadi takut mati, atau takut menderita, bukankah bisa dimaklumi jika kita, demi keamanan kita, menyangkal nama Tuhan Yesus? Tidak! Tuhan Yesus mengingatkan bahwa Allah Bapa sanggup memelihara hidup dan Dia juga yang menentukan hidup mati seseorang. Hidup kita dianggap begitu berharga sehingga rambut di kepala kita pun terhitung semua (Matius 10:30). Tuhan tidak akan meninggalkan kita dalam keadaan apa pun. Penyertaan Roh Kudus yang dijanjikan-Nyalah yang menguatkan kita untuk hidup berintegritas di dalam Injil. Jika demikian, mari kita berjanji untuk tidak meninggalkan Dia dalam keadaan apa pun.
Mari layani Tuhan dengan mengabarkan firman-Nya. Mari layani Tuhan dengan tulus dan tidak ada motivasi egois apa pun. Mari layani Tuhan dengan kesadaran betapa bahayanya dunia tempat kita berada ini. Mari layani Tuhan dengan kesadaran bahwa Tuhan akan memimpin, menyediakan jalan, menyertai, dan menjaga hidup kita.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: