Sembilu, Sang Aktivis Gereja yang Tak Diapresiasi

Best Regards, Live Through This, 21 July 2023
"Sembilu" adalah sebuah frase yang dipopulerkan oleh Fourtwnty dalam lagu “Zona Nyaman”.

Siang itu di tengah-tengah ibadah, Sang Pelayan firman menunjukkan kharismanya dengan mengombang-ambingkan konsentrasi jemaat. Mulai dari “joke” yang disambut tawa dan ajakan bernyanyi potongan lirik dari Kidung Jemaat. 

Sang Pelayan firman pun melanjutkan dramaturginya, “Kita akan menyaksikan sebuah tayangan.” Tangan sudah meninggi dengan menggenggam pointer kecil, sayang layar hanya berwarna hitam. Puluhan wajah pun seolah bergerak layaknya mesin yang dapat berotasi 180° menujut belakang, ke arah tim multimedia yang juga sebenarnya panik. Terlebih puluhan pasang mata turut menghakimi seolah ada kenyamanan yang direnggut. 

Ibadah pun selesai di mana ratusan jemaat mengucapkan terima kasih kepada Sang Pelayan firman. Sebaliknya, tim multimedia mendapatkan pertanyaan dan keluhan seolah mereka sekarang bekerja sebagai Customer Service.


Sembilu Aktivis Gereja: Evaluasi > Apresiasi

Apakah Ignite People merasakan hal yang sama? Sebagai aktivis gereja, apakah kita sering kali dievaluasi, cukup baikkah kinerja kita? Apakah kita sudah mencapai target? Pernahkah kita melakukan kesalahan? Sementara, apresiasi? Hmm, rasanya lebih jarang.

"Sembilu" adalah sebuah frase yang dipopulerkan oleh Fourtwnty dalam lagu “Zona Nyaman”. Frase ini dapat dimaknai sebagai perasaan sakit, duka, atau kesedihan yang mendalam. Kata ini sering digunakan untuk menggambarkan perasaan yang sangat menyakitkan, seperti patah hati, kehilangan orang yang dicintai, atau pengalaman emosional yang menyakitkan. 

Tentu saya berharap Ignite People tidak berada di dalam fase tersebut. Tetapi jika kamu sudah merasa tidak dihargai, malas berkomunikasi dengan kelompok atau orang tertentu dalam gereja dan kualitas pelayananmu menurun, mungkin kondisi “sembilu” terjadi pada dirimu. Jika kamu berperan sebagai penatua dan pembimbing rohani di gereja, melihat beberapa orang yang dulunya aktif lalu kini hilang, mungkin waktunya gereja untuk mengevaluasi diri. Apakah mungkin ada pendekatan yang kurang tepat dalam memanusiakan para insan yang dulu rajin berpelayanan?


Belajar Mengapresiasi dari 1 Korintus 16:17-18

Mari kita renungkan firman Tuhan di 1 Korintus 16:17-18, yang berbunyi, "Aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena kedatangan Stefanus, Fortunatus dan Akhaikus, karena mereka telah menutupi apa yang kurang dari padamu. Mereka telah menyegarkan rohku dan rohmu juga. Oleh sebab itu, hargailah orang-orang semacam itu."

Pasal 1 Korintus 16:17-18 adalah bagian dari surat Paulus kepada jemaat di Korintus. Dalam ayat ini, Paulus menyatakan kegembiraannya atas kedatangan Stefanus, Fortunatus, dan Akhaikus. Dia mengatakan bahwa kehadiran mereka telah melengkapi apa yang masih kurang dalam pelayanan gereja di Korintus.

Stefanus, Fortunatus, dan Akhaikus adalah individu yang memberikan kontribusi berharga bagi gereja. Kehadiran mereka dianggap sebagai berkat yang melengkapi pelayanan gereja dan memenuhi kekurangan yang ada. Mereka mungkin membawa pengajaran, dukungan, dan bantuan yang diperlukan oleh jemaat.

Kedatangan mereka memberikan kegembiraan kepada Paulus dan juga memberikan penyegaran roh bagi Paulus dan jemaat di Korintus. Walaupun nama dari ketiga sosok tersebut tidak setenar rasul-rasul lainnya, tetapi kehadiran mereka membawa semangat baru, dorongan, dan dukungan moral yang diperlukan dalam persekutuan gereja.

Paulus menekankan pentingnya menghargai individu-individu seperti Stefanus, Fortunatus, dan Akhaikus. Dia mengajak jemaat untuk menghormati, menghargai, dan mengakui kontribusi mereka dalam pelayanan gereja. Penghargaan ini merupakan sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap anggota gereja terhadap sesama anggota gereja yang setia dan berdedikasi.

Ayat ini juga dapat menjadi pengingat bagi kita bahwa dalam persekutuan gereja, setiap anggota memiliki peran penting dalam memperkaya dan melengkapi pelayanan gereja. Ketika kita saling menghargai dan mendukung satu sama lain, roh kita akan disegarkan dan pelayanan gereja akan berkembang dengan baik.


Pentingnya Apresiasi dan Evaluasi yang Berimbang

Apresiasi dan evaluasi adalah dua hal yang harus seimbang dalam setiap organisasi, termasuk gereja. Ketika kita memberikan apresiasi, kita memberikan dukungan emosional kepada aktivis gereja, dan membuat mereka merasa diterima dan dicintai. Sementara evaluasi membantu mereka tumbuh dan menjadi lebih baik.

Memberikan apresiasi yang tepat kepada aktivis gereja memiliki dampak yang positif baik bagi gereja itu sendiri maupun bagi aktivis gereja. Berikut adalah beberapa dampak yang dapat terjadi.

Peningkatan motivasi dan komitmen: Apresiasi yang diberikan kepada aktivis gereja dapat meningkatkan motivasi dan komitmen mereka terhadap pelayanan. Mereka merasa dihargai dan diperhatikan, sehingga semangat mereka dalam melaksanakan tugas pelayanan akan meningkat.

Pembangunan tim dan solidaritas: Apresiasi yang diberikan secara konsisten dapat membantu membangun tim yang kuat dan meningkatkan solidaritas di antara aktivis gereja. Mereka merasa saling mendukung dan bekerja bersama untuk mencapai tujuan pelayanan yang lebih besar.

Peningkatan kualitas pelayanan: Dengan adanya apresiasi yang tepat, aktivis gereja cenderung merasa lebih termotivasi dan bersemangat dalam melaksanakan tugas pelayanan mereka. Hal ini berpotensi meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada jemaat dan masyarakat.

Pemeliharaan talenta: Apresiasi yang konsisten dan tulus dapat membantu dalam memelihara talenta aktivis gereja. Ketika mereka merasa dihargai dan diapresiasi, mereka cenderung lebih terikat pada gereja dan lebih mungkin untuk tetap terlibat dalam pelayanan dalam jangka panjang.

Citra gereja yang positif: Memberikan apresiasi yang baik kepada aktivis gereja dapat membantu membangun citra gereja yang positif di mata jemaat dan masyarakat luas. Hal ini dapat menarik minat lebih banyak orang untuk terlibat dalam pelayanan gereja dan menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah.


Waktunya Gereja Belajar Mengapresiasi

There's always a first time for everything. Buat kita, sebagai komunitas gereja, masih ada waktu untuk belajar mengapresiasi sesama pelayan lainnya. Tentu apresiasi bukan terbatas pada viatikum yang biasa kita berikan kepada pelayan firman atau Jaminan Kebutuhan Hidup (JKH) kepada pendeta GKI. Ada berbagai bentuk apresiasi yang dapat kita berikan kepada para aktivis gereja.

Ungkapan terima kasih: Memberikan ungkapan terima kasih secara langsung dan tulus kepada aktivis gereja adalah bentuk apresiasi yang sederhana namun sangat berarti. Kata-kata yang mengakui dedikasi, kerja keras, dan pengorbanan mereka dapat memberikan dorongan dan penghargaan.

Penghargaan atau sertifikat: Memberikan penghargaan atau sertifikat sebagai pengakuan formal atas kontribusi mereka adalah bentuk apresiasi yang dapat dijadikan sebagai bukti tangible. Ini dapat mencakup penghargaan untuk pelayanan yang luar biasa, kepemimpinan yang kuat, atau dedikasi yang konsisten.

Acara penghargaan: Mengadakan acara khusus untuk mengapresiasi aktivis gereja adalah cara yang efektif untuk menunjukkan penghargaan. Acara ini dapat berupa makan malam bersama, acara apresiasi tahunan, atau kegiatan lain yang melibatkan seluruh komunitas gereja.

Kesempatan pengembangan diri: Memberikan kesempatan bagi aktivis gereja untuk mengikuti pelatihan, seminar, atau lokakarya yang relevan dengan pelayanan mereka adalah bentuk apresiasi yang memperkaya pengetahuan dan keterampilan mereka.

Pemberian tugas atau tanggung jawab yang signifikan: Memberikan tugas atau tanggung jawab yang lebih besar dan berarti kepada aktivis gereja adalah cara untuk menunjukkan kepercayaan dan penghargaan terhadap kemampuan dan dedikasi mereka.

Setiap gereja mungkin memiliki preferensi dan budaya yang berbeda dalam memberikan apresiasi. Penting untuk mengakui dan menghormati kontribusi setiap aktivis gereja secara individu dan memastikan bahwa apresiasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai komunitas gereja.


Kesimpulan

Kembali ke lirik lagu dari “Zona Nyaman”, aktivis adalah insan, bukan seekor sapi yang dipekerjakan tanpa welas asih. Tidak hanya menuntut dan mengevaluasi, kita juga perlu seimbang memberikan apresiasi. Maka, kita perlu berubah menjadi jemaat dan penatua yang lebih peduli dan menghargai aktivis gereja kita. Bukankah itu lebih mirip dengan Yesus yang kita ikuti, lebih mencintai dan menghargai, daripada menghukum dan menuntut.

Selamat belajar mengapresiasi sehingga mengurangi jumlah orang-orang yang sembilu kepada gereja.


LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

TAGS

 

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER