“Where there’s life, there’s hope.” — Theocritus
Happy New Year, everyone!
Selamat dan terima kasih sudah mau "berjuang" di tahun lalu. Mari kita lanjutkan perjalanan di tahun ini dengan penuh semangat dan ucapan syukur. Dear Ignite People, dari dua artikel sebelumnya (Hati yang Rapuh #1 dan #2), kita dapat belajar bagaimana Whilo tetap mau belajar mengeluarkan pendapat bahkan uneg-unegnya dengan bijaksana dan tanah liat yang senantiasa belajar untuk berproses dengan benar. Dalam Hati yang (Pernah) Rapuh #3 ini, kita akan sama-sama belajar dari Si Pejuang yang ingin berjuang menggapai harapannya di tahun 2022. Setiap perjuangan tentu memiliki sebuah harapan atau tujuan yang hendak dicapai, tidak berbeda dengan Si Pejuang. Di Tahun Baru 2022 Si Pejuang memiliki berbagai macam harapan yang hendak dicapai—entah itu harapan yang belum dicapai di tahun sebelumnya atau bahkan harapan-harapan baru. Kira-kira apa saja yang sudah atau sedang disiapkan Si Pejuang ini ya?
Sadar Betul Apa Harapannya!
“Tahun Baru, Resolusi Baru”, tentu kita sudah tidak asing dengan kalimat tersebut. Resolusi atau harapan untuk melakukan sesuatu yang baik (terutama) pada saat pergantian tahun, disiapkan sebaik-baiknya. Pertanyaannya, apakah resolusi itu benar-benar berjalan sampai harapan atau tujuan itu tercapai? Tidak jarang, beberapa orang memandang resolusi sebagai “tradisi awal tahun”. Sayangnya, kadang tradisi tersebut hanya berlangsung sementara, kemudian berbagai alasan pun muncul seperti kesibukan, berubah pikiran, bahkan lupa.
Si Pejuang adalah salah satu orang yang menulis atau mempersiapkan resolusi dengan baik tetapi dia melihat resolusi tersebut ‘hanya’ sebagai tradisi semata. Sehingga setiap tahun dia menuliskan resolusinya, namun tidak semua resolusi tersebut sampai pada tujuan. Melihat perjalanan hidupnya dan resolusi yang dipersiapkan setiap tahun tapi tidak semuanya tercapai. Akhirnya Si Pejuang merenung, dia mencoba menilik kembali perjalanan hidupnya, dia melihat kembali resolusi yang dipersiapkan. Kira-kira apa yang salah?
Ya! Betul sekali, Si Pejuang hanya memandang resolusi tersebut sebagai sebuah tradisi. Lebih parahnya Si Pejuang lupa dengan resolusi yang sudah disiapkan saat pergantian tahun. Si Pejuang sadar bahwa ternyata dirinya tidak benar-benar memahami resolusi tersebut sebagai “pembaharuan hidup”. Dia tidak benar-benar memperjuangkan resolusi, harapan, dan tujuannya. Setelah menyadari hal tersebut, akhirnya Si Pejuang bertekad untuk melihat dan mempersiapkan apa yang menjadi resolusi, harapan, dan tujuannya di tahun baru 2022.
Mempersiapkan Diri
Setelah Si Pejuang menyadari bahwa resolusi bukan hanya sekadar tradisi semata, dia sudah menentukan apa yang akan menjadi resolusinya di tahun 2022. Si Pejuang mulai mempersiapkan dirinya untuk berjalan menggapai resolusinya. Si Pejuang melihat medan yang akan ditempuh saat menggapai resolusi atau tujuannya. Dia sadar betul, bahwa setiap resolusi memiliki tantangannya masing-masing dan dia melihatnya sebagai proses yang memang harus ditempuh. Dia juga memahami bahwa lawan paling kuat dalam perjuangannya adalah dirinya sendiri, seperti kemalasan, kekhawatiran, rasa malu, dan sebagainya. Kita sadar jaman terus berkembang, tapi sampai saat ini masih ada beberapa orang yang malas gerak (mager) untuk melakukan apa-apa. Sudah dipermudah dengan adanya gadget, bukannya semakin produktif malah justru semakin mager. Si Pejuang pun mulai membuat tahap-tahapan apa saja yang harus dilakukan, ketika suatu hari nanti dia merasa malas, mager, bahkan ketakutan. Si Pejuang juga mempersiapkan banyak langkah atau planning ketika proses yang dilalui menghadapi hambatan. Melawan diri sendiri memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Kemudian Si Pejuang memantapkan dirinya dan be ready memasuki tahun 2022 dengan beberapa resolusi ditangannya.
Beriman dan Percaya
Selain budaya mager, Si Pejuang juga menemukan adanya kemungkinan dirinya merasa khawatir, tidak percaya diri, dan malu atas resolusi yang sudah dipersiapkan. Namun setelah melalui banyak proses seperti menentukan dan mengenali betul resolusinya dan mempersiapkan diri, Si Pejuang tidak lupa meyakinkan dirinya atas apa yang sudah ditentukannya. Dia menyadari bahwa setiap orang memiliki journey mereka masing-masing, sehingga perbedaan setiap resolusi atau tujuannya pun pasti ada. Dalam kitab Yesaya 41:10 dalam terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini pun, dijelaskan:
“Jangan takut, sebab Aku menyertaimu,
jangan cemas, sebab Aku Allahmu.
Engkau akan Kuteguhkan dan Kutolong,
Kutuntun dengan tangan-Ku yang jaya.”
Si Pejuang percaya, bersama Tuhan seluruh resolusi pasti dapat digapainya. Meskipun ada rasa takut dan khawatir, selama bersama Tuhan Si Pejuang tidak gentar untuk menggapai semua resolusinya di tahun 2022. Baginya proses adalah sesuatu yang memang harus dijalani, dia percaya meskipun dalam proses yang dihadapi terdapat beberapa rintangan, tetapi ketika sudah mempersiapkan diri dan percaya, pasti tujuan tersebut dapat digapainya.
Belajar dari Si Pejuang, marilah kita dapat terus berharap dan mau merealisasikannya. Meminjam kutipan dari Theocritus, “Where there’s life, there’s hope.” Dalam setiap kehidupan kita, pasti ada sebuah harapan yang ingin kita capai, bukan hanya dalam pergantian tahun tetapi juga setiap harinya (terutama saat salah satu tujuan kita sudah tercapai). Marilah kita mengenali betul apa resolusi kita lalu mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan untuk menggapainya. Dan yang terakhir, yaitu tetap beriman dan percaya. Sebab tanpa penyertaan Tuhan tentu segala resolusi kita di tahun baru tidak ada artinya.
Selamat menggapai harapan dan melakukan resolusi di tahun baru 2022 ini!
Tuhan memberkati.
Love, Si Pejuang <3
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: