"Without Pentecost the Christ-event - the life, death, and resurrection of Jesus - remains imprisoned in history as something to remember, think about and reflect on. The Spirit of Jesus comes to dwell within us, so that we can become living Christs here and now." - Henri Nouwen
Salah satu hobi saya adalah menonton konser, terutama grup musik cadas (rock). Selain musiknya, selalu menyenangkan menyaksikan tingkah laku para penonton. Ada yang ikut bernyanyi, menyoraki musisi, bertepuk tangan, melompat-lompat, menggerakkan badan mengikuti irama, mengangguk-angguk secara ekstrim (headbanging), menabrak-nabrakkan diri satu sama lain (biasanya dikenal dengan slam dancing atau moshing), dan tindakan-tindakan lainnya yang menyemarakkan konser. Ada juga orang-orang seperti saya, tidak banyak bergerak dan lebih banyak mengamati dengan sekali-sekali mengambil video dan gambar.
Setiap orang menikmati konser dengan caranya masing-masing, tapi saya percaya semua ingin menikmati momen yang hanya beberapa jam namun disruptif itu. Momen-momen yang melegakan penat, bahkan tak jarang mengubahkan, sehingga para penonton keluar dengan penat yang hilang dan semangat baru.
Konser musik memiliki potensi mengubah mood dan membangkitkan semangat, bahkan ada kalanya menjadi momen yang “mengubahkan hidup”. Tapi kira-kira bagaimana para musisi mempersiapkan kegairahan di tempat konser itu?
Menenangkan Diri sebelum Tampil
Tentu latihan dan kerja keras bertahun-tahun diperlukan untuk menjadi musisi hebat. Namun bagaimana dengan masa-masa H-1 atau hari-H? Beberapa percakapan dengan para musisi tenar, herannya, memaparkan pentingnya rasa aman dan tenang untuk penampilan yang prima. Cukup kontras, segala keramaian dan kegaduhan di panggung dipersiapkan dengan mencari ketenangan sebelum menciptakan “badai”. Calm before the storm.
Sebuah artikel (https://www.ultimate-guitar.com/articles/features/rock_bands_pre-show_rituals-63843) membagikan beberapa "ritual" musisi band terkenal. Bagi sebagian, momen-momen yang terkesan membosankan malah amat penting untuk bersiap menghadapi ingar-bingar konser. Ada yang memilih duduk minum kopi dan, uniknya, menyetrika bajunya. Ada yang datang ke area konser lebih awal untuk bertemu fans, menyerap energi dan suasana lokasi. Ada juga yang membawa terapis fisik untuk memastikan kondisi fisik prima. Pun olahraga ringan, meditasi, serta makan dan minum sambil mengambil momen tenang. Poinnya adalah bertenang dan mengambil posisi yang paling bisa menyiapkan diri untuk prima menjelang aksi-aksi penuh energi.
Bagaimana Para Rasul Menyiapkan Diri?
Ritual mereka sebelum tampil mengingatkan saya pada Kisah Rasul pasal 1. Di sana kita akan membaca momen-momen sebelum peristiwa Pentakosta yang diperingati sebagai hari turunnya Roh Kudus pada pasal 2, ketika murid-murid dipenuhi Roh Kudus, berbicara dalam berbagai bahasa, dan berkhotbah dengan otoritas luar biasa di hadapan kerumunan besar orang hingga ribuan dari mereka memberi diri dibaptis. Kira-kira apa yang mereka lakukan sebelum momen yang mengubahkan lanskap kemanusiaan itu?
Kisah itu diawali momen kenaikan Yesus (Kis. 1:6-11). Muncul pertanyaan dari murid-murid: apa selanjutnya? Di ayat 6 mereka masih saja bertanya-tanya dan memohon Tuhan memulihkan kerajaan bagi Israel di masa itu.
Lalu apa jawab yang diberikan?
Yesus meminta para murid untuk tidak perlu menanyakan kapan masa itu akan datang. Dia malah menjamin para murid menerima Roh Kudus dan menjadi saksi-Nya (ayat 7-8). Murid-murid diamanatkan untuk bergerak!
Begitu juga dengan ayat 9-11, ketika Yesus terangkat dan dua malaikat menegur murid-murid, “mengapakah kamu berdiri melihat ke langit?” Kedua malaikat menjamin kedatangan-Nya kembali sambil mengingatkan murid-murid untuk tidak terus melihat langit. Sudah waktunya mereka bergerak mengerjakan Amanat Agung, alih-alih berharap Yesus terus-terusan bersama mereka secara fisik sebagai manusia.
Mereka akan memulai “konser” besar-besaran yang terus berlangsung dalam konteks lingkungan yang terus meluas, dari Yerusalem, seluruh Yudea dan Samaria, sampai ke ujung bumi. Segala “latihan iman” bersama Kristus adalah untuk “konser” membagikan Kabar Baik ini. Lalu bagaimana para murid, di tengah segala kegugupan menyambut kenyataan ini, mempersiapkan diri?
Alkitab berbicara tentang pentingnya Roh Kudus hadir dan menggerakkan, namun Kisah Rasul 1 ayat 12-26 juga memaparkan apa yang dikerjakan para murid dalam masa persiapan “konser”. Ada dua hal.
Pertama (ayat 12-14), bertekun dalam doa bersama-sama. Menanti dalam kesehatian, menenangkan diri, kembali ke Yerusalem, naik ke ruang atas, bertekun dalam waktu tenang, memantapkan hati, serta merenung. Kesempatan untuk mengingat bagaimana segala momen latihan rohani murid-murid dalam kehidupan bersama Kristus menuntun kepada masa perjuangan pekabaran Injil. Calm before the storm.
Kedua (ayat 15-26), berkonsolidasi dan berstrategi. Perginya Yudas Iskariot meninggalkan luka menganga, membuat mereka harus menyusun rencana dan memilih orang untuk melengkapi formasi. Setelah perenungan dan doa yang mantap, orang itu adalah Matias. Hanya ketika formasi sudah lengkaplah mereka bisa bersiap-siap mengerjakan misi Allah. Ketika persiapan sudah mantaplah mereka berani menghadapi dunia. Ketika mereka sudah meyakini penyertaan Tuhanlah mereka siap untuk dipakai-Nya.
Bagaimana Kita Bersiap Menyambut Roh Kudus?
Dari pengalaman calm before the storm murid-murid sebelum “Konser Agung” itu, ada beberapa poin refleksi yang dapat kita bersama renungkan:
Kristus memanggil kita untuk ikut serta dalam “Konser Agung” yang mengubahkan dunia itu. Penyertaan-Nya melalui Roh Kudus dalam segala suka dan duka sudah Dia jamin. Bersediakah kita setiap hari menyiapkan diri dan menjawabnya?
Semoga kita pun diajar untuk memulai dalam perenungan dan siap bergerak di masa-masa ini.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: