Dengan "berhenti", saya mendapatkan pemulihan dari-Nya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berhenti berarti "tidak bergerak, tidak berjalan, tidak meneruskan lagi". Kalau berkaca dari kehidupan masing-masing, kita perlu untuk berhenti terhadap hal yang tidak seharusnya kita perjuangkan dan pikirkan. Entah dalam pekerjaan, dalam kehidupan percintaan kita, berhenti hidup demi pengakuan orang lain, berhenti mengharapkan pengakuan dari orang lain, berhenti berusaha untuk mendapatkan kasih dari orang lain, atau bahkan berhenti melakukan “sesuatu” yang tidak pantas agar tidak kehillangan orang yang kita sayang.
Seperti halnya mengendarai mobil di saat ban mobil tersebut bocor, jikalau kita tetap melaju tanpa berhenti dan memperbaiki ban tersebut, apa yang akan terjadi? Pasti akan tejadi kecelakaan dan melukai orang lain. Mobil yang sudah “sakit” juga perlu berhenti sejenak untuk pulih dan diperbaiki. Jiwa dan tubuh kita pun juga demikian. Barangkali kita pernah melakukan hal yang tidak pantas diperjuangkan. Misalnya seperti memperjuangkan kisah cinta yang tidak sehat dan penuh dengan ketidakpastian, atau memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang penampilan kita, atau mungkin sampai saat ini kita terus berjuang untuk telihat baik-baik saja, bahkan perihal kekhawatiran akan masa depan yang kita perjuangkan mati-matian untuk mendapatkan kehidupan yang kita impikan namun pada akhirnya kita wujudkan dengan cara yang salah. Apakah yang akan tejadi dengan jiwa kita? Apakah kita perlu untuk berhenti?
Ya, kita harus berhenti. Bagaimana cara kita untuk dapat berpulih?
Satu-satunya jalan untuk kita berpulih
adalah kembali pulang kepada
Sang Sumber Kasih dan Pemulihan,
Yesus Kristus!
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan...“ dalam ayat ini kita di ajak untuk pulang. Juga seperti pada cerita Alkitab tentang anak yang hilang pada Lukas 15:11-32, dimana dari perumpamaan ini kita belajar mengenai peran seorang Bapa yang baik di saat sang anak pulang dengan keadaan memprihatinkan, walaupun sudah menghabiskan harta yang diberikan oleh Bapanya. Perumpamaan tentang anak yang hilang ini merupakan perumpamaan yang selalui menggambarkan kasih Allah yang tidak pernah berubah kepada kita. Pemulihan yang di berikan Bapa kepada anak yang hilang tesebut dengan cara menerima kembali sang anak dengan kasih. Begitu juga dengan Bapa kita yang penuh dengan kasih, yang pada saat kita benar-benar datang kepada Yesus kita akan menerima kasih yang tak akan pernah berubah dari dulu sampai sekarang. Di saat inilah kita memutuskan untuk “berhenti” dari hal-hal yang membuat hidup kita tidak sesuai dengan kasih Yesus.
Mari kita belajar berhenti dari hal yang tidak perlu, dan kembali kepada kasih Kristus, yakni kasih yang melampaui pengetahuan manusia dan yang membebaskan kita dari kebutuhan yang tidak perlu. Dan juga cara untuk 'berhenti lalu berpulih' adalah dengan berserah dalamNya dan membaca Injil. Karena Injil membebaskan kita demi memahami siapa diri kita menurut terang kasih Tuhan bagi kita di dalam Yesus Kristus.
Kita harus ''berhenti'" agar dapat berpulih. Kita layak dikasihi karena Tuhan mengasihi kita.
Dengan berhenti, saya menemukan pemulihan dari Sang Kasih Yang sempurna, Yesus Kritus.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: