Jika sebuah tawa dikarenakan mencederai sesuatu, pantaskah kita tetap tertawa?
Semua orang membutuhkan hiburan. Apalagi karena kondisi yang semakin tidak menentu, seisi dunia (termasuk kita, tentunya) seolah-olah "dipaksa" untuk lebih menikmati hari-hari yang ada sebelum semuanya terlambat. Salah satunya adalah melalui lelucon, dan tidak jarang kita mendengar istilah dark jokes, kan? Hm, sebenarnya apa sih dark jokes itu dan kenapa "gelap" kalau tujuannya adalah untuk menghibur?
Menurut Cambridge Dictionary, dark jokes (yang juga bisa disebut black humour) adalah "a humorous way of looking at or treating something that is serious or sad". Contohnya meme dari Tuti and Friends di atas, dan beberapa akun satir yang membahas isu-isu yang beredar di masyarakat dengan punchline tidak terduga di akhir lelucon. Bahkan ada juga yang membahas isu seputar agama dan keyakinan, sesuatu yang masih dianggap tabu untuk dijadikan sebagai bahan lelucon (karena "kesakralannya"). Padahal tanpa harus memuat isu tersebut, sebuah lelucon menandakan kebebasan dalam berekspresi, yang juga membuktikan keberhasilan reformasi negara. Tidak heran jika kita juga sering mendengar lelucon yang memuat kehidupan iman dan spiritualitas, kan? Misalnya seperti ini:
"Tenang, salah pilih makanan nggak memengaruhi keselamatan, kok."
"Nulis "istri" aja harus hati-hati, apalagi buat milihnya." (oke, yang ini enggak terlalu berkaitan, sih)
(Disclaimer: Mohon maaf, Ignite People, Minbi bingung kalau harus bikin dark jokes )
Pertanyaannya, mungkinkah kita bisa tertawa bersama untuk sebuah perjalanan iman yang dibalut dengan dark jokes sebagai simbol perayaan kehidupan saat ini? Bagaimana jika ternyata sumber tawa kita berasal dari hasil sesuatu yang dicederai?
Mari bagikan pemikiran Ignite People mengenai hal ini!
Selamat berefleksi, selamat berkarya!
Dari yang selalu menantimu karyamu,
Minbi
By the way, Minli titip salam, nih:
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: