Beberapa orang berpendapat jika pandemi tidak ada, tentu kita bisa lebih ber-progress dalam hidup; tapi siapa yang dapat menjamin bahwa setiap rencana yang sudah kita rancang akan selalu berhasil?
Lepas dari rutinitas kuliah dan belajar membuat saya menyadari bahwa banyak hal yang dapat dilakukan dalam hidup yang singkat ini. Peralihan dari rutinitas membuat saya sempat merasa bingung akan apa yang akan saya lakukan di kemudian hari, bagaimana hari depan saya, dengan siapa saya akan menjalani hari dan lain-lainnya. Saya rasa hampir semua orang dengan kondisi yang sama juga pernah berpikir demikian, hingga muncul istilah overthinking—berpikir dengan berlebihan mengenai hal-hal yang belum terjadi dan menimbulkan rasa cemas berlebih. Memang benar manusia diciptakan dengan akal sehingga mampu berpikir, tetapi segala hal yang berlebihan tentu tidak baik. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya overthinking pada diri seseorang: Relasi, pekerjaan, keluarga, dan masa depan menjadi problem mendasar dalam memunculkan pikiran yang rumit.
Dengan pikiran yang terus berputar dalam kepala, tanpa disadari berpengaruh dalam tindakan dan ucapan kita. Semua hal yang ter-input dalam diri kita tentunya akan berdampak pada output—yaitu tindakan serta ucapan, selama kita menjalani hari demi hari. Pikiran negatif dan suasana hati yang buruk tidak akan memunculkan raut wajah yang ceria dengan senyum lebar, alih-alih berkata-kata penuh berkat yang muncul malah gerutu dan, maaf, umpatan. Suasana hati yang buruk dapat menjadikan seseorang lebih sensitif ketimbang biasanya, maka dari itu becandaan ringan pun dapat memicu pertengkaran. Bahkan sebagian orang dalam kondisi ini akan merasa cukup frustasi karena tidak dapat menemukan jawaban, walaupun kepala sudah terasa begitu penuh. Tak jarang diperlukan pelampiasan agar terasa lebih lega, banyak macam hal yang dapat dipilih; mulai dari yang positif hingga negatif. Ini merupakan pilihan bagi kita masing-masing. Ada yang mencoba self-travelling, curhat dengan teman dekat, menulis, online shopping, atau melakukan kegiatan yang belum pernah dilakukan—semua terserah Anda, kalau kata iklan. Namun ketika kita dapat melewatinya berarti kita telah lulus satu tingkatan fase hidup.
Kita didewasakan melalui berbagai persoalan hidup yang dialami. Besi menajamkan besi, sedangkan manusia menajamkan sesamanya. Banyak orang berkata bahwa setelah melewati masa remaja yang labil kita akan hidup sebagai manusia dewasa yang tahan guncangan serta lebih stabil secara pribadi. Kenyataannya proses hidup berlangsung terus-menerus membentuk kepribadian kita. Hasil akhir bergantung pada bagaimana kita berproses dan menentukan keputusan saat dihadapkan pada pilihan-pilihan hidup yang selalu muncul. Beberapa orang berpendapat jika pandemi tidak ada, tentu kita bisa lebih ber-progress dalam hidup; tapi siapa yang dapat menjamin bahwa setiap rencana yang sudah kita rancang akan selalu berhasil?
Karena sesungguhnya banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana (Amsal 19:21).
Rancangan-Nya berada di atas rancangan kita, tentulah semua yang diijinkan-Nya terjadi dalam kehidupan selalu memiliki nilai yang bisa kita ambil sebagai sari-sari kehidupan yang akan mendewasakan kita sebagai seorang pribadi Kristen seutuhnya—bukan Kristen katanya. Atas ijin-Nya kita akan kuat menanggung segala beban yang saat ini harus kita tanggung. Cobaan diberikan bukan karena kita tidak mampu menyelesaikannya, melainkan karena Tuhan kita tahu bahwa kita mampu.
Tak jarang ketika sedang berada di bawah atau down, kita cenderung merasa diri tidak berharga tetapi ingatlah selalu bahwa nilai dirimu tidak ditentukan oleh apa yang orang lain pikirkan atau apa yang kamu pikirkan. Nilaimu ditentukan oleh bagaimana Allah memandang kamu sebagai ciptaan-Nya yang berharga. Dia bahkan membayar lunas untuk ‘membeli’ dirimu dengan diri-Nya sendiri. Setelah mengetahui semua fakta ini apakah kamu akan membiarkan-Nya begitu saja?
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah (Efesus 2:8).
Jadi apabila saat ini kamu merasa begitu putus asa, bebanmu terasa berat, arahkanlah pandanganmu kepada Penciptamu. Dia yang akan menggendongmu dan tidak akan pernah membiarkanmu sendiri, asalkan kamu mau mendengarkan perkataan-Nya dan percaya kepada-Nya. Teruslah melangkah menapaki satu demi satu fase kehidupan bersama dengan Tuhan. Saat tak ada seorangpun yang dapat kamu percaya, tak ada seorang pun yang dapat kamu andalkan, kamu dapat mengandalkan Tuhanmu dan itu lebih dari cukup. Jangan biarkan Tuhan menunggumu terlalu lama karena terlalu larut dalam overthinking tak berujung, lebih baik mohon hikmat-Nya agar dapat berpikir dengan bijak (thoughtful) dan menghidupi kehidupan ini dengan penuh syukur (thankful).
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: