#NP God Playlist : Hide and Seek

Best Regards, Live Through This, 13 February 2023
You've captured my heart in ways I didn't know I could be captured! - Captured by Isla Vista Worship & Mark Barlow

Notes: For all of you who doesn’t know or forget, I making a series called “God’s Playlist” to share some of christian music that change my life or just make my mood better. Yes, God works in unique way to share His love. 


Ignite People pernah main petak umpet? Saya rasa semuanya pernah, ya. Permainan yang bisa dilakukan baik indoor maupun outdoor ini sangat populer dan mudah dimainkan. Semua orang berusaha mencari tempat persembunyian terbaik, sampai-sampai ada seorang bocah yang bersembunyi di sebuah kontainer tanpa tahu bahwa ia akan mendarat di negara lain. Nah, saya juga pernah bermain petak umpet—tapi berbeda dari yang biasanya kita lakukan saat masih kecil, lawan main bukanlah orang sembarangan, melainkan Tuhan itu sendiri.

    

“Saya keren banget, kan?"

    

No. no. no. Bukan berarti saya pernah ke surga atau alam lainnya untuk bermain dengan Tuhan. Lebih tepatnya, saya mencoba untuk lari dan bersembunyi dari Tuhan. Kalau dipikir-pikir lagi saya tentu termasuk orang bodoh tingkat akut yang merasa bahwa dirinya bisa “melarikan diri” dari Tuhan. Yunus saja akhirnya dimakan ikan besar ketika mencoba lari dari tugas yang diberikan Tuhan. Padahal dia nabi, loh! Nabi! Status kenabian itu seolah-olah membedakan saya yang adalah manusia biasa, yang berdoa makan saja kadang-kadang lupa.

    

Oke, sampai sekarang saya merasa bahwa Tuhan sangat baik karena tidak memerintahkan ikan besar atau hewan apa pun untuk menelan saya yang kabur dari-Nya. Namun, hal itu membuat saya membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk kembali kepada-Nya. Dalam pergumulan pribadi, saya memutuskan untuk kembali kepada Tuhan kalau waktunya sudah tepat. Kapan waktunya? Saya tidak tahu, yang penting saya lari dulu. Toh, saya sudah lari terlalu jauh, ibarat dari Jakarta ke Bandung kenapa gak sekalian lurus terus ke Bali biar puas.


Photo by bady abbas on Unsplash  

Pain makes my questions grow too large

And I feel that I run far

My memory fails me right

I get enslaved to my own mind

Forgetfulness of your grace

Drags me around for miles

Until I see, until I see the corner of your smile


Sungguh, saya juga tidak berniat main petak umpet sampai satu tahun lebih. Lagi pula, saya juga lama-lama merasa bersalah dengan Tuhan. Bukan hanya perkataan, tetapi juga Alkitab pun mengingatkan saya melalui ayat berikut ini:    

Matius 11:28 TB. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

Mungkin, kalau Tuhan melihat saya Dia akan berkata, “Ini anak harus dikasih apa, sih, biar dia percaya? Baliho yang gedhe? atau spanduk sebesar GBK? Atau didatangi malaikat aja kali, ya?”

 

Hanya saja, hati dan pikiran saya terus menolak kehadiran Tuhan. Bagaimana tidak? Selama satu tahun lebih, saya memiliki pergumulan yang berat dan (menurut saya) berdoa kepada Tuhan tidak memberikan jawaban apa pun. Hari berlalu begitu lambat, semua makanan terasa hambar, bahkan ucapan orang-orang terdengar seperti makian di telinga saya padahal mereka hanya bertanya keadaan saya. Jadi, untuk apa saya bertahan di tempat yang tidak memberikan manfaat apapun pada saya. Apakah penderitaan saya sangat sulit dijawab oleh Tuhan pencipta alam semesta? Saya mulai ragu-ragu apakah saya masih anak Tuhan atau bukan. Saya mulai percaya apa yang mau saya percaya, walaupun itu bukan dari firman Tuhan dan hanya ramalan kartu atau garis tangan.


Photo by Javardh on Unsplash 


I fall so short from what I can't achieve

Start to agree with what I don't believe

My sensory fails the truth

As I disremember who I am in you

Forgetfulness of your grace

Drags me around for miles

Until I see, until I see the corner of your smile



Petak umpet itu terus berlanjut sampai akhirnya saya mentok (stuck). Iya, MENTOK. Segala cara sudah saya lakukan, bahkan sampai saya berharap bahwa saya bukan orang Kristen. Apa pun boleh yang penting jangan jadi orang Kristen. 

Saya bertanya kepada teman-teman ke mana saya harus pergi. Apakah meninggalkan Kekristenan adalah jawaban yang tepat? Pro dan kontra saya dapatkan, tetapi tidak membuahkan hasil. Saya sendiri merasa bahwa bukan berarti jika Tuhan saya berbeda keadaan saya akan berubah. Saya tetap akan berhadapan dengan masalah yang sama. Lebih dari tiga bulan saya merasakan kehampaan. Berkumpul bersama-sama teman-teman tidak lagi mengasyikan dan akhirnya saya menjauh dari mereka juga. Tanpa arah dan harapan.

Mungkin mengakhiri hidup adalah sebuah jawaban?

Katanya, kalau menghadapi jalan buntu, mundur selangkah dan putar balik adalah jawabannya. Jadi, saya melakukan hal yang sama. Saya melewati jalur yang sama untuk kembali pulang ke “rumah” yang pernah saya anggap aman. Sama seperti pulang kampung, saya juga bersiap-siap membawa “oleh-oleh” untuk saya berikan kepada tuan rumah. Karena, jujur saya malu tidak pernah pulang selama satu tahun. Kalau Tuhan adalah manusia, saya bisa dicap anak durhaka. 

Begitulah. Akhirnya kembalilah saya ke sana. Dengan malu-malu, saya kembali memanggil nama-Nya. Yah, saya tidak merasa apa-apa, sih.. cuma entah kenapa, sebuah kata-kata terngiang di kepala,


“Tuhan ada. Tuhan dengar.. Gak apa-apa, doa saja”


Kalimat itu selaras dengan Yeremia 29:12-13, bukan?

Dan apabila kamu berseru  dan datang untuk berdoa  kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari  Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati.

Entah itu adalah suara saya sendiri atau bahkan suara Tuhan, saya tidak terlalu ambil pusing. Yang penting saya kembali kepada Tuhan setelah sekian lama bersembunyi dari-Nya secara sadar. Mungkin... kalau saya dimakan ikan besar seperti Yunus, saya akan berbalik kepada Tuhan lebih cepat. Namun, yang akan saya rasakan bukan kasih melainkan ketakutan. Saya pun berpikir demikian:   

“Kalau kabur sebentar saja dimakan ikan, apalagi kalau berbuat dosa yang lebih berat?”

Anehnya, saya tidak merasakan adanya penolakan atau diskriminasi ketika kembali ke hadapan Tuhan walaupun satu tahun lebih telah berlalu. Tuhan masih terasa sama, baik dari cara-Nya menjawab doa-doa maupun Firman-Nya—yang kadang di luar pemikiran manusia. “Ah.. mungkin Tuhan sudah menemukan saya dari lama. sehingga dia membuat jalan buntu akhirnya saya tidak punya pilihan selain pulang,” pikir saya. 


You were good to me before I knew your name

And your grace freed me from a selfish pain, my selfish pain

I was lost and I felt the need, the need for you

How could I ever leave?


Cause you've captured my heart in ways I didn't know I could be captured!

You've captured my heart in ways I didn't know I could be captured!


Pengalaman ini mengingatkan saya pada perumpamaan rumah yang dibangun di atas pasir dan di atas batu. Ketika seorang (yang mengaku) percaya kepada Kristus, dia akan tetap kuat berlindung di dalam rumahnya walaupun badai besar datang. Kalau pun pada akhirnya rumah itu hancur, orang itu akan menemukan Kristus yang tetap berdiri teguh sebagai jangkar yang kokoh, sandaran yang kuat dan sanggup membawanya pulang ke pelukan-Nya. Apakah orang itu adalah saya dan Ignite People?



So.. game is over. God won it well, and I'm home finally.






P.S.: Anyway, entah kenapa kata-kata dari Captured membuat saya terpikat, dan saya rindu agar Ignite People juga dapat merasakan kasih Allah seperti yang disampaikan oleh lagu ini. So... saya membuat dua wallpapers di post sebelah. I hope both of them can remind us sweetly of how total God chases us with His love and presence!




LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER