00100010 01010100 01101000 01100101 00100000 01100011 01100001 01101011 01100101 00100000 01101001 01110011 00100000 01100001 00100000 01101100 01101001 01100101 00101110 00100010 00100000 00101101 00100000 01000100 01101111 01110101 01100111 00100000 01010010 01100001 01110100 01110100 01101101 01100001 01101110
Tanpa mengetahui apapun sebelumnya, Chell terbangun dalam sebuah kamar di Aperture Science. Kamar itu hanya berisikan tempat tidur berbentuk pod, kloset, dan radio yang terus mendengungkan lagu yang sama. Ia disambut oleh GLaDOS, super-robot yang ada di sana dan mengatakan bahwa ia harus melakukan serangkaian tes untuk menguji Handheld Portal Device, yang lebih dikenal dengan nama Portal Gun. Alat ini berfungsi untuk membuat portal teleportasi masuk dan keluar, dan rangkaian tes ini dikatakan akan memberi keuntungan pada Aperture Science sebagai sebuah perusahaan teknologi dan sains. Bahkan, GLaDOS menjanjikan akan memberikan Chell seporsi kue tart jika tes-tes ini berhasil dilalui. Maka, Chell pun memasuki ruangan tes demi ruangan tes, mulai dari tanpa memegang Portal Gun hingga memegang Portal Gun yang utuh sembari memecahkan berbagai teka-teki untuk keluar dari setiap ruangan tesnya.
Namun, semua tak berakhir indah.
Di ruang tes ke-19 dimana seharusnya itu jadi yang terakhir, Chell tidak mendapatkan kue yang dijanjikan. Malah, akhirnya ia terjebak dalam perapian yang segera membunuh dirinya! Tanpa kehabisan akal, dengan Portal Gun Chell keluar dari perapian itu dan segera mencari jalan keluar dari Aperture Science. Ternyata terungkap bahwa Chell sudah lama tertidur sejak acara Bring Your Daughter To Work di Aperture Science dihelat, dimana GLaDOS pertama kali diluncurkan dan diaktifkan lalu membunuh semua orang yang ada di sana dengan gas neurotoxin, sehingga ia sepenuhnya mengambil alih kendali Aperture Science. Hanya ada dua orang yang diketahui bertahan dalam kejadian tersebut, pertama adalah Doug Rattman, ilmuwan pengidap schizophrenia yang sembunyi berhari-hari sambil berusaha keluar dari Aperture Science, dan Chell yang di-tidur-kan untuk dijadikan subjek tes berikutnya. Berkat goresan-goresan dari Doug Rattman di berbagai dinding Aperture Science, Chell dapat menemukan jalan keluar hingga akhirnya bertemu GLaDOS di sebuah ruang kendali. Seperti bertahun-tahun yang lalu, GLaDOS sekali lagi berusaha membunuh Chell dengan melepaskan gas neurotoxin selama 6 menit, dan dalam 6 menit itupun Chell berhasil mengalahkan GLaDOS dengan Portal Gun miliknya.
Petunjuk dari Doug Rattman. © Valve, 2007
Ini memang kisah science fiction dalam sebuah video game berjudul Portal, namun kurang lebih seperti itulah kita di tahun 2020 ini. Coba ingat kembali ketika kita mengakhiri tahun 2019 silam, apa yang kita niatkan dan rencanakan? Tentu ada banyak sekali, dan mulai dari Januari hingga awal Maret, kita perlahan-lahan menjalankan rencana-rencana kita dengan mengharapkan hasil yang terbaik. Namun kenyataannya, Maret 2020 PSBB diumumkan karena pandemi COVID-19, sehingga banyak kegiatan yang harus terhenti. 3 bulan berlalu dan PSBB dilonggarkan, namun tidak juga membuahkan hasil yang berarti. Angka positif COVID-19 semakin tinggi, diikuti dengan pelanggaran protokol kesehatan yang semakin tinggi juga.
© Valve, 2007
Impian kita, menjadi sama bohongnya dengan kue tart untuk Chell.
Tapi, apakah itu jadi alasan kita untuk berhenti?
Sama seperti Chell yang berusaha keluar dari Aperture Science dalam situasi hidup dan mati, kita juga berusaha untuk keluar dari duka karena pandemi. Kita yang tak terbiasa memikirkan hidup dan hanya tahu bersenang-senang, menjadi lebih mempertimbangkan untuk mengubah nasib. Kita yang tak terbiasa mencoba hal-hal baru, menjadi mencobanya walau untuk sekadar bertahan hidup. Kita yang masih ingin merasakan bebasnya hidup sendiri di perantauan, menjadi harus pulang dan memulai kembali hubungan kita dengan orang tua dan kerabat. Dan yang terpenting adalah, kita menjadi kembali merenungkan keterlibatan Tuhan di masa lalu dan masa kini dalam kehidupan kita.
“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” - Ef. 5:15-16 (LAI TB)
Ayat yang biasanya hanya masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan, kini menjadi sangat bermakna di masa seperti ini. Dalam terjemahan bahasa Batak Toba, sebenarnya ayat 16 menjadi lebih realistis:
“Parhaseang hamu ma tingki, ai ari hasusaan do nuaeng.”
Kalimat hari-hari ini adalah jahat diartikan menjadi hari-hari ini adalah susah, atau lebih tepatnya hari-hari ini adalah masa kesusahan. Kalau menurutku, kalau dikatakan hari-hari ini adalah jahat, kejahatan akan terus ada di dunia sampai akhir zaman tiba, kan? Tapi kalau dikatakan hari-hari ini adalah susah, setiap saat memang kita selalu dihadapkan dengan persoalan ekonomi, bahkan sebelum pandemi. Kita rela bangun dini hari, tinggal di hunian tak layak hanya untuk mengais rezeki. Dan di masa pandemi, pergulatan kita menjadi semakin sulit, sehingga ayat tersebut menjadi relevan. Hal ini lebih diperjelas dalam tafsiran menurut Matthew Henry (1662-1714). Orang-orang yang pantas untuk menegur orang lain adalah mereka yang benar-benar hidup dengan sikap yang saksama dan penuh perhatian dengan diri mereka sendiri. Janganlah seperti orang bebal, yang hidup sembarangan saja dan tidak memahami kewajibannya maupun berharganya jiwanya. Tetapi hiduplah seperti orang arif, sebagai orang-orang yang telah diajar oleh Allah dan dilengkapi dengan hikmat yang dari sorga. Mempergunakan waktu yang ada, itu bukan hanya tentang memanfaatkan peluang yang ada dengan sebaik-baiknya, namun juga dengan berhati-hati memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan yang terbaik, dengan mewaspadai godaan-godaan, dengan berbuat baik kalau hal itu ada dalam kekuasaannya, dan mengisinya dengan pekerjaan yang tepat. Alasan yang diberikan di sini adalah karena hari-hari ini adalah jahat, oleh karena kejahatan orang-orang yang hidup di hari-hari tersebut (pada saat ayat ini ditulis), atau tepatnya “karena waktu-waktu tersebut sangat menyusahkan dan berbahaya bagi kamu yang hidup di dalamnya.” Singkatnya, "kejahatan" yang ada (untuk 2020, pandemi COVID-19) membuat waktu yang ada menjadi sulit.
Courtesy from Pinterest, fanart of Portal 2 ending.
Pesanku, semoga tahun 2020 dapat lebih disyukuri dan lebih mempersiapkan kita di tahun 2021 mendatang. Izinkan aku untuk menutup catatan ini dengan pantun:
Tinggi melambung burung tekukur
lihat ikan hiu makan tomat
Tutuplah 2020 dengan syukur
semoga 2021 menjadi berkat
Soli deo Gloria. Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: