“Kok ibadahnya ga di gereja? Iman bisa kalah sama virus?” “Masa ibadah lewat internet, nanti ga ada Roh Kudus di dalamnya!”
Saat ini Indonesia memang sedang berada dalam fase berat kehidupan. Kita tidak bisa kemana-mana, tidak bisa pergi liburan seenaknya, dan tidak bisa menikmati hidup seperti biasanya. Mengapa demikian? Nampaknya, COVID-19 sedang mengintai kehidupan kita saat ini. Mengisolasi diri, baik sehat maupun sakit, ialah salah satu solusi terbaik agar kita tidak terkena COVID-19 ini. Pemerintah sudah mengisyaratkan seluruh elemen masyarakat untuk melakukan social distancing dengan menghindari keramaian. Meskipun kita tahu bersama, tetap ada orang-orang “bandel” yang keluar rumah dan justru pergi liburan tanpa memikirkan bahaya yang mengintai mereka.
Akibat dari social distancing ini, mulai ramai berita atau informasi yang menyebutkan bahwa institusi yang melibatkan orang banyak terpaksa diliburkan. Setahu saya, UI merupakan kampus pertama yang memberikan pernyataan untuk tidak mengadakan kuliah tatap muka di dalam kelas. Kemudian disusul oleh beberapa kampus lain (termasuk kampus saya). Beberapa perusahaan pula menerapkan kebijakan WFH (Work from Home) untuk karyawannya, mengikuti himbauan dari Presiden Jokowi pada konferensi pers beberapa waktu yang lalu. Presiden Jokowi menghimbau agar masyarakat bisa beraktivitas, khususnya bekerja, sekolah, dan beribadah dari rumah.
Ya, beribadah dari rumah.
Sejak sekitar tanggal 16 Maret 2020 sampai artikel ini terbit, saya sudah mengalami banyak undangan di grup-grup WhatsApp terkait dengan pembatalan Ibadah Minggu (khususnya untuk tanggal 22 & 29 Maret 2020). Ibadah Minggu itu memang dibatalkan, namun yang dibatalkan adalah ibadah di gedung gereja. Beberapa gereja memfasilitasi ibadah dengan mengadakan Ibadah Live Streaming melalui akun YouTube gereja masing-masing. Kebanyakan GKI, pada khususnya, memiliki akun YouTube sendiri-sendiri dan mulai mempersiapkan diri untuk mengadakan Ibadah Live Streaming mulai 22 Maret 2020.
Lalu, bagaimana dengan kita sebagai jemaat? Apakah Ibadah Live Streaming itu sah dilakukan? Ataukah hal itu bertentangan dengan ajaran Kristen yang selama ini kita terima?
Ibadah menurut James F. White merupakan suatu kata yang sangat sulit untuk dirumuskan. Sampai saat ini pun kita tidak bisa melihat mana ibadah yang benar dan mana yang tidak. Karena menurut saya, ibadah bukan masalah hitam-putih, atas-bawah, salah-benar. Ibadah adalah momen di mana umat bertemu dengan Tuhan. Ibadah adalah satu kesatuan di mana umat dapat mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Lalu, bagaimana dengan Ibadah Live Streaming? Dapatkah kita merasakan perjumpaan dengan Tuhan lewat Ibadah Live Streaming?
Pastinya, ketika Ibadah Live Streaming diumumkan, pro-kontra muncul. Kontra yang paling dominan mungkin berbunyi:
“Kok ibadahnya ga di gereja? Iman bisa kalah sama virus?”
“Masa ibadah lewat internet, nanti ga ada Roh Kudus di dalamnya!”
....serta masalah-masalah teknis lainnya.
Kembali lagi, ibadah sangat sulit dirumuskan arti sebenarnya. Ibadah pun bukan masalah salah-benar. Kita sebagai orang Kristen masa kini justru harus memandang ibadah sebagai sesuatu yang berasal dalam diri kita sendiri. Ketika kita hadir dalam ibadah di gedung gereja, kita sudah menjadi ibadah yang sejati di hadapan Tuhan. Memang rasa-rasanya sulit untuk menerima bahwa Ibadah Live Streaming juga bisa menjadi ibadah yang sejati di hadapan Tuhan. Tapi, ini adalah sebuah gebrakan inovasi yang baik (yang berani dilakukan) oleh Majelis Jemaat beberapa gereja di Indonesia. Kita pun sering kali mengalami ibadah yang bernuansa etnis, bukan? Atau ibadah yang nuansanya anak muda semua. Ya, saya bisa katakan ini mirip dengan itu. Hal ini dinamakan kontekstualisasi. Saat ini, masyarakat Indonesia diharapkan untuk melakukan social distancing. Ibadah Live Streaming menurut saya adalah solusi terbaik dalam menaati pemerintahan kita. Karena sejatinya pemerintah adalah wakil Tuhan di dunia, bukan? (Roma 13:1-7)
Beberapa kendala yang mungkin menjadi pertanyaan umat terkait Ibadah Live Streaming ini adalah,
“Nanti pas bagian jemaat berdiri, saya ikutan berdiri gak?”
“Saya hanya duduk saja nontonin atau perlu ikut nyanyi ya?”
“Nanti tetap ada persembahan, perlu tetap ngasih juga?”
Kembali lagi, ibadah merupakan perjumpaan kita dengan Tuhan. Melalui ibadah, kita dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita. Jadi, ada baiknya kita buang pertanyaan-pertanyaan teknis seperti di atas dan menggantinya dengan pertanyaan esensial, “Memangnya ketika ibadah masih di ruang gereja, kita sudah merasakan kehadiran Tuhan?”
Kalau masalah persembahan, itu adalah kerelaan hati kita semua. Saya tidak terlalu suka mempermasalahkan persembahan, karena itu adalah privasi seseorang (terlihat dari cara pemberiannya yakni dengan amplop atau dilipat dan disembunyikan). Jika memang kita terpanggil untuk memberikan persembahan, bisa menggunakan media apa pun yang disediakan gereja masing-masing. Jika memang tidak terpanggil untuk memberikan, ya tidak apa-apa juga. Tidak ada yang memaksa kalian untuk memberikan persembahan.
Kalau memang masih bermasalah dengan Ibadah Live Streaming, saya tidak akan membenci Anda. Tapi mari kita refleksikan bersama kisah Yesus yang menyembuhkan perempuan di Hari Sabat (Lukas 13:10-17). Masa itu Hari Sabat sangat disakralkan oleh orang Yahudi. Tidak ada yang boleh beraktivitas pada Hari Sabat, termasuk memasak. Namun, Yesus muncul dan seperti coba mendobrak semuanya dengan menyembuhkan orang sakit pada Hari Sabat. Memang saya tidak coba melihat kisah Yesus ini secara apple to apple dengan Ibadah Live Streaming. Tapi, bukankah semangat yang ada bisa dikatakan mirip? Yesus memiliki semangat untuk menyembuhkan orang sakit bahkan pada hari yang sangat dibatasi (Hari Sabat).
Gereja saat ini juga harus bisa untuk hidup di dalam dunia yang sangat dibatasi. Sehingga di dalam dunia yang saat ini serba dibatasi, gereja harus bisa beradaptasi secara cepat dengan dunia tersebut agar umat tidak merasa kehilangan gereja.
Saat ini juga kita harus bersyukur jika gereja kita dapat mengadakan Ibadah Live Streaming dan memfasilitasi umat yang rindu mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Di luar sana, masih banyak gereja yang stop ibadah tanpa adanya Live Streaming karena permasalahan-permasalahan lain (ekonomi, sosial, dan pengetahuan).
Ibadah memang sejatinya momen di mana umat berjumpa dengan Tuhan dan Tuhan menyapa umat lewat alunan liturgi yang dirangkai seperti sebuah orkestra megah. Kemudahan akses informasi pada masa sekarang memberikan kemudahan kepada gereja-gereja untuk tetap melaksanakan ibadah dalam kondisi social distancing. Ibadah Live Streaming menurut saya adalah solusi yang baik. Selain tetap menjaga/menyetop penyebaran COVID-19, Ibadah Live Streaming juga menjadi wadah bagi umat yang mungkin rindu akan adanya Ibadah pada hari Minggu di masa social distancing saat ini.
Kiranya kisah Yesus yang menyembuhkan orang sakit pada Hari Sabat bisa menjadi refleksi kita dalam pro-kontra Ibadah Live Streaming. Tuhan memberkati.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: