Hanya ada satu Allah. Tidak ada allah lain yang dapat mengalahkan superioritas Allah yang satu itu.
Ajaran tentang monoteisme merupakan salah tema besar dari kitab Yesaya. Monoteisme berasal dari bahasa Yunani, monos yang berarti satu dan Theos yang berarti Allah. Monoteisme kemudian diartikan sebagai sebuah kepercayaan bahwa hanya ada satu Allah yang layak untuk disembah dan tidak ada yang lain selain Allah yang layak untuk disembah itu. Kepercayaan kepada satu Allah ini juga merupakan sebuah kepercayaan yang dipegang oleh bangsa Israel. Monoteisme sendiri memiliki beberapa jenis, salah satunya monoteisme soteriologi yang dijelaskan di dalam deutero Yesaya.
Konsep monoteisme soteriologi yang dijelaskan di dalam deutero Yesaya tentu tidak bisa dipisahkan dari latar belakang atau konteks penulisan kitab ini. Umumnya, Kitab Yesaya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu proto Yesaya (pasal 1-39), deutero Yesaya (pasal 40-55), dan trito Yesaya (pasal 56-66). Pembagian ini menghantar kepada sebuah pemahaman bahwa waktu dan tujuan penulisan dari ketiga bagian kitab Yesaya ini diyakini berbeda-beda. Menurut Andrew E. Hill dan John H. Walton, tujuan penulisan dari deutero Yesaya (Pasal 40-55) adalah sebagai ucapan-ucapan ilahi yang ditujukan kepada orang-orang Israel yang berada di pembuangan.
Pada masa itu, mulai muncul sebuah konsep peperangan para ilah. Setiap bangsa yang berhasil menaklukan bangsa lainnya menjadi penanda bahwa ilah-ilah bangsa tersebut jauh lebih hebat daripada ilah-ilah bangsa yang dikalahkannya. Dengan demikian, ilah-ilah dari bangsa yang dikalahkan akan disingkirkan dari dalam kuil-kuil yang ada dan kemudian ilah-ilah dari bangsa yang menang yang akan menggantikan posisi ilah-ilah yang telah disingkirkan. Hal ini juga menjadi pertanda bahwa hanya ilah-ilah bangsa yang menang yang berkuasa di daerah tertentu. Dengan adanya konsep ini, peperangan antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain bukan hanya adu kekuatan militer, melainkan juga menjadi kontes peperangan para ilah.
Berdasarkan konsep tersebut, Kaminsky dan Stewart menyimpulkan bahwa latar belakang penulisan deutero Yesaya adalah untuk memberikan sebuah pemahaman kepada orang-orang Israel yang diduga percaya bahwa kehancuran kuil dan akhir dinasti Daud menjadi sebuah pertanda kemenangan para dewa Babel atas YHWH. Oleh karena itu, deutero Yesaya yang berisi ucapan-ucapan ilahi tersebut bertujuan menegaskan bahwa YHWH tetap berdaulat dan tidak kalah dari para dewa-dewa atau ilah-ilah Babel dan meminta para pendengarnya untuk meninggalkan penyembahan kepada para Baal dan hanya menyembah kepada YHWH.
Terkait dengan monoteisme dalam deutero Yesaya, apa yang menjadi dasar konsep monoteisme di dalam deutero Yesaya menurut Clliford adalah kedaulatan Allah atas sejarah dan bagaimana setiap kehendak Allah selalu terjadi. Senada dengan Clliford, Routledge di dalam kesimpulannya menyimpulkan bahwa ada dua faktor penting yang menjadi penekanan YHWH ketika mengklaim diri-Nya sebagai satu-satunya Allah yang benar di dalam deutero Yesaya, yaitu YHWH adalah Pencipta dari segala sesuatu dan Tuhan dari sejarah kehidupan. Dengan dua penekanan ini, sesungguhnya dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa YHWH berkuasa atas segala sesuatu karena YHWH adalah pencipta segala sesuatu dan segala sesuatu akan terjadi sesuai kehendak-Nya. Kesimpulan ini memberikan penegasan tentang konsep YHWH sebagai Allah yang monoteis di dalam deutero Yesaya.
Penjelasan tentang siapa YHWH di dalam deutero Yesaya dijelaskan di berbagai ayat yang terdapat di dalam deutero Yesaya yang memberikan penjelasan-penjelasan tentang YHWH sebagai Allah yang monoteis itu:YHWH adalah satu-satunya Allah (Yesaya 43:10, 44:6, 45:5-6, 21, 46:9), tidak ada satupun yang bisa disandingkan dengan Allah (Yesaya 40:18, 25, 46:5), dan ilah-ilah lain bukanlah Allah, mereka hanya merupakan berhala (Yesaya 40:18-20, 44:9-20, dan 46:1-2). Dengan lebih kuat, Yesaya 46:9-10 memberikan sebuah penekanan bahwa hanya ada satu Allah yaitu Allah YHWH. Penjelasan-penjelasan tentang siapa YHWH di dalam deutero Yesaya memberikan sebuah jaminan kepada bangsa Israel sekaligus memberikan keyakinan kepada mereka untuk tetap percaya hanya kepada satu Allah yaitu YHWH.
Dalam penyajian yang kontras antara Allah YHWH dan ilah-ilah lain, deutero Yesaya secara gamblang menyatakan bahwa ilah-ilah lain hanyalah gambar yang dibuat oleh manusia dan mereka hanya merupakan objek. Ilah-ilah yang dibuat oleh manusia itu seperti tidak ada (41:24), mereka hanya karya-karya kosong (41:29). Hal inilah yang membuat ilah-ilah buatan manusia itu tidak dapat dibandingkan dan bahkan tidak layak dibandingkan dengan YHWH (40: 18-19). Mereka tidak dapat melakukan apa-apa sehingga, para pembuatnya akan diejek dan dihina (41: 7; 42:17; 44: 9-20; 45:16). Pemaparan yang diberikan tentang keadaan dari ilah-ilah lain ini, bertujuan untuk memperkuat keyakinan bangsa Israel kepada YHWH sebagai satu-satunya Allah dan sekaligus menyatakan ketidakmungkinan YHWH sebagai Allah Israel akan kalah dari ilah-ilah lain, karena YHWH superior atas ilah-ilah bangsa lain.
Berdasarkan pemahaman tentang YHWH sebagai Allah Israel yang superior atas ilah-ilah lain, deutero Yesaya juga memberikan sebuah pemahaman tentang bagaimana pada akhirnya semua bangsa akan mengakui YHWH sebagai Allah yang berdaulat, yang kemudian akan berimplikasi terhadap status ilah-ilah lain. Deutero Yesaya menggambarkan superioritas YHWH yang berakhir pada pemahaman tentang ketidakberdayaan ilah-ilah yang dibuat oleh manusia. Bagaimana penggambaran tentang YHWH yang tidak bisa disandingkan dengan ilah-ilah buatan manusia, di dalam deutero Yesaya dilakukan sama seperti yang ada di dalam kitab Keluaran yaitu dengan formula kalimat “Akulah Dia” dan “Aku adalah YHWH”, formula ini sekaligus menyatakan superioritas YHWH atas ilah-ilah yang lain.
Firth dan Williamson, mengutip perkataan de Boerd menyatakan bahwa konsep monoteisme di dalam deutero Yesaya bukanlah konsep tentang adanya YHWH sebagai satu-satunya Allah, melainkan merupakan proklamasi YHWH tentang kekuatan unik yang dimiliki oleh YHWH yang tidak dimiliki oleh ilah-ilah buatan manusia. Dengan demikian, ketika YHWH berkata bahwa tidak ada seorangpun selain Aku, semestinya dipahami di dalam pemahaman bahwa tidak ada satupun yang dari ilah-ilah buatan manusia yang bisa menjadi kompetitor atau rival bagi YHWH. Apabila tidak ada yang dapat menjadi kompetitor atau rival bagi YHWH, jaminan keselamatan bangsa Israel sekalipun berada di dalam pembuangan akan tetap ada.
Dengan konsep ini maka K. Holter, yang dikutip oleh Firth dan Williamson, mengatakan bahwa deutero Yesaya sesungguhnya tidak sedang mengkontraskan antara YHWH dan ilah-ilah lain melainkan YHWH dan pembuat ilah-ilah tersebut. Hal ini kemudian dikembangkan untuk mengontraskan antara ilah-ilah bangsa Babel dan Israel. Para ilah tersebut dipilih dan dibuat oleh para pembuatnya (ilah bangsa-bangsa lain ditentukan untuk menjadi ilah), sedangkan Israel dipilih dan diciptakan oleh YHWH (YHWH yang memilih mereka). Kemudian, ketika para pembuat berhala tersebut menyebut berhala (ilah-ilah) mereka yang mati itu sebagai allah mereka (44:7), YHWH memanggil Israel sebagai hamba-Nya (44:21). Kenyataan ini semakin memperjelas konsep Allah yang monoteis di dalam deutero Yesaya yang kepada-Nya bangsa Israel menaruh pengharapan untuk keselamatan.
Dengan demikian maka YHWH sebagai satu-satunya Allah yang semestinya dipercaya oleh bangsa Israel adalah Allah yang superior atau jauh lebih unggul dibandingkan dengan ilah-ilah atau berhala-berhala buatan manusia yang dianggap sebagai “allah” oleh para pembuatnya. Superioritas YHWH inilah yang menjadi jaminan bahwa bangsa Israel pasti akan diselamatkan karena YHWH sebagai Allah mereka adalah Allah yang menciptakan segala sesuatu dan yang berkuasa atas segala sesuatu. Superioritas YHWH inilah yang kemudian menjadi sebuah alasan untuk percaya hanya kepada-Nya.
Penjelasan mengenai YHWH sebagai satu-satunya Allah yang menciptakan segala sesuatu, yang mengontrol kehidupan dan yang superior atas allah-allah bangsa lain, berdampak bagi bangsa Israel di pembuangan dalam hal jaminan untuk keselamatan mereka. Ada jaminan bagi bangsa Israel bahwa jika para pembuat berhala mengambil pohon dan membentuk berhala mati yang tidak dapat melihat atau mendengar, YHWH mengambil Israel (orang percaya) yang tidak dapat melihat atau mendengar dan membentuk kehidupan baru. Pengambilan ini merujuk kepada pembebasan bagi bangsa Israel dari pembuangan yang berarti keselamatan bagi mereka.
Berbagai ayat yang berisi kalimat-kalimat keselamatan dapat ditemukan di dalam deutero Yesaya setidaknya sebanyak sepuluh kali; Yesaya 41: 8-10, 11-20; 42: 14-17; 43: 1-7, 16-21; 44: 1-5; 48:17-19; 49: 7-12, 14-26 dan 54; 4-6. Masifnya ayat-ayat yang menunjukkan nuansa keselamatan ini mempertegas kepercayaan bangsa Israel atas jaminan keselamatan mereka. YHWH sebagai Allah mereka akan menjadi penyelamat bagi mereka.
Dengan melihat pada apa yang Allah tunjukkan dan kerjakan melalui berbagai penjelasan di dalam deutero Yesaya, semakin jelas terlihat bahwa monoteisme di dalam deutero Yesaya juga merupakan monoteisme soteriologi (keselamatan). YHWH yang berdaulat atas segala sesuatu itu terus menuntun kehidupan bangsa Israel. Superioritas-Nya atas ilah-ilah lain membuat bangsa Israel memiliki jaminan untuk tetap selamat.
Jaminan keselamatan yang dimiliki oleh bangsa Israel yang bersumber dari YHWH sebagai Allah mereka membuat bangsa Israel tidak perlu takut dan memiliki pengharapan akan keselamatan yang nantinya akan mereka terima. Adanya jaminan keselamatan ini juga akan membuat bangsa Israel beralih ke YHWH untuk menunggu keselamatan, dan di lain pihak, bangsa-bangsa juga beralih ke YHWH sebagai pengakuan atas pemerintahan-Nya. Jaminan ini dapat dipercayai bukan hanya karena apa yang telah dijelaskan di dalam deutero Yesaya melainkan karena kasih Allah.
Allah akan menebus Israel bukan hanya karena Dia adalah Allah atas semua bangsa, tetapi karena kasih Allah yang khusus kepada umat-Nya: "Karena Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus Israel, Juru Selamatmu ... Karena engkau sangat berharga dalam pandanganku, dan dihormati dan aku mencintaimu, aku memberikan imbalan kepada orang-orang, bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu "( Yesaya 43: 3-4). Kasih dari Allah yang monoteis itu menjadi alasan di balik penebusan atau keselamatan bangsa Israel. Pemahaman ini juga semakin mempertegas identitas YHWH yang superior atau tidak tertandingi sebagai Allah dan Juru Selamat yang sejati (Yes 45:21).
Dengan demikian, maka bangsa Israel di dalam pembuangan semestinya menyadari bahwa:
1) Pembuangan yang mereka alami bukan disebabkan karena kekalahan atau ketidakmampuan YHWH sebagai Allah mereka untuk melepaskan mereka atau membuat mereka memang melainkan sebagai penekanan kepada kedauatan Allah, maka bangsa Israel semestinya tetap memiliki pengharapan sebab rencana ilahi YHWH tetap dilaksanakan dan segala sesuatu berada di bawah pengawasan-Nya
2) Bangsa Israel memiliki keyakinan penuh kepada YHWH dan rencana ilahi-Nya bahwa sesudah periode pembuangan ini, Allah akan mendatangkan keselamatan bagi mereka melalui pembebasan mereka.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada tiga dampak konsep monoteisme soteriologi bagi bangsa Israel pada masa pembuangan, yaitu adanya jaminan keselamatan bagi bangsa Israel, pembuangan yang dialami oleh bangsa Israel bukan lambang kekalahan YHWH melainkan bagian dari rencana ilahi-Nya, dan yang ketiga YHWH sebagai Allah Israel akan menjadi penyelamat mereka.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: