Berhasil Mengatasi Masa Lalu?

Going Deeper, God's Words, 17 March 2020
“Kehancuran yang kita alami dapat mengungkapkan dua hal, siapa itu Allah dalam kehidupan kita dan siapa kita yang sebenarnya.”

Apakah kamu merasa akhir-akhir ini begitu banyak rencana yang telah lama kamu susun namun akhirnya gagal begitu saja?

Apakah kamu merasa akhir-akhir ini begitu banyak orang yang kamu telah percaya namun akhirnya mengecewakanmu?

Apakah kamu merasa akhir-akhir ini begitu banyak masalah yang begitu menguras pikiran dan hati yang akhirnya berdampak pada kondisi fisikmu?

Coba pikirkan sejenak pertanyaan-pertanyaan ini, lalu maju selangkah pada pertanyaan selanjutnya.

Pernahkah kamu berpikir dan merenungkan mengapa itu bisa gagal? Mengapa itu bisa mengecewakan? Atau mengapa itu jadi masalah?

Photo by Anton Darius on Unsplash

Coba pikirkan jawaban yang lebih dari sekedar di 'permukaan'. Mungkin kamu akan menemukan bahwa sesungguhnya kamu yang membuat dan mengizinkan semua masalah itu untuk menguras segala perasaan dan tenagamu. Dibaca sekilas mungkin kesannya kurang baik, tapi cobalah membacanya lebih jauh, dan saya akan coba menjelaskannya untukmu.

Setiap orang memiliki masa lalunya masing-masing. Masa lalu tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi dan bahkan membentuk seseorang menjadi dirinya di masa kini. Masa lalu dapat berupa pengalaman indah bersama seseorang atau sesuatu hal, namun masa lalu juga dapat berupa sebuah kepedihan dan kekecewaan. 

Sebenarnya, kalau mau diperhatikan lebih lanjut, masa lalu yang terkesan negatif dapat menimbulkan dua kemungkinan: Pertama, mungkin saja orang tersebut jadi sama seperti sesuatu atau seseorang yang menyakitinya dulu. Namun yang kedua, mungkin saja orang tersebut justru menjadi sosok yang bertolak belakang dengan masa lalunya yang menyakitkan, karena dia tidak ingin mengulangi atau merasakannya kembali.

Orang tipe kedua biasanya dianggap sudah 'aman' dan sudah pasti berhasil mengatasi masa lalunya yang kelam. Padahal sesungguhnya orang-orang ini memiliki dua kemungkinan dalam proses pemahamannya atas masa lalu. Pertama, mungkin orang tersebut memang telah berhasil mengatasi ketakutannya pada masa lalu dan mau menerimanya serta menjadikannya sebagai sebuah pelajaran yang berharga yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupannya. Di sisi yang lain, ada kemungkinan kalau orang ini bukan telah mengatasinya tetapi lebih tepatnya telah terbiasa dengan masa lalunya yang begitu menyedihkan.

Photo by Ben White on Unsplash

Biasanya, nampak luar, orang yang berada pada posisi ini tidaklah jauh berbeda dengan mayoritas orang yang telah mengatasi masa lalunya. Dia bisa berbicara banyak kepada orang lain untuk memotivasi mereka berdasarkan masa lalunya, dia bisa mengenali dirinya sendiri dengan cukup baik. Bahkan mungkin keduanya sama-sama merasakan Tuhan dalam kehancurannya tersebut. Namun yang berbeda ialah, sikap hati mereka dalam menghadapi masa kini setelah mengalami perjalanan masa lalu tersebut. Orang yang terbiasa dengan kepedihannya, seringkali melihat perjalanan kehidupan yang begitu mulus dengan sebuah kecurigaan. 

Hal ini dikarenakan pengalamannya akan kehidupan yang berkata sebaliknya, sehingga membuatnya seolah-olah tidak percaya pada kehidupan itu sendiri jika ia terlalu mulus. Secara sadar atau tidak sadar, orang-orang ini membuat dan menginjinkan masalah-masalah timbul dan membuat jalannya sedikit bergelombang atau bahkan berlubang. Harapannya adalah mereka dapat melihat Tuhan kembali ketika mereka berada dalam kesesakan sama seperti masa-masa yang telah lewat.

Teman-teman, Tuhan kita adalah Tuhan yang hadir dalam setiap fase kehidupan kita, setiap pengalaman, setiap waktu, setiap perasaan. Tak perlu untuk kita merasa hancur, barulah Dia datang. Saya sangat setuju pada seorang dosen di kampus saya yang pernah mengatakan, 

“Kehancuran yang kita alami dapat mengungkapkan dua hal, siapa itu Allah dalam kehidupan kita dan siapa kita yang sebenarnya.”

Photo by Henry Xu on Unsplash

Bahkan dalam Mazmur 34:19 dikatakan, 

“Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” 

Namun semua ini bukan berarti kita harus hancur atau remuk terlebih dahulu jiwanya, melainkan karena Allah begitu mengasihi kita, Dia mau kita dapat mengatasi masalah tersebut tanpa merasa sendirian dalam menjalaninya. Tentu Allah mau kita dapat menjadikannya sebuah pelajaran dan dapat memperbaharui imannya seiring pembelajaran kita mengenai Tuhan dalam kehidupan ini. Pada akhirnya, kita dapat merasakan sukacita dan damai sejahtera dalam setiap fase kehidupan kita.

Jadi, jangan terlalu curiga sama jalan yang mulus. Mari kita jalani saja semuanya dengan penuh pengharapan pada Tuhan kita Yesus Kristus dan selalu bersiap untuk memperlambat kecepatan saat ada jalan yang bergelombang atau lubang yang besar.

LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER