Disaat kita sibuk membandingkan diri sendiri dan orang lain, kapan kita berhenti dan mengamati betapa besar karya Tuhan dalam diri kita disamping melihat kelemahan kita?
Di sebuah toilet kampus terdapat dua perempuan yang sedang berdiri di depan cermin dan melihat dirinya sendiri.
Perempuan pertama, ia berperawakan sedikit tambun, berpakaian kemeja kerah dan celana jeans, penampilannya seadanya dengan rambut diikat kuda, wajahnya sedikit berjerawat karena kebanyakan begadang akibat tugas kuliah yang menumpuk.
Perempuan kedua, ia berperawakan kurus, tinggi, berhias concealer di wajahnya untuk menutupi lingkaran hitam di matanya, berpakaian rapi dengan dress selutut, dan rambutnya lurus terurai.
Perempuan pertama melihat bayangan perempuan kedua di cermin tersebut dan berkata di dalam hatinya,
“Seandainya aku bisa kurus seperti dia… Bisa pakai baju apa aja… Aku tidak akan dipandang sebelah mata karena penampilanku… Semua orang mungkin menyukaiku”
Perempuan kedua melihat bayangan perempuan pertama di cermin tersebut dan berkata pula di dalam hatinya,
“Enak yah jadi dia… Tidak dipanggil tiang listrik karena terlalu tinggi… Pakai baju kaos dan jeans aja tidak seperti baju dapat minjem… Bahkan ga punya mata panda kaya aku”
Di sudut lain di kampus itu, seorang laki-laki sedang duduk di perpustakaan sambil mengerjakan tugas kuliahnya.
Penampilannya sedikit lusuh karena ia sudah di kampus dari pagi untuk kelas dan sorenya ia harus mengajar di laboratorium kampus. Perawakannya tidak terlalu tinggi, “berisi” karena tidak sempat menjaga pola makan akibat aktivitas kampus yang begitu padat, berkacamata, rambut acak-acakan karena sudah terburu-buru untuk ke kampus.
Sesekali ia mengalihkan pandangan dari laptopnya karena kelelahan dan ia melihat dari seberang mejanya seorang laki-laki lain yang sedang bersama pacarnya duduk berdua dan membaca buku berdua di perpustakaan. Laki-laki lain itu berperawakan tinggi, badannya kekar dan ideal, berpenampilan rapi, rambutnya tersisir sempurna dengan wax.
Laki-laki berkacamata itu terdiam dan berkaca pada dirinya sendiri dari pantulan lampu di layar laptopnya,
“Enak yah.. Kalo tajir kaya dia.. Cewe aja nempel… Lah gue, lalat pun ogah nempel sama gue”
Di lain sisi, laki-laki yang bersama pacarnya melihat si laki-laki berkacamata itu. Ia terdiam di tengah diskusi tugas dengan pacarnya. Lalu, pacarnya bertanya,
“Kamu kenapa??”
Laki-laki itu menjawab,
“Coba ya kalau aku pintar seperti dia. Mungkin aku bisa melalui matkul ini tanpa memiliki kesusahan dalam memahami kata-kata dosen dan kamu gak usah cape-cape ajarin aku” sambil menunjuk laki-laki berkacamata tadi.
Dari ilustrasi diatas, insecure tidak memandang gender, fisik, dan siapa saja bisa mengalaminya. Hal ini juga dipicu oleh perkembangan sosial media dan di era digital saat ini yang cukup cepat. Dimana banyak disuguhkan hal-hal yang dipoles sehingga terlihat sempurna sehingga kita memiliki persepsi yang dimana membuat kita merasa “sempurna itu seperti satu sosok ini”.
Selain karena perkembangannya yang begitu cepat, media sosial menjadi tempat yang bebas untuk berpendapat (baca juga, Di kala Netizen Mengetik) sehingga beberapa pendapat tidak sengaja menyinggung satu sama lain sehingga menjadi insecure.
Insecure secara harafiah, terdiri dari dua kata yaitu in dan secure yang berarti rasa tidak aman, dalam Cambridge dictionary adalah sebuah adjektiva (kata sifat) yang memiliki arti Not Confident atau rasa tidak percaya akan kapasitas diri sendiri. Insecure juga dapat diartikan dengan sebuah kondisi dimana seseorang dapat merasa cemas dan takut sehingga ia mengambil tindakan untuk serba hati-hati.
Insecure ditandai dengan kita sering merasa rendah diri, takut berlebihan, enggan untuk mencoba hal baru, dan yang paling sering kita ketahui adalah membandingkan diri kita dengan orang lain. Sehingga mempengaruhi self-esteem (kepercayaan diri) kita dimana kita akan cenderung berpura-pura demi menutupi sesuatu yang dianggap adalah sebuah kekurangan atau yang-tidak-sempurna dari diri kita sendiri.
Kita semua tahu seorang nabi besar yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, selain itu ia juga menetapkan hukum-hukum taurat untuk bangsa Israel. Tidak lain dan tidak bukan ia adalah Musa.
Di balik perbuatannya Musa pernah insecure di awal Tuhan mengutusnya, ia insecure karena tidak pandai berbicara di hadapan umat Israel pada masa itu.
Lalu kata Musa kepada Tuhan: “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.”
Keluaran 4 : 10 (TB)
Namun, Tuhan tetap ingin memakainya dalam pembebasan bangsa Israel dari Mesir menuju tanah perjanjian. Dengan sabar Tuhan memberikan bukti yang diminta Musa sampai Tuhan mengirim Harun, kakaknya untuk menemaninya dalam upaya pembebasan bangsa Israel.
Akhirnya, Musa dapat mengalahkan insecure-nya dan melaksanakan apa yang Tuhan ingin dia kerjakan.
Kembali ke masa penciptaan (Kej 1 : 26-27), Tuhan menciptakan kita sesuai dengan gambar dan rupa-Nya dan Tuhan melihat apa yang diciptakan-Nya itu sungguh amat baik (Kej 1 : 31). Tuhan juga memberikan talenta masing-masing berbeda setiap orang, bahkan anak kembar pun Tuhan berikan talenta yang berbeda.
Bayangkan jika semua orang sama dengan talenta yang sama dan seragam, pasti tidak ada kehidupan bukan?
Ibarat gir pada mesin, gir memiliki ukuran roda dan jumlah gigi yang berbeda. Juga memiliki gerakan yang berbeda sehingga bisa berputar dan menggerakkan mesin. Sehingga mesin itu dapat bekerja dengan semestinya. Jika gir di dalam mesin itu seragam, bergerak sama maka yang terjadi mesin itu rusak.
Tuhan menciptakan kita beragam dengan talenta yang berbeda, fisik yang berbeda dan semuanya itu sungguh amat baik adanya. Kita adalah ciptaannya yang paling mulia dan berharga.
'For you formed my inward parts; you knitted me together in my mother’s womb. I praise you, for I am fearfully and wonderfully made. Wonderful are your works; my soul knows it very well. '
Psalm 139:13-14 (ESV)
Mari kita mensyukuri apa yang sudah Tuhan berikan dalam hidup kita. Memang kita diciptakan dengan sisi yang tidak sempurna, namun melalui ketidaksempurnaan kita itulah yang kita dapat lakukan untuk memuliakan nama-Nya.
Stop comparing yourself with the others, Let's praise His name with our weaknesses!
https://www.halodoc.com/artikel/ini-yang-akan-terjadi-ketika-merasa-insecure
Mu’awwanah, U. (2017). PERILAKU INSECURE PADA ANAK USIA DINI. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1), 47-58.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: