“Sudahkah saya taat, percaya, dan bergantung kepada Sang Pemilik Kehidupan?”
Sebuah percakapan imajiner antara seorang pemuda dengan Tuhan.
P: “Tuhan, sebenarnya Engkau sedang membawa aku ke mana? Jalanan ini gelap, aku tidak bisa melihat apapun.”
T: “Anak-Ku, Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”
P: “Tuhan, bagaimana bisa Engkau mengatakan bahwa aku tidak akan berjalan dalam kegelapan? Sungguh, aku tidak bisa melihat apapun. Aku tidak tahu apa yang ada di kanan dan kiriku. Ini sangat gelap.”
T: “Anak-Ku, Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”
P: “Tuhan, mengapa Engkau menjawabku dengan perkataan yang sama? Aku takut, Tuhan. Bahaya yang mengancam di depanku pun aku tidak tahu, sebab aku tidak bisa melihat apapun.”
T: “Anakku, janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
P: “Tuhan, bagaimana kalau dalam perjalananku ada seekor singa yang kelaparan dan siap menerkam? Bagaimana kalau ternyata yang 'ku temui adalah jurang yang sangat mengerikan? Bagaimana kalau aku tidak selamat sampai ke tempat yang Tuhan janjikan itu?”
T: “Anak-Ku, janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
P: “Tuhan, mengapa Engkau selalu menjawabku dengan perkataan yang sama? Tidakkah Engkau mendengar aku dan setiap perkataan yang aku ucapkan?”
T: “Anak-Ku, tanganKu tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Ku tidak kurang tajam untuk mendengar.”
P: “Lalu, mengapa Engkau tetap membiarkan aku berjalan di tengah kegelapan ini?”
T: “Anak-Ku, Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, sebab rancangan-Ku adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
P: “Tuhan, sungguh aku tidak mengerti. Tolong aku, Tuhan...”
T: “Anak-Ku, mengapa Engkau selalu meragukan Aku? Tidakkah Engkau percaya akan setiap perkataan yang keluar dari mulutKu? Sekecil itukah imanmu terhadap Aku yang telah menyelamatkanmu? Sebab sesungguhnya sekiranya kamu mempunya iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: 'Pindah dari tempat ini ke sana', maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. Begitu pula ketika Aku membawamu menyusuri jalan yang gelap ini, Aku hendak mengajarmu untuk taat, percaya, dan bergantung, maka ketahuilah bahwa Aku akan senantiasa menyertai kamu. Kembalilah pada-Ku, Sang Pemilik Kehidupan ”
P: “Tuhan, ampuni hamba-Mu yang lemah dan berdosa ini.”
Dalam keterbatasan kita sebagai manusia, tidak jarang kita menjadi sosok pemuda dalam ilustrasi di atas. Kita sering meragukan akan pertolongan Tuhan. Hal-hal keseharian yang kita lakukan, seringkali membuat kita lupa akan Tuhan. Di akhir tulisan ini, saya mengajak kita semua untuk kembali merefleksikan perjalanan hidup kita. Tanyakan pada diri kita masing-masing, “Sudahkah saya taat, percaya, dan bergantung kepada Sang Pemilik Kehidupan?”
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: