"It is more blessed to give than to receive - Acts 20:35 (KJV)
Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk bermurah hati. Lukas 6:36 mengatakan,
"Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati."
Bicara mengenai murah hati sebagai gaya hidup umat Kristiani, sebuah renungan 7 Days to Become a More Generous Person menguraikan setidaknya ada tiga indikator yang dapat kita jadikan pedoman untuk memahami apa artinya murah hati:
1. Murah hati bisa didefinisikan sebagai sebuah tindakan terbuka dalam memberi atau berbagi
2. Bersedia untuk memberikan bantuan atau dukungan
3. Tidak mementingkan diri sendiri
Saya bersyukur, Roh Kudus membuka hati saya untuk menjadi lebih murah hati. Dengan sejenak meluangkan waktu, saya menganalisa bagaimana hidup saya telah diberkati Tuhan dengan segala kelimpahan. Saya juga dapat melihat hal-hal itu sebagai pemberian Tuhan yang dapat saya bagikan kepada orang lain.
***
Sebelumnya, niat baik ini berawal dari keresahan soal apa yang sedang melanda dunia akhir-akhir ini. Semenjak virus COVID19 muncul di Indonesia, semua orang menjadi tidak berdaya menjalani kehidupannya. Belum lagi berita tentang update korban meninggal karena Virus Corona makin hari makin meningkat. Ini hanya menambah ketakutan dan kecemasan warga dunia.
Menanggapi situasi, saya berinisiatif untuk berbagi nasi bungkus kepada warga yang kurang mampu. Saya menyadari identitas dan panggilan saya sebagai orang Kristen adalah sebagai terang dunia (Matius 5:14). Ayat ini bahkan menegaskan kalau terang itu tidak tersembunyi. Justru sebaliknya, terang itu harus bercahaya di depan semua orang supaya Bapa dipermuliakan melalui terang itu.
Sehari sebelum hari-H pembagian nasi bungkus, saya puasa untuk menguji apa yang ada dalam hati saya. Sebab Alkitab juga berkata, ujilah segala sesuatu! Jadi, seperti Daud yang meneguhkan hati-Nya pada Tuhan saat masa-masa kesukaran, saya pun menggantungkan diri di hadapan Tuhan. Jujur, kondisi keuangan saya lagi minim. Bahkan saldo ATM saya nol. Dengan kekurangan yang saya miliki, saya memohon bimbingan Tuhan agar dipermudah dalam mempersiapkan segala sesuatunya,
Waktu saat teduh, saya membaca kisah tentang bait suci yang didirikan Salomo. Dalam bacaan 1 Tawarikh 22, Salomo terlihat sedang mempersiapkan emas, perak, tembaga dan besi untuk mendirikan rumah Allah. Saat saya terus membacanya, saya berhenti di kitab 1 Tawarikh 28:20.
Firman-Nya kepada Salomo, "Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu dan lakukanlah itu. Janganlah takut dan janganlah tawar hati, sebab Tuhan, Allahku menyertai engkau."
Saat saya merenungkan firman itu, saya merasa sangat damai. Ayat itu seolah bicara pada saya untuk segera merealisasikan apa yang ada dalam hati saya, yaitu membuat nasi goreng untuk kemudian dibagikan kepada orang-orang yang kurang mampu secara finansial.
Setelah saya dapat jawabannya dari Tuhan, saya diskusikan rencana saya bersama mamah dan papah. Puji Tuhan, setelah sempat berdebat kecil hanya masalah takut ditolak karena orang mengira makanannya dicampur sesuatu yang tidak halal, karena saya orang Kristen dan orang Batak. Akhirnya setelah saya memberi pemahaman yang baik tentang panggilan saya itu, orang tua pun setuju dengan rencana tersebut. Kabar baiknya, mamah juga support dengan menyediakan bahan-bahan untuk nasi goreng.
Berbekal alat dan bahan seadanya dengan budget minim, saya memutuskan untuk mengolah nasi goreng dengan sepenuh hati. Tetapi kali ini, saya tidak sendirian. Saya mengajak satu sahabat saya dan sepupu saya untuk mempersiapkan nasi bungkus ini. Kami mendistribusikan nasi goreng itu bertepatan dengan peringatan hari Kebangkitan Yesus Kristus beberapa waktu lalu.
Saya sangat excited melakukan semua ini. Mulai dari kegiatan memasak, membungkus nasi goreng hingga mendistribusikannya, kami lakukan dengan sukacita. Walau kami hanya bertiga, tetapi kami bersyukur langkah kecil ini bisa membawa berkat bagi orang-orang di sekitar.
Berbagi memberi arti
Dari apa yang sudah saya lakukan, saya semakin menyadari arti berbagi dan memberi. Mengutip pernyataan Dave Briggs dalam renungan 7 Days to Become a More Generous Person, dikatakan bahwa kita adalah para penatayalan yang memberi dengan jiwa murah hati. Penatalayanan yang dimaksud di sini adalah kita sebagai gereja mempunyai peranan penting dalam hal memberi sebagai sebuah sikap murah hati
Sama halnya dengan apa yang sudah saya lakukan pada saat berbagi nasi bungkus kepada orang-orang yang kurang mampu. Saya tidak lagi terpaku pada kekurangan finansial, tetapi saya belajar bertumbuh dalam kemurahan hati dengan memutuskan untuk memberi. Dari sini, saya bisa merasakan perubahan sikap hati, dari mental kekurangan menjadi berpengharapan untuk hidup berkelimpahan.
Sesungguhnya inti dari bermurah hati bukanlah agar kita mendapat sesuatu. Ketika kita memberi, kita tidak mendasarinya pada motivasi ingin mendapat imbalan, tetapi karena kita rela berkorban bagi sesama.
Sebab ketika kita dimampukan Tuhan untuk berbagi dengan orang lain, Tuhan sesungguhnya sudah mencukupi yang kita butuhkan. Bila kita adalah orang yang suka memberi dan suka menolong orang lain, percayalah kita adalah orang-orang yang paling berbahagia daripada orang-orang yang menerima.
Dalam Kisah Para Rasul 20:35 versi King James Version (KJV) dikatakan, "It is more blessed to give than to receive."
Jadi, mari putuskan untuk memiliki sikap bermurah hati. Di keadaan sedang sulit sekalipun, jadilah ahli dalam memberi.
Jika Anda sedang menyimak renungan ini sampai akhir, Anda tidak sedang kebetulan membaca renungan ini. Tuhan mengundang Anda untuk mengolah hati yang murah hati dalam diri kita. Sikap murah hati dapat dimulai dengan merefleksikan sebuah pertanyaan, "Apa yang bisa saya berikan?" ketimbang "Apa yang akan saya dapatkan?"
Semoga kita dimampukan Tuhan untuk bangun setiap pagi dengan rasa syukur atas apa yang sudah Tuhan berikan pada hidup kita. Mari kita mencari kesempatan untuk berkorban demi kepentingan orang lain. God bless you, Ignite People!
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: