kata siapa merawat orang itu menyenangkan?
Dunia dikejutkan pada sekitar akhir Desember 2019 dengan penemuan sebuah virus, yakni Novel Coronavirus atau COVID-19 atau bahasa Indonesia-nya adalah Virus Korona. Ini merupakan sebuah penyakit yang mirip dengan SARS dan MERS karena masih dalam satu keluarga virus yang sama. Bedanya adalah kecepatan dan cara penularannya. Virus Korona menyebar melalui droplet ketika orang satu dan lainnya berbicara tanpa menggunakan pelindung mulut atau masker. Virus ini sangat kecil, tetapi mampu menyerang sistem pernafasan seseorang hingga menimbulkan bercak berwarna putih pada paru-paru dan sesak nafas.
World Health Organization (WHO) menetapkan per 11 Maret 2020, bahwa COVID-19 menjadi pandemik dan seluruh dunia wajib bersiaga dengan menempatkan berbagai alat kesehatan pada beberapa titik rawan penularan, seperti bandara, transportasi umum, dan lain-lain. Berbagai arahan dari para pemimpin negara mulai terdengar, tak terkecuali Indonesia. Pemerintah pusat menyiagakan alat perekaman medis seperti thermal camera di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta dan menghimbau masyarakat perkotaan untuk mulai menerapkan Work from Home (WFH) atau kerja dari rumah. Apa daya, himbauan tersebut bagaikan angin lalu pada awal-awal tersiar. Transportasi umum tetap dipenuhi para pejuang metropolitan yang terpaksa menghiraukan himbauan tersebut karena kebijakan kantor yang belum keluar mengenai wabah ini. Beberapa rumah sakit sudah mulai menerima pasien yang berstatus PDP (Pasien dalam Pengawasan), bahkan tak sedikit sudah positif terjangkit COVID-19, dan menurut CNN Indonesia, per 25 Maret 2020, jam 16.00 WIB, angka pasien positif mencapai 790 kasus dengan 58 kasus dinyatakan meninggal.
Ada sebuah gerakan yang digencarkan oleh para instansi pemerintah di Indonesia adalah dengan menjaga jarak sosial, sekitar 1-2 meter antar manusia. Udah pada tahu dong istilah kerennya apa? Yes, betul social distancing. Buat para pejuang LDR, kayaknya udah kebal sama yang namanya jarak ya hehehe. Gerakan ini dilakukan untuk mencegah penularan COVID-19 kepada masyarakat luas. Ini sebenarnya sebuah gerakan yang “galak” karena melarang setiap orang untuk berinteraksi dalam jarak yang dekat, tetapi yang jadi problematika adalah kesadaran masyarakat kita yang masih tergolong rendah mengenai setiap himbauan yang dicanangkan pemerintah. Padahal gerakan ini untuk kebaikan bersama dan untuk memotong mata rantai penyebaran dari si kecil Covid -19 ini.
IGNITE PEOPLE! Himbauan terhadap gerakan ini sudah dikoar-koarkan secara luas. Selain dua fungsi yang sudah disebutkan tadi, ini bertujuan untuk mendukung para petugas medis yang sedang berjuang di garda depan; karena dengan melakukan pembatasan ruang gerak dengan berdiam #dirumahaja secara taat, itu dapat membantu menekan angka pasien positif sehingga secara tidak langsung membantu kinerja petugas medis yang ada. Walau begitu, masih banyak mereka yang seakan tidak peduli tentang himbauan ini dan tetap merasa santai terhadap wabah yang sedang merebak. Bagiku ini adalah cara yang bodoh karena dapat meningkatkan mortality rate akibat COVID-19 dan membebani tugas, serta kewajiban para tim medis dalam menangani kasus ini. Mereka pikir, tugas tim medis itu mudah karena sudah sesuai dengan apa yang ia tekuni dan dalami semasa kerja mereka di bidang ini. Nyatanya, beberapa dokter sudah mulai gugur dalam menjalani tugasnya sebagai seorang perawat orang sakit. Guys, remember, this isn’t joke anymore!
Aku sempat sedih karena masih melihat berbagai kerumuman orang dengan berbagai macam tujuan dan alasan, tetapi hatiku terobati dengan adanya ucapan dan tindakan orang yang mulai menerapkan kerja dari rumah dan menghindari tempat-tempat publik. Masyarakat yang menurutku sudah mendapatkan “panggilannya” untuk setidaknya, memutus rantai penyebaran virus tersebut. Firman Tuhan berkata…
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
-Roma 12:2
Bagian ini mengingatkan kita untuk menjalankan apa yang seharusnya kita jalankan. Selain itu, berbagai media menjelaskan bahwa virus ini dapat menyebarkan secara cepat, menimbulkan kepanikan besar-besaran bagi publik. Ini berdampak pada masyarakat yang sedang menerapkan social distancing, meringsek masuk kedalam supermarket sehingga diserbu para pemborong untuk membeli sembako dalam jumlah yang tidak sedikit. Perbuatan ini dirasa menggagalkan niatan untuk melakukan social distancing karena pada akhirnya, masyarakat bertemu dalam sebuah tempat yang memberikan peluang virus tersebut untuk menyebar secara luas. Guys, ingat bahwa Firman Tuhan berbicara mengenai hal ini, yakni melalui pemazmur yang berbunyi:
Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.
-Mazmur 55:23
Tuhan telah memperlengkapi para pemimpin negara dengan hikmat dan kebijaksanaan. Hal ini terbukti ketika presiden mengumumkan bahwa stock sembako masih cukup memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Social distancing adalah salah satu cara kita untuk meredakan wabah dan pandemik ini secara bertahap dan pasti. Melalui gerakan yang dapat kita lakukan secara masif ini, kita mampu membantu para pekerja medis untuk menekan angka pasien positif sehingga pekerjaan mereka terasa lebih ringan dan badai yang berkecamuk ini dapat reda, serta menghadirkan pelangi bagi masyarakat dunia. Tetap lakukan social distancing dan percayalah terhadap kuasa Tuhan atas Indonesia dan atas Bumi kita ini.
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
-Filipi 4:6
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: