Sayang, menangislah. Menangislah sejenak.
Aku tahu itu tidak mudah. Kamu mungkin sedang berada di masa-masa yang sulit atau saat-saat yang begitu menyakitkan. Kamu mungkin merasa begitu sendiri, tidak ada yang peduli, atau tidak satu orang pun yang mengerti masalahmu. Mungkin kamu sudah melakukan kesalahan yang besar, yang membuatmu begitu tersiksa karenanya. Semua terasa begitu sukar, bahkan Tuhan pun seolah-olah tidak peduli dan tidak ada. Lalu kamu mulai bertanya, "Di mana Engkau Tuhan, saat aku menghadapi masalah ini?; Mengapa aku memikul beban seberat ini, Tuhan?; Apakah Engkau benar-benar peduli, Tuhan?" Atau, kamu sudah ingin berkata, "Tuhan, aku sudah lelah; Tuhan, aku capek; Tuhan, aku tidak sanggup lagi." Kamu tidak lagi ingin percaya pada siapapun, termasuk kepada Dia.
Sebelum jauh kamu membaca, meski kita mungkin tidak kenal satu sama lain, izinkan saya, seorang yang banyak sekali merasakan kasih Tuhan, memanggilmu dengan panggilan 'sayang'. Bukan untuk apa-apa, hanya saja, siapapun kamu, kamu harus tahu bahwa kamu masih layak untuk dikasihi, dicintai, dan disayangi.
Sayang, menangislah. Menangislah sejenak. Tidak apa-apa, itu sesuatu yang wajar dan alamiah sebagai respon terhadap kesakitan yang kamu rasakan. Kamu mungkin sedang merasa begitu tertekan, tersudutkan, dan, lagi-lagi sendiri. Memiliki banyak teman dan orang-orang di sekitar, atau justru tidak sama sekali, semua sama saja sebab kamu masih merasa begitu sendiri. Orang-orang seakan tidak ada yang ingin tahu rasa sakitmu, tidak ada yang ingin mengerti bebanmu. Semua manusia seperti sampah, begitu egois dan tidak peduli. Menangislah sejenak, sayang. Lepaskanlah.
Sayang, atau mungkin kamu sudah lelah menangis. Kamu sudah lelah dan ingin berhenti. Sudah terlalu berat. Beban yang kamu rasakan begitu menekan. Kamu mungkin terlalu sering menangis, sampai-sampai tidak lagi mengerti apa yang kamu tangisi. Seluruh tubuhmu seperti penuh dengan luka. Luka di luar, dan luka di dalam, begitu menyakitkan. Kalau begitu, tarik napasmu panjang-panjang, lepaskanlah. Lakukan lagi sampai kamu merasakan sedikit ketenangan. Ambilah air dan minumlah dulu beberapa teguk. Tenanglah, sayang.
Sayang, kamu mungkin merasa sudah begitu lelah, sudah tidak sanggup. Hidup ini terlalu berat, masalahmu terlalu sukar, kesalahanmu terlalu besar. Jalan keluar seperti sudah tertutup, tidak ada lagi pintu untuk menyelamatkan keadaanmu. Kamu pun mungkin sudah berpikir untuk menyudahi hidup ini. "Toh, tidak ada lagi yang mengerti dan peduli," begitu katamu. Jangan dulu berhenti membaca, sayang.
Betul, aku mungkin tidak mengerti apa yang kamu rasakan. Aku mungkin tidak tahu masalahmu. Begitu juga orang-orang lain di sekitarmu. Yang bisa ku tahu adalah masalahmu begitu sukar, bukan? Ya, aku pahami itu. Aku di sini tidak ingin mempersalahkanmu ataupun menghakimimu. Aku tidak ingin menambah beban yang kamu miliki, sayang. Bila kamu mau dan bisa, pergilah, carilah pertolongan dari profesional, entah itu ke psikolog atau psikiater. Jangan takut, tidak apa-apa. Mereka mungkin bisa membantumu untuk keluar dari masalah. Kamu mungkin memiliki masalah emosi dan beban yang perlu bantuan profesional. Jangan, jangan takut dibilang sakit jiwa, atau apapun itu. Pedulikanlah dirimu, sayang.
Sayang, kalau kamu berkenan, tolong lanjutkanlah membacanya, ya.
Kamu mungkin masih belum berhenti memikirkan cara-cara untuk menyakiti dirimu atau bahkan ingin mengakhiri jalan hidupmu. Ya, aku tahu kamu lelah. Itu berat. Tapi, bolehkah kamu ingat atau ketahui bahwa banyak orang mengasihimu dan kamu masih memiliki banyak alasan untuk hidup? Atau, sekalipun mungkin kamu tidak bisa percaya pada perkataanku, setidaknya, ingatlah bahwa Dia mengasihimu. Kamu mungkin bertanya, "Tuhan, apakah Engkau benar-benar peduli? Apa perasaan-Mu melihat keadaanku?" Sayang, bisakah kamu mengingat saat-saat ketika Tuhan Yesus tergantung telanjang di atas kayu salib? Bisakah kamu merasakan apa perasaan Allah Bapa ketika melihat Anak yang dicintai-Nya harus mati dengan hina dan tersiksa di Golgota? Aku yakin, begitu pula Bapa mengasihimu, begitu juga perasaan-Nya melihat keadaanmu saat ini, Dia merasakan sakitmu. Atau, maukah kamu merenungkan cinta-Nya sehingga Ia rela mati bagi-Mu?
Sayang, pengorbanan-Nya di atas kayu salib, membuat diri kita sudah tidak lagi milik kita. Kita adalah milik-Nya. Maka dari itu, sakitmu juga adalah sakit-Nya. Bila engkau tidak lagi sanggup menjalani hidup ini, tidak apa-apa. Kembalikanlah kepada Dia. Bukan dengan cara mengakhiri hidupmu, sayang. Tetapi, berserahlah kepada kehendak-Nya. Bertanyalah kepada Dia, apa yang harus kamu lakukan.
Jangan takut, sayang. Allah tidak menggigit. Dia tidak akan menerkammu. Kalau boleh, tolonglah dirimu dengan memaafkan dirimu, semua kesalahan yang mungkin sudah kamu lakukan. Kalau boleh, maafkanlah keadaan sekitarmu yang mungkin membuat kamu merasakan beratnya masalah ini. Mungkin sukar, aku paham. Apa kamu bisa mulai dengan mengatakan bahwa kamu memaafkan dirimu, memaafkan keadaanmu dan mencintai dirimu?
Sayang, setelah itu, datanglah pada-Nya, berdamailah dengan Dia, pemilik-Mu. Dia mau mengampuni kesalahanmu, dosamu. Lepaskanlah segala perasaan bersalahmu di takhta-Nya yang penuh kasih itu. Tuhan mengampuni dosamu, Dia tidak lagi berurusan dengan masa lalumu. Kini, Dia mau berurusan dengan kamu saat ini dan masa depanmu, tak peduli seberapa rusaknya keadaan dan kondisimu hari ini, ataupun sekabur apapun masa depanmu bila dilihat sekarang.
Pulanglah, sayang. Mendekatlah kepada-Nya. Kamu milik-Nya, bukan lagi milik dunia ini atau milikmu sendiri. Allah baik, sungguh baik. Sayang, izinkan Dia memelukmu, izinkan Dia memilikimu. Ingatlah, Allah sanggup mengerjakan hal yang mustahil. Oleh karena itu, percayalah Dia sanggup memperbaiki semua yang telah rusak untuk menjadi indah di mata-Nya, seturut kehendak hati-Nya. Percayalah, kalaupun masalahmu seperti tak kunjung usai, Tuhan menyediakan perhentian yang meneduhkan. Di bumi ini mungkin kamu dan aku masih akan banyak masalah, tidak apa-apa. Kita belajar ya, di dalam-Nya kita akan diberikan sukacita, walau di tengah badai. Sekalipun mungkin masih sukar untuk dipercayai, bila kita setia, kita akan bahagia dengan-Nya di rumah abadi nanti, meski ketika di bumi kita harus menjalani hidup dengan kesukaran.
Pada akhirnya, aku, mewakili semua orang-orang di sekitarmu yang kamu harapkan memedulikan keadaanmu, aku meminta maaf untuk semuanya. Maaf untuk kekecewaan yang sudah kami buat, semua sakit hati yang kami akibatkan. Maaf, dengan tulus, maafkanlah kami. Aku berdoa, semoga kamu segera pulih. Semoga Tuhan membukakan jalan keluar bagimu. Aku mengasihimu, sayang. Terlebih lagi Dia, Tuhan, sangatlah mengasihimu. Pulanglah, sayang.
Di Tengah Ombak dan Arus Pencobaan
Di tengah ombak dan arus pencobaan
Hampir terhilang tujuan arah hidupku
Bagaikan kapal yang s'lalu di ombang-ambingkan
Mengharap kasihNya, seolah-olah tiada mampu
Yesus perhatikan kehidupan s'tiap orang
Yang sudah rusak dibetulkan dengan penuh kasih sayang
Yesus perhatikan s'tiap tetesan airmata
Dia mengenal hatiku yang penuh penyesalan dosa
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: