Cerita ini merupakan hasil interpretasi dan adaptasi dari kisah dalam Matius 15: 21-28 dan Markus 7: 24-30 dengan sudut pandang dari perempuan Kanaan (Siro-Fenisia). Cerita ini bertujuan untuk mendengarkan suara dan perjuangan perempuan Kanaan (Siro-Fenisia) untuk berjumpa dengan Yesus demi kesembuhan anaknya.
Sudah bertahun-tahun aku melihat anakku terkulai lemah di atas ranjangnya. Tubuhnya panas, sewaktu-waktu ia dapat mengerang kesakitan dan menjadi tak terkendali. Aku tidak tahu apa yang terjadi kepada anakku. Namun, orang-orang di sekitarku mengatakan (seakan mereka tahu) bahwa ia mengalami sakit akibat kerasukan roh jahat, tak sedikit pula yang mencibir bahwa roh jahat yang merasuki tubuh anakku adalah akibat dari ulahku di masa lalu. Betapa tidak, sekarang aku adalah seorang perempuan yang tidak bersuami. Sehingga jangankan belas kasihan yang aku dapatkan dari tetangga-tetanggaku, yang ada malah tatapan yang mengerikan, dan seakan menganggap aku yang tak bersuami, dan ibu dari seorang anak yang kerasukan roh jahat ini adalah perempuan berdosa, perempuan terkutuk, penyakit masyarakat. Aku menggambarkan diriku kurang lebih seperti barang rusak yang tidak diperlukan lagi dan harus dicampakkan. Namun, aku harus tetap berjuang melanjutkan hidup, walaupun tatapan buruk masyarakat terhadapku terus kuterima dan lagi demi hidup anakku yang kukasihi. Aku juga akan berjuang mencari cara apapun untuk memutus belenggu yang membuat anakku ini menderita.
Suatu hari ketika aku sedang di pusat Kota Tirus untuk mencari sekantung tepung dan minyak untuk membuat roti yang menjadi sumber kehidupan bagiku dan anakku, aku tidak sengaja mencuri dengar percakapan dari kumpulan orang Yahudi yang tinggal di kota ini. Mereka membicarakan tentang seseorang, Kata mereka, Ia adalah nabi yang penuh kuasa dan mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Kata mereka pula, orang tersebut sedang berada di kota ini.
“Apakah kau sudah mendengar kabar bahwa, Nabi yang bernama Yesus dari Nazaret itu sedang berada di kota ini?” kata seorang lelaki Yahudi kepada temannya.
“Ya! aku dengar, Ia dapat menyembuhkan berbagai penyakit, mengajar dan memberi makan orang banyak, dan mengusir roh jahat,” sahut dari temannya itu.
“Konon ia mengajar dengan penuh kuasa berbeda dengan ahli-ahli taurat, sehingga banyak orang mengikutinya lalu aku juga mendengar Ia berseteru dengan para Ahli Taurat sehingga ia menyingkir ke kota ini," jawab dari teman orang Yahudi itu melanjutkan.
Seorang yang mampu menyembuhkan penyakit dan mengusir roh jahat. Ya! aku yakin orang ini adalah seorang yang mampu memutus rantai penderitaan anakku. Aku harus menemuinya! Tapi, apakah Ia yang seorang nabi dari kaum Yahudi akan sudi mendengar seruan seorang perempuan Kanaan sepertiku yang berteriak meminta tolong? Dalam pandangan orang Yahudi, bangsa kami adalah musuh bebuyutan mereka sejak zaman dahulu kala, bagi mereka, kaumnya adalah bangsa pilihan Allah dan kami adalah kaum terkutuk dan berdosa.
Kaum sebangsaku saja memperlakukan aku dan anakku seakan sebuah penyakit masyarakat. Bagaimana nanti, jika Ia yang adalah seorang Yahudi melihatku seorang perempuan Kanaan yang tak bersuami ini. Akankah Ia mengindahkan seruanku? Aku khawatir, mungkin menoleh kepadaku saja ia tidak akan sudi. Namun, demi hidup anakku, akan kutemui Dia, aku akan mengikuti-Nya dan terus berteriak meminta tolong sampai ia menghiraukan aku meskipun aku akan dihina dan diusir. Sekarang aku akan bergegas mencari-Nya.
Akhirnya, aku pun menemukan Dia yang bersama dengan rombongan pengikut-Nya di dalam perjalanan. Dengan kekuatan cintaku kepada anakku yang menderita, aku pun berseru dengan keras “ Tuhan, kasihanilah aku, Anakku sangat menderita karena dilingkari kuasa jahat”. Ia tak menjawabku dan bahkan tidak menoleh kepadaku dan terus melanjutkan perjalanan-Nya, aku yakin Ia mendengarku namun, Ia sepertinya mengabaikanku. Mungkin, karena Ia tahu bahwa aku adalah seorang perempuan Kanaan dan aku datang tidak didampingi oleh suamiku. Aku tidak akan menyerah! Aku akan terus mengikutinya dan berteriak sampai ia sudi melihatku. Sambil berseru aku melihat rombongan pengikut-Nya datang mendekati-Nya dan berbicara kepada-Nya, sepertinya para pengikut orang itu ingin Ia segera megusir aku karena terganggu oleh teriakanku.
Setelah itu ia pun menghentikan langkah-Nya. Aku pun mendekati-Nya sujud di depan kaki-Nya dan sekali lagi memohon
“Kasihanilah aku dan anakku ya Tuhan, sudikah engkau menolong mengusir roh jahat dalam tubuh anakku karena ia sangat menderita”
Lalu Ia pun menjawab “Aku hanya diutus kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”
Bahkan Tuhan sendiri pun memandang aku "liyan", apakah lingkaran diskriminasi itu begitu kuat dilekatkan padaku? Apakah dengan perlakuannya ini aku harus menyerah? Sekali lagi demi hidup anakku yang sangat aku kasihi, aku tidak akan menyerah, aku pun berseru kembali pada-Nya “Tuhan sudilah kiranya engkau menolong aku.”
Ia pun merespons “Tidaklah pantas mengambil roti untuk anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”
Aku pun menjawab pandangan-Nya terhadapku dengan “Benar Tuhan, tidak pantas roti yang merupakan sumber kehidupan diberikan kepada anjing, akan tetapi tetapi anjing-anjing itu masih tetap ingin hidup dengan memakan remah-remah roti yang jatuh dari meja tuannya.”
Setelah mendengar perkataanku barusan, aku melihat mata-Nya terbelalak dan Ia berkata kepadaku “Karena kata-katamu itu, sekarang pergilah pulang dan jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki.”
Aku pun bangkit dan menaati perkataan-Nya untuk pulang. Setibaku di rumah kudapati anakku masih terbaring di tempat tidur. Apakah ia sudah sembuh seperti perkataan Tuhan? Kudekati anakku lalu memeluknya tapi kurasakan tubuhnya tidak lagi panas. Penyakit anakku hilang! Aku membaringkannya kembali ke tempat tidurnya lalu aku melonjak kegirangan dan bersukacita. Kegigihanku berteriak dan memperjuangkan hidup anakku membuat langit terdiam. Aku dan anakku yang adalah dicap sebagai penyakit masyarakat karena dibelenggu oleh roh jahat. Kini semua orang yang menindas aku dengan stigma yang buruk terdiam mendengar keputusan ilahi dari Tuhan atas kesembuhan anakku. Sungguh terbebaskan, ini adalah keadilan Tuhan yang patut aku rayakan.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: