Ya, memang dunia tidak berputar hanya untukku, tetapi aku tahu bahwa Aku telah ditebus oleh Kristus yang telah menaklukkan dunia.
Aku adalah orang yang memiliki bahasa kasih berupa kalimat peneguhan. Betapa kata-kata begitu berarti bagiku sehingga ketika melakukan sebuah tugas atau hal lain, sebenarnya aku mengharapkan kata-kata sebagai apresiasi, kritik bahkan saran. Saat itulah aku merasa dianggap ada. Sebuah kata atau kalimat, selama disampaikan dengan sopan, aku senang menerimanya. Itu membuatku bersemangat kembali.
Ada saat dimana aku merasa apa yang aku lakukan tidak diberi apresiasi yang layak. Kemudian aku berpikir dan merenung, mengapa orang-orang terdekatku ini tidak melakukannya? Baru-baru ini aku sadar, betapa egoisnya diriku ketika menuntut orang lain memperlakukan diriku sama seperti apa yang aku inginkan tanpa mengkomunikasikannya kepada mereka. Bagaimana mereka bisa tahu jika aku ingin mendapat apresiasi dalam bentuk kata-kata peneguhan? Manusia bukan cenayang yang bisa menebak isi pikiran kita. Dalam berelasi komunikasi itu sangat penting untuk bisa saling memahami, terlepas dari jenis relasinya.
Ketika aku mau menyelami lebih dalam lagi, orang-orang terdekatku ternyata memiliki cara yang berbeda untuk menunjukkan kasih. Alih-alih memberi kalimat peneguhan, mereka memberikanku hadiah dan mau melayani kebutuhanku. Ternyata mereka juga tengah memiliki pergumulan yang aku tidak ketahui. Betapa egoisnya diriku yang meminta untuk dipahami dan memperoleh kalimat peneguhan dari mereka, tanpa mau mengerti apa yang sedang mereka lalui, dan mencoba mengerti bahwa setiap orang memiliki bahasa kasih yang berbeda. Ternyata perasaan tidak dipedulikan itu berasal dari sikapku yang terlalu memikirkan diri sendiri.
Apakah kamu pernah merasa diperlakukan tidak adil? Merasa bahwa diri ini paling menderita daripada yang lain. Merasa iri dengan keberhasilan dan hal-hal yang dimiliki orang lain, iri dengan ‘panggung’ yang dimiliki orang lain, followers orang lain, pacar orang lain, keluarga orang lain, sederhananya kita iri dengan kehidupan orang lain. Agaknya setiap orang pernah merasakan itu dalam hidupnya, merasa sulit sekali untuk mengucap syukur. Aku pernah mengalaminya. Kisah di atas hanya salah satu contoh. Ada saat di mana aku merasa sulit sekali bersyukur.
Photo by Greg Rakozy on Unsplash
“Dunia ini tidak berputar hanya untukmu.” Demikian kataku pada diri sendiri setelah berdiam dan merenung. Aku bukan matahari yang menjadi pusat tata surya, yang menarik planet-planet dengan gaya gravitasinya yang besar sehingga mereka mengitari matahari sesuai dengan orbitnya. Maksud dari kalimat "dunia tidak berputar hanya untukmu" adalah tidak segala sesuatu harus selalu terjadi seperti apa mauku, aku bukanlah pusat dunia. Ini yang ada dalam benakku ketika sesuatu tidak berjalan seperti apa yang aku inginkan. Ketika aku mulai tidak senang dengan apa yang kualami, Tuhan mengajakku untuk memedulikan orang lain dan melihat dari sudut pandang orang lain.
Tampaknya aku sempat lupa kepada siapa seharusnya segala sesuatu berpusat. Bukan kepada apa yang ada di dunia ini, bukan pada diri, tetapi kepada Allah yang bertakhta dalam kekekalan. Ya, memang dunia tidak berputar hanya untukku, tetapi aku tahu bahwa aku telah ditebus oleh Kristus yang telah menaklukkan dunia. Bukan berarti aku dapat memperoleh semua yang aku inginkan di dunia ini, tetapi itu berarti aku menundukkan diri kepada Tuhan dan menjalani hidup seperti apa yang Dia inginkan, dengan tidak melupakan bahwa Dia selalu beserta. Apapun yang terjadi, asal kehadiran-Nya dapat selalu kunikmati, maka apa yang tidak dapat kusyukuri?
Mengikuti Yesus itu memang sulit. Bahkan firman Tuhan juga tidak mengatakan bahwa itu akan mudah. Seperti yang dikatakan Yesus pada Matius 16:24, “
Orang yang mau mengikuti Aku, harus melupakan kepentingannya sendiri, memikul salibnya, dan terus mengikuti Aku.” (BIMK).
Memikul salib berarti ‘mati’ dari diri sendiri dan mengikuti Dia.
Ketika kita mulai merasa diperlakukan tidak adil, menderita, atau bahkan iri… Mungkin kita perlu memandang kembali pada salib Yesus. Adakah hal yang tidak kita miliki, yang kita anggap jauh lebih berharga dari itu? Adakah penderitaan yang kita alami, yang jauh melebihi apa yang sudah ditanggung oleh Pribadi di atas salib itu? Mengapa terkadang, begitu sulit untuk merasa cukup akan anugerah keselamatan yang besar ini? Kita tidak pernah menderita sendirian, Yesus selalu bersama dengan kita dan mengerti apa yang kita rasakan.
Lalu ketika kita memandang kepada hidup orang lain, dapatkah kita memandang dari sudut pandang salib? Bahwa mereka juga adalah orang-orang yang Allah tebus dari maut. Mereka juga adalah orang-orang yang dikasihi Yesus. Kita tidak tahu apa yang telah mereka lalui, pergumulan mereka, bagaimana mereka dapat mencapai itu semua. Toh berkat yang dimiliki orang lain itu juga semata-mata merupakan anugerah dari Allah. Kita perlu belajar untuk mengucap syukur dan berbahagia atas berkat yang dimiliki orang lain. Karena dunia bukan selalu tentang ‘aku’. Dunia adalah tentang kasih Allah yang begitu besar atas umat manusia, meski kita tidak perlu menjadi sama seperti dunia.
Kalimat Rasul Paulus untuk jemaat di Filipi nampaknya pas untuk menutup tulisan ini:
Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Filipi 2:2-7 (TB).
Jika dunia ini tidak sesuai ekspektasi dan tidak dapat memuaskan kita, mungkin alasannya sederhana, karena kita memang tidak diciptakan untuk dunia ini. Kita diciptakan untuk sesuatu yang lebih dari itu, yaitu hidup kekal bersama Bapa di Surga. Sembari terus menantikan kedatangan-Nya, mari kita tetap semangat memberitakan kabar baik ini kepada dunia, mengasihi sesama dan merawat ciptaan-Nya. Maranatha!
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: