I can do anything through Christ who gives me strength. - Apostle Paul, in Ephessians 4:13
“Aduh, keknya gue gendutan ya!?”
“Mukaku kok, jerawatan terus, sih!?”
“Ahhh gue nggak bisa ngerjain soal ini... Gue mah kagak sepinter si itu.”
“Penampilanku gini amat, deh. Biasa banget. Jadi minder.”
“Yahhhh gue mah nggak bakal bisa jadi pacarnya dia. Liat aja, pulang pergi sekolah dia dianter pake mobil mewah...”
Dari kalimat-kalimat di atas, paling tidak ada salah satu yang pernah kita ucapkan, kan? Sans, I do it too. Kadang-kadang saya juga merasa tidak PD (tidak percaya diri alias minder) *apalagi masalah percintaan *. Well, pada umumnya, setiap orang pasti pernah merasa tidak percaya pada dirinya sendiri, mulai dari masalah fisik, style & fashion, kepunyaan, dan lain sebagainya. Tapi pertanyaannya: bagaimana kita bisa menghadapi perasaan negatif ini?
Pertama, kita perlu mencari tahu penyebab keminderan kita ini. Sebagai contoh, saat kita melihat orang lain yang mempunyai kelebihan dari diri kita, (tanpa disadari) kita sering mengultimatum diri sendiri dengan kalimat-kalimat negatif--dan diulang terus-menerus (misalnya "Tuh, si A udah selesai bikin paper-nya. Bagus pula. Kamu mah latar belakang aja belum bikin. Payahh!" Believe it or not, alam bawah sadar kita merekam kalimat-kalimat negatif tersebut, sehingga menimbulkan efek "gak pede" tersebut.
Biasanya saat berada di masa remaja, kita sering mengalami efek tersebut. Hal ini dikarenakan pada masa remaja, kita "dituntut" untuk menemukan identitas diri kita; jika gagal, kita akan mengalami identity confusion (demikian kata Mbah Erik Erikson, pencetus teori psikososial). Dampaknya, kita jadi mudah minder saat melihat ada orang yang lebih baik dan lebih unggul daripada kita. Salah satu contohnya adalah (seperti yang saya tuliskan di atas) ketidak-PD-an saya pada masalah percintaan—apalagi saat saya mengetahui gebetan tersebut sangat fashionable... Beuhhh... langsung gak jadi PDKT, deh Walaupun begitu, saya selalu berusaha untuk lebih PD dalam hal tersebut.
Syukur pada Tuhan, sekarang saya sudah lebih PD ketika harus berhadapan di muka umum. Salah satunya adalah karena saya sering mengikuti berbagai aktivitas di lingkungan sekitar (yaa... namun kegiatan gerejalah yang mendominasi hehe). Sebagai contoh, rasa PD tersebut mulai terbangun ketika saya terlibat sebagai pengurus di Komisi Remaja—terutama saat belajar public speaking.
But that's not the end of the story.
Ada juga teman-teman saya yang bergumul dengan rasa minder ini dalam berbagai konteks. Sebagian karena merasa dirinya tidak secantik maupun setampan orang menurut masyarakat. Ada yang tidak PD dalam hal '"gebet-menggebet". Sebagian lainnya merasa minder untuk berbicara di muka umum. Well, mungkin Ignite people juga sedang mempergumulkan hal yang sama, ya... (sending virtual "puk-puk" ) but let this story help you to reach your confidence.
Saya memiliki seorang teman dekat (sekaligus satu pelayanan) yang sering merasa tidak PD saat masih berada di sekolah minggu sampai ke pra-remaja. Waktu diajak bermain drama, dia menolak. Di suruh memimpin berdoa, dia juga menolak. Hmm... saya mengakui bahwa dia termasuk orang yang sangat pendiam. Namun setelah saya mengajaknya untuk bergabung dalam pelayanan di Komisi Remaja, dia sudah mulai berubah. Kalau awalnya dia tidak berani tampil di depan umum, sekarang dia sudah lebih berani untuk melakukannya. Bahkan saat saya memintanya untuk memimpin presentasi saat rapat kerja komisi, dia tidak menolak.
Somehow, apa yang kami alami ini mengingatkan saya pada apa yang Paulus tuliskan kepada Timotius:
“Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." - 1 Timotius 4:12
Ignite People pasti tidak asing dengan ayat di atas, kan? Biasanya ayat ini diberikan saat kita bergumul apakah kita akan melakukan sesuatu atau tidak karena banyak alasan: merasa tidak sanggup melakukan sesuatu, malu kalau berbuat kesalahan, penampilan yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan masyarakat, dan sebangsanya. Nah, hal serupa mungkin juga dialami Timotius yang akan melayani sebagai pemimpin jemaat yang dipercayakan Paulus. Di usianya yang masih muda, ada kemungkinan Timotius merasa minder dan takut ditolak. Karena itulah, Paulus meng-encourage anak rohaninya ini melalui suratnya—khususnya dari ayat di atas. Paulus ingin agar Timotius tahu bahwa usia mudanya seharusnya tidaklah menghalanginya dalam melayani Tuhan dan jemaat. Bahkan dia menuliskan bahwa keteladanan Timotius dilihat jemaat melalui perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan kesuciannya.
See? Sebagai orang percaya yang telah diselamatkan melalui anugerah Tuhan, kita diberi tanggung jawab untuk menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Salah satunya melalui apa yang kita lakukan sehari-hari. Tapi jangan takut :) Tuhan juga memberikan kita kemampuan untuk mengemban tanggung jawab itu. The good news is... hal ini tidak hanya berlaku di gereja, tapi di setiap tempat di mana kita harus berperan di dalamnya! Sebagai contoh, ketika kita diberi kepercayaan untuk melayani sebagai pengurus, as long as we truly respond His calling, Dia akan menguatkan kita untuk memulai, menjalani, dan mengakhiri pelayanan kita dengan setia. Hal yang sama juga berlaku di kampus, di karang taruna, dll. Lagipula, adalah sebuah kesempatan baik ketika kita diberi kepercayaan untuk mengerjakan sesuatu. Who knows kalau di situ kita bisa menjadi berkat dengan lebih optimal, kan? Jangan biarkan ketidak-PD-an kita membatasi kuasa Tuhan yang tidak terbatas.
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. - Filipi 4:13
Ayat tersebut menguatkan kita, kalau kita yakin dengan kekuatan yang Tuhan berikan, kita dapat mengalahkan segala keraguan terhadap diri kita sendiri dan juga pikiran-pikiran yang negatif. Jika kita senantiasa berpegang teguh pada Tuhan, segala sesuatu dapat dimudahkan oleh-Nya. Belajar juga dari cerita Musa, saat diutus oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari tanah Mesir (Keluaran 2 : 7-14), awalnya dia juga sempat merasa ragu dan tidak percaya diri. Mungkin masih teringat dengan jelas di benak Musa ketika dia ditolak oleh kaum sebangsanya (baca saat Musa melerai dua orang Ibrani, di mana salah satunya mengungkit kasus Musa yang membunuh orang Mesir yang menganiaya salah satu orang Ibrani). Well, siapa yang tidak trauma kalau mengalami hal demikian? Namun Tuhan terus memberikan janji (bukan janji kosong pula!) dan peneguhan bahwa Dia sendiri yang akan menyertai Musa dan bangsa Israel sampai ke Kanaan. Akhirnya Musa pun taat dan memimpin bangsanya menuju Kanaan.
Ketika kita mau menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan, percaya serta taat pada penyertaan-Nya, kepercayaan diri kita akan terus bertumbuh... karena Dia sendiri yang memimpin kita :)
Dear Ignite People,
adalah wajar kalau kita merasa kurang PD untuk melakukan sesuatu. Namun ingatlah bahwa Tuhan selalu menanti kita untuk menaati panggilan-Nya... meskipun itu artinya kita harus keluar dari zona nyaman (alias ketidakpercayaan diri kita yang, mungkin, tidak ingin kita ubah). Apapun yang kita hadapi saat ini, kalau kita percaya dan berpengharapan teguh kepada Tuhan Yesus, semua perkara dapat teratasi dengan baik. Prosesnya mungkin akan membuat emosi kita naik-turun, but hey... it's what we called as "dynamic of faith", right? Perlahan tapi pasti, selain iman kita yang bertumbuh, kita juga dimampukan-Nya untuk jadi lebih PD :)
Kiranya Roh Kudus senantiasa menguatkan kita setiap saat untuk selalu menjadi PD
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: