I know that You can do all things and that no purpose of Yours can be thwarted.
Saat masih di sekolah minggu, saya sering mendengarkan cerita tentang penderitaan Ayub. Namun seiring berjalannya waktu, saya mulai memahami teladan apa yang harus saya liat dari Ayub. Perjalanan hidupnya yang tidak gampang, karena sejak Ayub 1, dikisahkan bahwa Ayub mengalami penderitaan bertubi-tubi dalam waktu yang berdekatan. Mulai dari api yang menyambar dan membakar habis kambing-dombanya, kemudian semua anaknya meninggal, bahkan Ayub juga terkena barah yang busuk dari telapak kakinya sampai kepala. Semua ini karena Iblis ingin mencobai kesalehan Ayub, dan (menariknya) Allah memberikan izin! Wah.
Kisah selanjutnya adalah tentang Ayub yang mengutuki hari lahirnya (Ayub 3). Tidak berhenti di situ, di pasal 9, Ayub menyatakan tentang kebesaran Allah, dan di dalam Ayub 9:15 Ayub melanjutkan demikian:
“Walaupun aku benar, aku tidak mungkin membantah Dia, malah aku harus memohon belas kasihan kepada yang mendakwa aku.”
Dari ayat di atas, kelihatannya Ayub tetap berjuang mempertahankan kesalehannya, kan? Namun kita harus perhatikan ayat-ayat berikutnya, seperti yang ada di dalam Ayub 9:17:
“Dialah yang meremukan aku dalam angin ribut, yang memperbanyak lukaku dengan tidak semena-mena.”
Ayat ini seolah-olah ingin menggambarkan bahwa hal yang sulit untuk diterima Ayub adalah kenyataan bahwa Allah tetap diam di tengah-tengah situasi yang menyakitkan dan tampaknya tanpa tujuan itu. Selanjutnya di pasal 10, Ayub mulai mempertanyakan apa maksud Allah dengan penderitaan yang dialaminya. Lebih ironisnya lagi, sampai di pasal 37 (!!). Ayub masih tidak menerima jawaban apa pun dari Allah. Barulah di pasal 38 Allah menjawab pertanyaan Ayub dengan berbagai pertanyaan seperti ini:
"Siapakah dia yang menggelapkan keputusan dengan perkataan-perkataan?" - Ayub 38:1
"Dimanakah engkau, ketika Aku meletakan dasar bumi?" - Ayub 38:4
Masih ada banyak pertanyaan dari Allah sampai Ayub 38:38. Melalui pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan-Nya, Allah ingin menyatakan bahwa Ayub tidak memiliki hak untuk mempertanyakan kuasa Tuhan yang sebenarnya sudah jelas terbukti. Rasanya seolah-olah Allah ingin menyatakan bahwa semua yang terjadi di dalam bumi bahkan di dalam hidup kita atas izin dari Allah. Apakah itu menjawab kegelisahan Ayub?
Tidak. Namun melalui percakapannya dengan Allah, Ayub memiliki pengenalan yang baru mengenai Tuhan. Misalnya saja dari Ayub 42:1-2, ketika Ayub menyatakan dirinya mengetahui bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-Nya yang gagal. Kemudian di ayat 5, Ayub menyatakan bahwa akhirnya dia tidak hanya mendengar tentang siapa Allah dari orang lain, tetapi juga telah memandang-Nya secara pribadi. Tidak berhenti di sana, kita bisa melihat bahwa Ayub 42 ini menceritakan bagaimana keadaan Ayub yang dipulihkan. Mungkin banyak orang hanya menganggap sesuatu yang bisa dipulihkan adalah keadaan, tetapi tidaklah demikian. Hal lain yang dipulihkan melalui perjumpaan Allah dengan Ayub ini adalah pengenalannya terhadap Allah sendiri, serta betapa rapuh diri Ayub sebagai manusia. Begitu juga dengan kita: kita pun dapat mengalami pengenalan terhadap Allah yang diubahkan dan dipulihkan.
Photo by Avery Evans on Unsplash
Melalui kisah Ayub ini, saya jadi berefleksi terhadap pengalaman pribadi yang terjadi akhir-akhir ini. Awal tahun ini, ada banyak hal yang tidak sesuai dengan rencana saya. Pada saat itu, saya sudah saya selesai kontrak dari tempat kerja saya selama dua tahun, tepatnya pada bulan Februari. Setelah satu bulan berlalu, sebenarnya saya sudah mendapatkan pekerjaan baru. Namun pada bulan April, saya sudah tidak bekerja di tempat yang baru karena satu dan lain hal. Saya bertanya-tanya kepada Tuhan, "WHY ME, GOD?"
Jujur saja, pada saat itu, saya tidak mengerti dengan rencana Tuhan, tetapi Tuhan menyapa saya melalui kisah Ayub. Saat saya merenungkannya, saya tahu bahwa Tuhanlah yang sanggup melakukan segala sesuatu dan saya percaya bahwa apa pun “rencana-Nya” tidak pernah gagal di dalam hidup saya. Ketika saya bertanya, "Mengapa harus saya?", "Mengapa, kok, Tuhan diam?", saya diingatkan bahwa banyak hal yang Tuhan sudah nyatakan selama 25 tahun saya hidup. Dengan saya bertanya banyak "Mengapa?" ke Tuhan, saya malu, karena karena tidak sepatutnya saya menanyakan hal itu kepada Tuhan.
Selain dari kisah Ayub, saya juga sangat diberkati dengan lagu Kubersyukur, Bapa, khususnya pada lirik berikut ini:
Banyak hal yang Kau perbuat, didalam hidupku, rancangan indahMu terjadi di dalam hidupku
...
Tak ada lembah kelam yang kulewati tanpa hadir-Mu
Hatiku tak 'kan gentar, s'bab ku tahu tangan-Mu yang menopangku
Kaulah Yesus, Kaulah Tuhan, hanya Kau kupercaya
...
Lagu ini menjadi jawaban terhadap persoalan saya sekarang. Saat ini, apa yang saya katakan bukan, "Why, Me?" tetapi, "Yes, God. Now I SEE IT!"
Ada kalanya untuk percaya kepada rencana Tuhan, kita tidak bisa menggunakan logika sendiri. Namun melalui iman (dan anugerah Tuhan, tentunya), Dia membukakan pengalaman yang baru bersamanya sehingga kita bisa mengalami Tuhan seperti yang terjadi di dalam kehidupan Ayub. Mari, kita menyandarkan diri kita kepada hal yang pasti, bukan dengan hal yang tidak pasti. Hanya Tuhanlah sandaran yang kekal dan kepada-Nyalah iman kita memiliki sauh yang teguh.
Dear God,
I know that You can do all things and that no purpose of yours can be thwarted.
With Love,
Your daughter :)
Dear Me,
Dia tetaplah Tuhan dalam keadaan apapun, Dia lah yang menciptakan langit dan bumi. Jikalau masa lampau Tuhan menolong di masa depan pun Tuhan akan tetap menolong.
Now I see it, how great my God!
No one is a bad day, because everyday is a good day!
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: