Pemuda memang seharusnya memiliki cara-cara baru dan unik untuk menghadirkan makna dari setiap acara. Salah satunya dengan merangkum kebahagiaaan bergereja di tengah kebhinekaan yang ada.
Bulan Agustus adalah bulan istimewa bagi negara kita. Sudah 74 tahun Indonesia lepas dari belenggu penjajahan dan telah menyatakan diri sebagai negara yang merdeka. Bulan Agustus adalah bulan yang bahagia juga bagi GKI Adisucipto. Tepat pada tanggal 1 Agustus lalu GKI Adisucipto merayakan ulang tahunnya yang pertama.
Bulan Agustus lagi-lagi merupakan bulan yang membawa sukacita. Sebab pada 26 Agustus lalu, kita segenap anggota jemaat dan simpatisan GKI merayakan hari ulang tahun penyatuan GKI yang ke-31.
Bulan yang melelahkan bukan? Setiap minggu, merayakan ulang tahun. Minggu pertama, perayaan ulang tahun gereja, minggu ketiga perayaan ulang tahun negara tercinta, minggu keempat ulang tahun penyatuan GKI. Tidak ada berhentinya bukan, kegiatan bulan itu?
Namun kepadatan jadwal ini tidak mematahkan semangat para pemuda Adisucipto untuk berinovasi. Membuat suatu kegiatan yang merangkum semua makna itu dalam bingkai kreativitas.
Silaturahmi, yaps.. itu kegiatan yang dipilih. Menjalin silaturahmi yang artinya menjalin persahabatan, menyambung tali-tali persaudaraan yang mulai lepas karena banyaknya isu dan provokasi. Merajut kembali benang kedamaian dalam berbhineka di negara Indonesia.
Silaturahmi sama siapa?? Tepat pada Minggu, 25 Agustus 2019, kami berkunjung ke Vihara Dhamma Vijaya dan Masjid Barokah Kolbu, Brebah. Let me share you our story...
***
Tempat yang kami kunjungi pertama adalah Vihara Dhamma Vijaya, Brebah. Sesampainya di sana, kami sungguh kaget akan penyambutan yang dilakukan oleh pengurus dan anggota vihara. Ketika kami datang, semua langsung berjejer rapi, berbaris menyambut dan menyalami sampai kami masuk ke vihara. Dari awal masuk, kami sudah merasakan wangi dupa. Ternyata mereka baru saja selesai beribadah. Kegiatan diawali dengan saling memberi sambutan, kemudian saling berkenalan. Sedikit banyak mereka juga menceritakan mengenai Vihara Dhamma Vijaya, dan beberapa cerita Buddhis yang menambah pengetahuan kami. Mereka juga menjelaskan mengenai bau dupa tadi, itu bukan semata mata orang Budha beribadah dengan dupa, melainkan dupa juga berfungsi sebagai pengharum ruangan, agar mereka dapat berkonsentrasi dalam beribadah. Mereka juga bercerita mengenai susunan arca di vihara ini, baik bentuk maupun juga tatanannya. Hari semakin malam, kegiatan dilanjutkan dengan ramah-tamah.
Saat ramah-tamah, seorang bhikku menceritakan beberapa pengalamannya, baik saat kehidupannya, maupun saat meditasinya. Kami tentunya antusias mendegarkan cerita tersebut. Tidak terasa waktu sudah malam, kami juga harus menuju tempat selanjutnya. Kami berpamitan kepada pengurus vihara, meskipun sesungguhnya kami masih ingin tinggal untuk melanjutkan pembicaraan ini dan mendengar kisah-kisah menarik dari bhikku dan pengurus di sana.
Tempat kedua yang kami kunjungi seharusnya adalah Masjid Barokah Kolbu. Namun karena masjid sedang digunakan untuk kegiatan lain, maka kunjungan kami dialihkan ke rumah Bapak Haji Sihono . Tidak kalah asyik dengan silaturahmi di vihara tadi, silaturahmi di sini dihadiri banyak partisipan, bahkan juga dari FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) hadir di sini. Kami sama-sama menceritakan sedikit banyak mengenai kegiatan-kegiatan di lingkungan gereja, maupun mereka di organisasi kepemudaannya.
Mereka menceritakan mengenai Ansor, Banser, IPNU, IPPNU, dan banyak kegiatan lain yang mereka miliki. Mereka juga menceritakan mengenai ambulans gratis yang dimiliki Ansor untuk kemasyarakatan. Bahkan kami pun sampai mendapat rencana tindak-lanjut kegiatan bersama. Salah satu pesan dari pengurus FKUB yang sangat diingat mengenai pertemuan itu adalah, “Kalian para pemuda, sering-seringlah bertemu, sering-seringlah berkegiatan bersama. Karena biasanya perpecahan dimulai dari pemuda yang tidak kenal satu sama lain. Angger wong tua tah sering ketemu karo cerita, dadi ora tau tukaran (kalau orang tua kan sering bertemu dan cerita, jadi nggak pernah bertengkar).”
Tidak terasa waktu sudah sangat larut malam, kami berpamitan karena besok sebagian besar dari kami masih harus kuliah pagi. Kami kembali ke gereja sebelum pulang ke rumah kami masing-masing.
Anak muda selalu punya cara baru untuk memaknai setiap kegiatan, ucapan rasa syukur yang dituangkan dalam suatu kegiatan. Kegiatan gereja yang bukan hanya di dalam, melainkan juga membaur dengan lingkungan sekitar untuk menyebarkan damai di tengah keberagaman NKRI. Menjadi gereja yang berdampak bukanlah gereja yang diam dalam sebuah bangunan, melainkan keluar untuk menerangi dunia dengan cinta kasih.
Selamat Hari Ulang Tahun Negeriku
Selamat Hari Ulang Tahun Sinodeku
Selamat Hari Ulang Tahun Gerejaku
Selamat hidup dalam kebhinekaan
Tuhan Yesus selalu besertamu
Ini kegiatan yang dilakukan pemuda GKI Adisucipto, kalau kamu bagaimana? Mari kita saling berbagi cerita di sini, agar kita bersama dapat juga menjadi gereja yang cair, bukan hanya terpaku pada kegiatan turun-temurun melainkan berinovasi mengadakan kegiatan yang menarik dan bermakna lebih lagi.
Fotografer: Agatha Kharis WP dan Ibu. Ester Yunike
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: